[Pada seri tutorial ini, kita akan belajar bahasa Jepang dari nol dengan menggunakan lagu Watarasebashi sebagai materinya. Karena pembahasan tiap episode dibangun dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, saya menyarankan agar kamu mengikutinya dari episode pertama.]
Pada bahasa Jepang, saat suatu nomina dimodifikasi oleh klausa subordinat verba, belum tentu nominanya adalah pelaku dari aksinya. Di episode sebelumnya, terdapat contoh berikut:
お箸で食べる人[1]
ohashi de taberu hito
orang yang makan dengan sumpit
お箸 (ohashi): sumpit
食べる (taberu): makan
人 (hito): orang
Verbanya adalah “makan”, dan dalam contoh tersebut nomina yang dimodifikasi yaitu “orang” memang menjadi pelaku dari “makan”. Tapi lihat contoh berikutnya dari lagu Shabondama:
愛する人[2: ♪ | 詞]
ai suru hito
愛 (ai): cinta
する (suru): melakukan
人 (hito): orang
Karena ai suru artinya “mencintai”, maka mungkin kamu menebak bahwa artinya adalah “orang yang mencintai”. Tapi itu bukan artinya! Pada frasa tersebut, “orang” ternyata bukanlah pelaku dari “mencintai”, tapi malah objek dari aksi “mencintai” tersebut. Pelakunya tersirat yaitu “aku”, penyanyi dari lagu tersebut. Jadi artinya sebetulnya adalah “orang yang aku mencintainya” atau mudahnya “orang yang kucintai”.
Karena hubungan yang fleksibel antara nomina dengan klausa subordinat ini, cara untuk mengetahui makna sebenarnya tentunya dengan menyimpulkan sendiri dari konteks yang ada. Jangan khawatir karena kalau sudah terbiasa, ini sebetulnya tidak sesusah yang dibayangkan. Ini contoh lainnya:
生きる証[3: ♪ | 詞]
ikiru akashi
Bukti bahwa (kita) hidup
生きる (ikiru): hidup
証 (akashi): bukti
Perhatikan bahwa artinya bukanlah “bukti yang hidup”. Lagi-lagi di sini pelaku verbanya yaitu “kita” tidak tertulis tetapi disimpulkan sendiri.
Dengan pengetahuan baru ini, sekarang kita bisa mengartikan lirik Watarasebashi:
渡良瀬橋で見る夕日
watarasebashi de miru yuuhi
見る (miru): melihat
夕日 (yuuhi): matahari terbenam
Jelas “matahari terbenam” tidak bisa melihat. Karena itu yang melihat pastilah orang, sedangkan “matahari terbenam” malah objek yang dilihat! Jadi terjemahan literalnya adalah “matahari terbenam yang melihatnya di Jembatan Watarase”. Kalau kita ingin menginterpretasikannya menjadi bahasa Indonesia yang enak didengar, maka kita bisa mengubahnya menjadi “matahari terbenam yang dilihat dari Jembatan Watarase”. Sekarang semuanya masuk akal kan?
Inilah diagram yang menunjukkan bagaimana suatu klausa subordinat menjelaskan suatu nomina. Seperti telah kita ketahui, cara kerjanya sama persis dengan adjektiva:
Penutup
Saat klausa subordinat mendeskripsikan nomina, tata bahasa Jepang tidak mendefinisikan peran yang pasti untuk nominanya. Bisa saja dia menjadi pelaku dari aksi yang ada, bisa saja dia menjadi objeknya, atau bahkan yang lainnya. Arti yang dimaksud harus disimpulkan sendiri dari konteks yang ada.
Lampiran: daftar kata
Kata-kata yang tadi muncul sebagai contoh didaftar di sini.
