Jumat, 28 Januari 2011

Aqua Timez - Kaze ni Fukarete Lyrics

Hahaha! Numpang nge-post yang gaje deh! #digebukmassa

Massa: Apa2an nih? Kita mau belajar bahasa Jepang malah dikasih lirik lagu! Ya, walaupun lagu jepang sih.. 
RKA (saya): Haa~ ampuuuuu~n!! Iya iya saya nggak nge-post yang gaje lagi deh!!


-ooOoo-

Kimi wa hassai no shounen
Doko e demo ikeru toshita nara
Doko e ikitai desu ka
Boku nara dou darou
Hassai ni modotte PAPA no hiroi senaka ni nesobette
Mata PILOT ni naritai na

Houkago undoujou ni daremo inaku natta no wo tashikamete
Sakagari no renshuu zutto mimamorette kureteru denchuu
Tsuzuketara kitto dekiru youna ki ga shiteta nda
Akiramekata nante otona ga kangaete kureru yo

Shinjiru koto yori utagau koto no hou ga fuete kita ima
Sore demo mada kore demo mada yume ni kokoro ga hazumu yo

Subete wo kyou ichinichi no tame ni kakate kita
Kubi wo kashigeru hito mo ita
Dakedo kanau toka kanawanai toka janakute
korega boku no ikikata nan da yo
Akogare wo oikakeru koto ni dake wa
Mune wo hareru jibun de itai

Kimi wa hassai no shonen kimi ga egaite yuku inochi no shoumei
Kono saki kitto zaisan tte iu kotoba ni deau darou
Sore wa hiroi wo yashiki ya ookina tochi koto janai
Kimi ga ano hi nigezu ni shujutsu ni nozonda koto

Sou kimi no PAPA to MAMA ga sa hokori wa nanika to kikaretara
Kono ko ga genki ni ikiteru koto datte iu deshou
Wasurenaide ite kowakute nemurenakatta hibi de saemo
Hitori janakatta tte koto wo

Shite Agerareru koto ga aru wake janai kedo
Tada koushite kakkou wo tsukete kakkou tsukanai kurai de utatte ku yo

Hodoketara musubi naoseba ii nando demo boku wa yume wo miru
Dakara todoku toka todokanai toka janakute
Kore ga boku no ikikata nan da yo
Wakatteru tachiagaru tabi ni mata kizutsu koto wa shouchi no ue

Sou boku mo hassai no shounen kimi to tomodachi ni natte mo ii kana
ii yo ne...?

Subete wo kyou ichinichi no tame ni kakate kita
Kubi wo kashigeru hito mo ita
Dakedo kanau toka kanawanai toka janakute
korega boku no ikikata nan da yo
Akogare wo oikakeru koto ni dake wa
Mune wo hareru jibun de itai

-ooOoo-

Kalo didenger enak juga lagunya! Sumpe loh, ini lagu menyedihkan yang pernah saya denger. Okeh, saya udah berjanji dengan massa nggak akan nge-post apapun selain materi belajar bahasa Jepang yang saya ajarkan! Tapi kalo materi ajarannya telat dipost jangan salahkan saya juga karena saya sedang puasa alias ngirit untuk berselancar di dunia hantunya maya! Wkwk, see you soon ^^

Panduan Mempelajari Bahasa Jepang Bab 9 – Kata Tanya untuk Benda

Kalimat tanya untuk benda menggunakan kata tanya: nani ka, nani ga, nani mo. Kata tanya ini dapat digunakan untuk benda-benda yang ada di sekeliling kita, baik itu benda mati maupun benda hidup.

# Nani ka

Digunakan untuk menanyakan sesuatu.

Contoh:

~ Untuk benda mati -> Soko ni nani ka arimasuka? (Apakah disitu ada sesuatu?)

~ Untuk benda hidup -> Soko ni nani ka arimasuka? (Apakah disitu ada sesuatu?)

# Nani ga

Digunakan untuk menanyakan apa.

Contoh:

~ Untuk benda mati -> Asoko ni nani ga arimasuka? (Disana ada apa?)

~ Untuk benda hidup -> Asoko ni nani ga imasuka? (Disana ada apa?)

# Nani mo

Digunakan untuk menyatakan tidak ada apapun.

Contoh:

~ Untuk benda mati -> Koko ni nani mo arimasen (Disini tidak ada apapun.)

~ Untuk benda hidup -> Koko ni nani mo imasen. (Disini tidak ada apapun.)

Berdasarkan kalimat diatas, dapat disimpulkan pola sebagai berikut.

1.     X ni nani ka arimasuka? (benda mati)

2.     X ni nani ka imasuka? (benda hidup)

3.     Y ni nani ga arimasuka? (benda mati)

4.     Y ni nani ga imasuka? (benda hidup)

5.     Z ni nani mo arimasen. (benda mati)

6.     Z ni nani mo imasen. (benda hidup)
-ooOoo-

Bab 6 – Kata Tanya untuk Benda, selesai. Semoga pelajaran hari ini dapat bermanfaat bagi kalian semua. Silakan dicoba kembali! Jika ada pertanyaan atau komentar, dapat bertanya ke saya, seputar pelajaran Bahasa Jepang yang saya ajarkan ini. Mata ashita, ganbatte yo!

Panduan Mempelajari Bahasa Jepang – BAB 8 – BILANGAN (Bangou)

Minna-san! Maaf yah kalo sensei telat kasih materi ini, karena sensei juga lagi sibuk-sibuknya ngerjain tugas-tugas lain! Hehe, maafkan keterlambatan saya ini :D
Baiklah, kali ini kita akan belajar... hajimatte yo!

Panduan Mempelajari Bahasa Jepang – BAB 8 – BILANGAN (Bangou)
-ooOoo-

Bilangan

0    : zero/rei
1    : ichi/hito
2    : ni/futa
3    : san/mi
4    : yon/shi
5    : go/itsu
6    : roku/mu
7    : shichi/nana
8    : hachi/ya
9    : kyuu/kokono
10    : juu/too
11    : juuichi
12    : juuni
13    : juusan
14    : juuyon
15    : juugo
16    : juuroku
17    : juunana
18    : juuhachi
19    : juukyuu
20    : nijuu
21    : nijuuichi
30    : sanjuu
40    : yonjuu
50    : gojuu
60    : rokujuu
70    : nanajuu
80    : hachijuu
90    : kyuujuu
100    : hyaku
200    : nihyaku
300    : sanbyaku
400    : yonhyaku
500    : gohyaku
600    : roppyaku
700    : nanahyaku
800    : happyaku
900    : kyuuhyaku
1000    : sen
2000    : nisen
3000    : sanzen
4000    : yonsen

5000    : gosen
6000    : rokusen
7000    : nanasen
8000    : hassen
9000    : kyuusen
10.000 : ichiman
20.000 : niman
100.000 : juuman
1.000.000 : hyakuman
10.000.000 : senman
100.000.000 : oku

Harga

1 yen        : ichien
2 yen        : nien
3 yen        : sanen
4 yen        : yonen
5 yen        : goen
6 yen        : rokuen
7 yen        : nanaen
8 yen        : hachien
9 yen        : kyuuen
10 yen    : juuen
100 yen    : hyakuen
Berapa harga : ikura desuka?

Contoh percakapan

Mika : Nami-san, ashita, Kyoko-san no paatii he ikimasuka. (Nami, besok, apakah kamu datang ke pesta Kyoko?)

Nami : Hai, ikimasu. (Ya, saya akan pergi ke pesta Kyoko.)
Mika : Jaa, isshoni, paatii he ikukoto ga dou desuka? (Kalau begitu, bagaimana kalau kita pergi bersama?)

Nami : Aa, iidesune. Demo, ikumaeni, watasi ni denwa wo kaketekudasai. (wah, ide yang bagus. Tapi sebelum pergi nanti, tolong beri tahu aku lewat telepon ya.)

Mika : Un, anata no denwa no bangou wa nan desuka? (Baiklah, berapa nomor teleponmu?)