お箸 (ohashi): sumpit
食べる (taberu): makan
愛 (ai): cinta
する (suru): melakukan
人 (hito): orang
見る (miru): melihat
夕日 (yuuhi): matahari terbenam
Minggu, 10 Juli 2011
Tutorial Watarasebashi #17 – Hubungan nomina dengan klausa subordinat yang mendeskripsikannya
Langganan:
Postingan (Atom)
Minggu, 10 Juli 2011
Tutorial Watarasebashi #17 – Hubungan nomina dengan klausa subordinat yang mendeskripsikannya
[Pada seri tutorial ini, kita akan belajar bahasa Jepang dari nol dengan menggunakan lagu Watarasebashi sebagai materinya. Karena pembahasan tiap episode dibangun dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, saya menyarankan agar kamu mengikutinya dari episode pertama.]
Pada bahasa Jepang, saat suatu nomina dimodifikasi oleh klausa subordinat verba, belum tentu nominanya adalah pelaku dari aksinya. Di episode sebelumnya, terdapat contoh berikut:
お箸で食べる人[1]
ohashi de taberu hito
orang yang makan dengan sumpit
お箸 (ohashi): sumpit
食べる (taberu): makan
人 (hito): orang
Verbanya adalah “makan”, dan dalam contoh tersebut nomina yang dimodifikasi yaitu “orang” memang menjadi pelaku dari “makan”. Tapi lihat contoh berikutnya dari lagu Shabondama:
愛する人[2: ♪ | 詞]
ai suru hito
愛 (ai): cinta
する (suru): melakukan
人 (hito): orang
Karena ai suru artinya “mencintai”, maka mungkin kamu menebak bahwa artinya adalah “orang yang mencintai”. Tapi itu bukan artinya! Pada frasa tersebut, “orang” ternyata bukanlah pelaku dari “mencintai”, tapi malah objek dari aksi “mencintai” tersebut. Pelakunya tersirat yaitu “aku”, penyanyi dari lagu tersebut. Jadi artinya sebetulnya adalah “orang yang aku mencintainya” atau mudahnya “orang yang kucintai”.
Karena hubungan yang fleksibel antara nomina dengan klausa subordinat ini, cara untuk mengetahui makna sebenarnya tentunya dengan menyimpulkan sendiri dari konteks yang ada. Jangan khawatir karena kalau sudah terbiasa, ini sebetulnya tidak sesusah yang dibayangkan. Ini contoh lainnya:
生きる証[3: ♪ | 詞]
ikiru akashi
Bukti bahwa (kita) hidup
生きる (ikiru): hidup
証 (akashi): bukti
Perhatikan bahwa artinya bukanlah “bukti yang hidup”. Lagi-lagi di sini pelaku verbanya yaitu “kita” tidak tertulis tetapi disimpulkan sendiri.
Dengan pengetahuan baru ini, sekarang kita bisa mengartikan lirik Watarasebashi:
渡良瀬橋で見る夕日
watarasebashi de miru yuuhi
見る (miru): melihat
夕日 (yuuhi): matahari terbenam
Jelas “matahari terbenam” tidak bisa melihat. Karena itu yang melihat pastilah orang, sedangkan “matahari terbenam” malah objek yang dilihat! Jadi terjemahan literalnya adalah “matahari terbenam yang melihatnya di Jembatan Watarase”. Kalau kita ingin menginterpretasikannya menjadi bahasa Indonesia yang enak didengar, maka kita bisa mengubahnya menjadi “matahari terbenam yang dilihat dari Jembatan Watarase”. Sekarang semuanya masuk akal kan?
Inilah diagram yang menunjukkan bagaimana suatu klausa subordinat menjelaskan suatu nomina. Seperti telah kita ketahui, cara kerjanya sama persis dengan adjektiva:
Penutup
Saat klausa subordinat mendeskripsikan nomina, tata bahasa Jepang tidak mendefinisikan peran yang pasti untuk nominanya. Bisa saja dia menjadi pelaku dari aksi yang ada, bisa saja dia menjadi objeknya, atau bahkan yang lainnya. Arti yang dimaksud harus disimpulkan sendiri dari konteks yang ada.
Lampiran: daftar kata
Kata-kata yang tadi muncul sebagai contoh didaftar di sini.
お箸 (ohashi): sumpit
食べる (taberu): makan
愛 (ai): cinta
する (suru): melakukan
人 (hito): orang
見る (miru): melihat
夕日 (yuuhi): matahari terbenam
Pada bahasa Jepang, saat suatu nomina dimodifikasi oleh klausa subordinat verba, belum tentu nominanya adalah pelaku dari aksinya. Di episode sebelumnya, terdapat contoh berikut:
お箸で食べる人[1]
ohashi de taberu hito
orang yang makan dengan sumpit
お箸 (ohashi): sumpit
食べる (taberu): makan
人 (hito): orang
Verbanya adalah “makan”, dan dalam contoh tersebut nomina yang dimodifikasi yaitu “orang” memang menjadi pelaku dari “makan”. Tapi lihat contoh berikutnya dari lagu Shabondama:
愛する人[2: ♪ | 詞]
ai suru hito
愛 (ai): cinta
する (suru): melakukan
人 (hito): orang
Karena ai suru artinya “mencintai”, maka mungkin kamu menebak bahwa artinya adalah “orang yang mencintai”. Tapi itu bukan artinya! Pada frasa tersebut, “orang” ternyata bukanlah pelaku dari “mencintai”, tapi malah objek dari aksi “mencintai” tersebut. Pelakunya tersirat yaitu “aku”, penyanyi dari lagu tersebut. Jadi artinya sebetulnya adalah “orang yang aku mencintainya” atau mudahnya “orang yang kucintai”.
Karena hubungan yang fleksibel antara nomina dengan klausa subordinat ini, cara untuk mengetahui makna sebenarnya tentunya dengan menyimpulkan sendiri dari konteks yang ada. Jangan khawatir karena kalau sudah terbiasa, ini sebetulnya tidak sesusah yang dibayangkan. Ini contoh lainnya:
生きる証[3: ♪ | 詞]
ikiru akashi
Bukti bahwa (kita) hidup
生きる (ikiru): hidup
証 (akashi): bukti
Perhatikan bahwa artinya bukanlah “bukti yang hidup”. Lagi-lagi di sini pelaku verbanya yaitu “kita” tidak tertulis tetapi disimpulkan sendiri.
Dengan pengetahuan baru ini, sekarang kita bisa mengartikan lirik Watarasebashi:
渡良瀬橋で見る夕日
watarasebashi de miru yuuhi
見る (miru): melihat
夕日 (yuuhi): matahari terbenam
Jelas “matahari terbenam” tidak bisa melihat. Karena itu yang melihat pastilah orang, sedangkan “matahari terbenam” malah objek yang dilihat! Jadi terjemahan literalnya adalah “matahari terbenam yang melihatnya di Jembatan Watarase”. Kalau kita ingin menginterpretasikannya menjadi bahasa Indonesia yang enak didengar, maka kita bisa mengubahnya menjadi “matahari terbenam yang dilihat dari Jembatan Watarase”. Sekarang semuanya masuk akal kan?
Inilah diagram yang menunjukkan bagaimana suatu klausa subordinat menjelaskan suatu nomina. Seperti telah kita ketahui, cara kerjanya sama persis dengan adjektiva:
Penutup
Saat klausa subordinat mendeskripsikan nomina, tata bahasa Jepang tidak mendefinisikan peran yang pasti untuk nominanya. Bisa saja dia menjadi pelaku dari aksi yang ada, bisa saja dia menjadi objeknya, atau bahkan yang lainnya. Arti yang dimaksud harus disimpulkan sendiri dari konteks yang ada.
Lampiran: daftar kata
Kata-kata yang tadi muncul sebagai contoh didaftar di sini.
お箸 (ohashi): sumpit
食べる (taberu): makan
愛 (ai): cinta
する (suru): melakukan
人 (hito): orang
見る (miru): melihat
夕日 (yuuhi): matahari terbenam
Langganan:
Postingan (Atom)