Nami : Watashi no denwa no bangou wa 021-8905378. (nomor telepon saya 021-8905378.)

Mika : Soshite, anata no keitai denwa bangou ga arimasuka? (Lalu, apakah kamu punya nomor ponsel?)

Nami : Hai, aimasu. 08123456789. (Ya, ada. 08123456789)
-ooOoo-

Kata Bantu Bilangan

Dalam Bahasa Jepang, kita mengenal berbagai kata bantu bilangan untuk menyatakan jumlah. Kata bantu bilangan ini dibedakan berdasarkan bentuk benda itu sendiri. Misalnya, satuan jumlah untuk orang, benda yang berbentuk panjang dan bulat, buku, kendaraan, barang yang berukuran besar atau elektronik, dan berukuran kecil.

Kata Bantu Bilangan berakhiran ~nin

Satuan yang diakhiri dengan ~nin digunakan untuk menyatakan jumlah orang. (pengecualian untuk satu dan dua.)

1 orang : hitori
2 orang : futari
3 orang : sannin
4 orang : yonin
5 orang : gonin
6 orang : rokunin
7 orang : nananin
8 orang : hachinin
9 orang : kyuunin
10 orang : juunin
Berapa orang : nannin

Contoh percakapan

Satsuki : Ano kurasu no naka ni wa nannin desuka? (Di dalam kelas itu ada berapa orang?)

Toki : Ano kurasu no naka ni wa yonjuunin desu. (Di dalam kelas itu ada 40 orang.)

Satsuki : Josei wa nannin desuka? (Ada berapa orang murid perempuan?)

Toki : josei wa nijuunin desu. (Ada 20 murid perempuan.)

Kata Bantu Bilangan berakhiran ~tsu

Satuan yang diakhiri dengan ~tsu digunakan untuk menyatakan benda yang bentuknya benda yang tidak terlalu besar, seperti bangku. Selain itu, ~tsu digunakan pula untuk benda berbentuk bulat dan kecil seperti bola, telur, buah-buahan, sayuran, kue atau roti.

1 buah : hitotsu
2 buah : futatsu
3 buah : mittsu
4 buah : yotsu
5 buah : itsutsu
6 buah : muttsu
7 buah : nanatsu
8 buah : yattsu
9 buah : kokonotsu
10 buah : ikutsu
Berapa banyak : ikutsu

Contoh percakapan

Tomi : Irasshaimase. (Selamat datang.)

Erika : Sumimasen, ichigo pan wa arimasuka? (Permisi, apakah ada roti rasa stroberi?)

Tomi : Hai, arimasu. (Ya, ada.)

Erika : Nedan wa ikura desuka? (Berapa harganya?)

Tomi : Hitotsu wa goen desu. (Harga satu buah adalah 5 yen.)

Erika : Jya, ichigo pan wa mittsu wo kudasai. (Kalau begitu, saya beli 3 buah roti rasa stroberi.)

Tomi : Chotto matte kudasai. (Tunggu sebentar.)

Kata Bantu Bilangan berakhiran ~hon

Kata bantu bilangan berakhiran ~hon digunakan untuk benda yang memiliki bentuk bulat dan panjang atau berbentuk batangan seperti sumpit, batang kayu, bambu, botol, pensil, pulpen, sendok, garpu, dan payung.

1 batang : ippon
2 batang : nihon
3 batang : sanbon
4 batang : yonhon
5 batang : gohon
6 batang : roppon
7 batang : nanahon
8 batang : happon
9 batang : kokonotsu
10 batang : ikutsu
Berapa batang : nan bon

Contoh percakapan

Shin : Irasshaimase. (Selamat datang.)

Yume : Sumimasen, watashi wa enpitsu wo kaitai desu. (Permisi, saya mau beli pensil.)

Shin : Hai, douzo. Iroiro na enpitsu wo erande kudasai. (Baik, silakan pilih berbagai pensil yang Anda suka.)

Yume : Akai to aoi enpitsu ga arimasuka? (Apakah ada pensil berwarna merah dan biru?)

Shin : Hai, arimasu. (Ya, ada.)

Yume : Jya, akai enpitsu wa roppon to aoi enpitsu wa sanbon wo kudasai. (Kalau begitu, saya beli 6 batang pensil merah dan 3 batang pensil biru.)

Kata Bantu Bilangan berakhiran ~dai


Kata bantu bilangan ~dai biasanya digunakan untuk benda yang berukuran besar seperti kendaraan dan benda elektronik lainnya seperti televisi, radio, mesin cuci dan sepeda.

1 buah : ichidai
2 buah : nidai
3 buah : sandai
4 buah : yondai
5 buah : godai
6 buah : rokudai
7 buah : nanadai
8 buah : hachidai
9 buah : kyuudai
10 buah : juudai
Berapa banyak : nan dai

Contoh percakapan

Yuki : Waa, sugoi ne. Atarashii jitensha wo kaimashitaka? (Wah, keren nih. Kamu baru beli sepeda baru ya?)

Wani : Hai, senshuu otousan wa watashi no tame ni kono jitensha wo kaimashita. (Ya, Ayah membelikan sepeda ini untukku seminggu yang lalu.)

Yuki : Sono ue ni, ootobaiku mo takusan ga arimasuka? (Selain sepeda, apakah kamu juga punya banyak sepeda motor?)

Wani : Iie, ootobaiku wa ichidai dake desu. (Tidak, saya hanya punya satu sepeda motor.)

Kata Bantu Bilangan berakhiran ~satsu

Kata bantu bilangan ~satsu biasanya digunakan untuk benda yang berjilid, seperti buku, majalah, novel, kamus dan komik.

1 jilid : issatsu
2 jilid : nisatsu
3 jilid : sansatsu
4 jilid : yonsatsu
5 jilid : gosatsu
6 jilid : rokusatsu
7 jilid : nanasatsu
8 jilid : hassatsu
9 jilid : kyuusatsu
10 jilid : juusatsu
Berapa jilid: nan satsu

Contoh percakapan

Aki : Anata wa Bleach no manga ga suki desuka? (Kamu suka komik Bleach nggak?)

Nobu : Hai, watashi wa Bleach no manga ga hontou ni duki desu. (Ya, saya sangat suka komik Bleach.)

Aki : Waa, watashi mo suki desu. Anata no manga wa nan satsu ga arimasuka? (Wah, saya juga suka. Kamu punya berapa seri?)

Nobu : Watashi no manga wa 9 satsu desu. (Saya punya 9 seri.)

Kata Bantu Bilangan berakhiran ~mai

Kata bantu bilangan ~mai biasanya digunakan untuk benda yang berbentuk lembaran tipis seperti kertas, foto, perangko, amplop, kain, sapu tangan dan karcis.

1 lembar : ichimai
2 lembar : nimai
3 lembar : sanmai
4 lembar : yonmai
5 lembar : gomai
6 lembar : rokumai
7 lembar : nanamai
8 lembar : hachimai
9 lembar : kyuumai
10 lembar : juumai
Berapa lembar : nan mai

Contoh percakapan

Hani : Sumimasen, kono kitte wa ikura desuka? (Permisi, berapa harga perangko ini?)

Aya : Ichimai wa nien desu. (Satu lembar harganya 2 yen.)

Hani : Jya, juumai wo kudasai. Demo, fuutou mo arimasuka? (Kalau begitu, saya beli 10 lembar. Tetapi, apakah ada amplop juga?)

Aya : Hai, arimasu. Ichimai wa hyakuen desu. (Ya, ada. Satu lembar harganya 100 yen.)

Kata Bantu Bilangan berakhiran ~kai

Kata bantu bilangan ~kai biasanya digunakan untuk menyatakan tingkatan seperti lantai pada sebuah bangunan dan anak tangga.

Lantai 1 : ikkai
Lantai 2 : nikai
Lantai 3 : sankai
Lantai 4 : yonkai
Lantai 5 : gokai
Lantai 6 : rokkai
Lantai 7 : nanakai
Lantai 8 : hakkai
Lantai 9 : kyuukai
Lantai 10 : juukai
Lantai berapa : nan kai

Contoh percakapan

Sashi : Sumimasen, kaban no mise wa nan kai arimasuka? (Permisi, toko tas ada di lantai berapa?)

Toya : Kaban no mise wa sankai nio arimasu. (Toko tas ada di lantai 3.)

Sashi : Arigatou gozaimasu. (Terima kasih.)

Toya : Douitashimashite. (Sama-sama.)

Kata Bantu Bilangan berakhiran ~hiki

Kata bantu bilangan ~hiki biasanya digunakan untuk menyatakan satuan pada hewan yang berukuran kecil seperti ikan, kucing, anjing, monyet dan sebagainya.

1 ekor : ippiki
2 ekor : nihiki
3 ekor : sanbiki
4 ekor : yonhiki
5 ekor : gohiki
6 ekor : roppiki
7 ekor : nanahiki
8 ekor : happiki
9 ekor : kyuuhiki
10 ekor : jippiki
Berapa ekor : nan biki

Contoh percakapan

Kimura : Anata no uchi niwa petto ga imasuka? (Apakah di rumahmu ada hewan peliharaan?)

Tomoki : Hai, neko ga imasu. Neko wa gohiki imasu. (Ya, aku punya kucing. Ada 5 ekor.)

Kimura : Inu mo imasuka? (Apakah anjing juga ada?)

Tomoki : Iie, inu ga imasen, neko dake desu. (Tidak, saya tidak punya anjing. Hanya ada kucing.)

Kata Bantu Bilangan berakhiran ~tou

Kata bantu bilangan ~tou biasanya digunakan untuk menyatakan satuan pada hewan yang berukuran besar seperti kuda, sapi, kerbau, beruang, gajah dan sebagainya.

1 ekor : ittou
2 ekor : nitou
3 ekor : santou
4 ekor : yontou
5 ekor : gotou
6 ekor : rokutou
7 ekor : nanatou
8 ekor : haptou
9 ekor : kyuutou
10 ekor : juttou
Berapa ekor : nan tou

Contoh percakapan

Chiyuki : Kono doubutsuen ni wa uma ga nan tou imasuka? (Ada berapa ekor kuda di kebun binatang ini?)

Shirou : Uma ga jutto imasu. (Ada 10 ekor kuda.)

Chiyuki : Soshite, zou ga nan tou imasuka? (Lalu, ada berapa ekor gajah?)

Shirou : Zou ga rokutou imasu. (Ada 6 ekor gajah.)

Kata Bantu Bilangan berakhiran ~hai


Kata bantu bilangan ~hai biasanya digunakan untuk benda seperti cangkir dan gelas.

1 cangkir : ippai
2 cangkir : nihai
3 cangkir : sanbai
4 cangkir : yonhai
5 cangkir : gohai
6 cangkir : roppai
7 cangkir : nanahai
8 cangkir : happai
9 cangkir : kyuuhai
10 cangkir : juppai
Berapa cangkir : nan bai

Contoh percakapan

Saeko : Kyou wa tenki ga samui desu ne? (Hari ini cuacanya dingin, ya?)

Tsuki : Hai, ame ga futteiru kara samui desu. (Ya, hujan masih turun karena itu cuaca terasa dingin.)

Saeko : Dattara, issho ni atatakai cha wo nomu koto hou ii desuka? (Kalau begitu, bagaimana bila kita minum teh hangat bersama?)

Tsuki : II desune, ippai dake desu. Arigatou. (Baiklah, satu cangkir saja. Terima kasih.)

Kata Bantu Bilangan berakhiran ~sai

Kata bantu bilangan ~sai biasanya digunakan untuk menyatakan umur.

1 tahun : issai
2 tahun : nisai
3 tahun : sansai
4 tahun : yonsai
5 tahun : gosai
6 tahun : rokusai
7 tahun : nanasai
8 tahun : hassai
9 tahun : kyuusai
10 tahun : juusai
Berapa tahun : nan sai

Contoh percakapan

Takeo : Anata no okosan wa kawaii desu ne. Nan sai desuka? (Anakmu lucu sekali. Berapa umurnya?)

Ria : Watashi no kodomo wa 8 sai desu. Anata wa musuko ga imasuka? (Anak saya berumur 8 tahun. Apakah kamu punya anak laki-laki?)

Takeo : Hai, musuko ga hitori imasu. Kotoshi wa 10 sai desu. (Ya, saya punya seorang anak laki-laki. Tahun ini usianya 10 tahun.)

Kata Bantu Bilangan berakhiran ~ken

Kata bantu bilangan ~ken biasanya digunakan untuk benda yang berbentuk sebuah bangunan, seperti rumah dan gedung.

1 bangunan : ikken
2 bangunan : niken
3 bangunan : sanken
4 bangunan : yonken
5 bangunan : goken
6 bangunan : rokken
7 bangunan : nanaken
8 bangunan : hakken
9 bangunan : kyuuken
10 bangunan : jukken
Berapa bangunan : nan ken

Contoh percakapan

Neru : Tokyo ni suupaa wa nan ken arimasuka? (Di Tokyo ada berapa banyak supermarket?)

Fuyu : Suupaa ga takusan arimasu. Ijou 5 ken ga arimasu. (Ada banyak supermarket. Kurang lebih ada 5 bangunan.)

Neru : Sou ka. Jya, doumo arigato gozaimasu! (Oh begitu, ya. Kalau begitu terima kasih banmyak!)

Fuyu : Douitashimashite. (sama-sama.)
-ooOoo-

Bab 8 – Bilangan, selesai. Semoga pelajaran hari ini dapat bermanfaat bagi kalian semua. Silakan dicoba kembali! Jika ada pertanyaan atau komentar, dapat bertanya ke saya, seputar pelajaran Bahasa Jepang yang saya ajarkan ini. Mata ashita, ganbatte yo!

Selasa, 25 Januari 2011

Carpe Diem Tracklist

Kabar baik bagi kalian para AquaFanz! Saya menemukan info ini dari sebuah blog yang saya follow. Yah, walaupun sedikit, dan juga saya boleh kopas, saya harap informasi ini bermanfaat bagi kalian semuanya! This is it ♥

***

1. 百年の樹 (hyakunen no ki, a hundred year old tree (i think))
2. 最後まで (Album ver.) (Saigo made, to the end)
3. プルメリア ~花唄~ (Plumeria ~Hana Uta~ (flower song))
4. 真夜中のオーケストラ (Mayonaka no Orchestra, Midnight’s Orchestra)
5. カルペ・ディエム (Carpe Diem)
6. 刻 ~Interlude~ (not sure if this is kiza or koku, so I don’t know what it means)
7. メメント・モリ (memento mori)
8. 風に吹かれて (Kaze ni Fukarete, blowing in the wind)
9. MILKY BLUES (lol, weird title)
10. Let Loose
11. GRAVITY 0
12. 絵はがきの春 (Ehagaki no Haru, the Spring on a postcard)
13. 銀河鉄道の夜 (ginga tetsudou no yoru, a night of galaxy railroads)


Taken from Master COOLCWER

***


Yaaaaah, mungkin segitu dulu aja deh info bermanfaat dari saya! Semoga di lain waktu bisa ngasih info lagi buat kalian ya ^^v
Oya, maaf kalo sensei telat ngasih materi, maklum lagi puasa online #barutau deh bisa puasa online, haha.
Yang masih tetep mau belajar sama sensei, pertahankan itu!
Saya bener-bener minta maaf atas ketidaknyamanan ini (once more, I really sorry about this late exercise and learning materials because I soooooo BUSY now!)
Halah, kok saya jadi ngelantur gini? Kalo kurang minum obat ya beginilah efeknya, hoho :D
Okay, I'll see you later ^^~

Rabu, 12 Januari 2011

Cerita MOTIVASI dan RENUNGAN - Kisah Kasih Seorang Ibu

Buat kalian semua yang masih memiliki orang tua, khususnya yang masih punya Ibu, Mama, atau Bunda, ini adalah sepenggal kisah sedih dan nyata yang pernah terjadi di dunia. Kisah ini mengajarkan dan mengingatkan kita arti dan pengorbanan yang diberikan oleh Ibu terhadap anaknya. Walaupun kita selalu menyusahkan Ibu, selalu membantahnya, selalu melawannya, tapi tak ada sebersit perasaan darinya untuk memarahi kita. Check this out.

***

Los Felidas adalah nama sebuah jalan di ibu kota sebuah negara di America Selatan, yang terletak di kawasan terkumuh diseluruh kota. Ada sebuah kisah Natal yang menyebabkan jalan itu begitu dikenang orang, dan itu dimulai dari kisah seorang pengemis wanita yang juga ibu seorang gadis kecil.

Tidak seorangpun yang tahu nama aslinya, tapi beberapa orang tahu sedikit masa lalunya, yaitu bahwa ia bukan penduduk asli disitu, melainkan dibawa oleh suaminya dari kampung halamannya.

Seperti kebanyakan kota besar di dunia ini, kehidupan masyarakat kota terlalu berat untuk mereka, dan belum setahun mereka di kota itu, mereka kehabisan seluruh uangnya, dan pada suatu pagi mereka sadar bahwa mereka tidak tahu dimana mereka tidur malam nanti dan tidak sepeserpun uang ada dikantong. Padahal mereka sedang menggendong bayi mereka yang berumur 1 tahun.

Dalam keadaan panik dan putus asa, mereka berjalan dari satu jalan ke jalan lainnya, dan akhirnya tiba di sebuah jalan sepi dimana puing-puing sebuah toko seperti memberi mereka sedikit tempat untuk berteduh. Saat itu angin Desember bertiup kencang, membawa titik-titik air yang dingin.

Ketika mereka beristirahat dibawah atap toko itu, sang suami berkata: "Saya harus meninggalkan kalian sekarang. Saya harus mendapatkan pekerjaan, apapun, kalau tidak malam nanti kita akan tidur disini." Setelah mencium bayinya ia pergi. Dan ia tidak pernah kembali. Tak seorangpun yang tahu pasti kemana pria itu pergi, tapi beberapa orang seperti melihatnya menumpang kapal yang menuju ke Afrika. Selama beberapa hari berikutnya sang ibu yang malang terus menunggu kedatangan suaminya, dan bila malam tidur diemperan toko itu. Pada hari ketiga, ketika mereka sudah kehabisan susu, orang-orang yang lewat mulai memberi mereka uang kecil, dan jadilah mereka pengemis disana selama 6 bulan berikutnya.

Pada suatu hari, tergerak oleh semangat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, ibu itu bangkit dan memutuskan untuk bekerja. Masalahnya adalah di mana ia harus menitipkan anaknya, yang kini sudah hampir 2 tahun, dan tampak amat cantik jelita. Tampaknya tidak ada jalan lain kecuali meninggalkan anak itu disitu dan berharap agar nasib tidak memperburuk keadaan mereka.

Suatu pagi ia berpesan pada anak gadisnya, agar ia tidak kemana-mana, tidak ikut siapapun yang mengajaknya pergi atau menawarkan gula-gula. Pendek kata, gadis kecil itu tidak boleh berhubungan dengan siapapun selama ibunya tidak ditempat. "Dalam beberapa hari mama akan mendapatkan cukup uang untuk menyewa kamar kecil yang berpintu, dan kita tidak lagi tidur dengan angin dirambut kita".

Gadis itu mematuhi pesan ibunya dengan penuh kesungguhan. Maka sang ibu mengatur kotak kardus dimana mereka tinggal selama 7 bulan agar tampak kosong, dan membaringkan anaknya dengan hati-hati di dalamnya, di sebelahnya ia meletakkan sepotong roti, kemudian, dengan mata basah ibu itu menuju kepabrik sepatu, dimana ia bekerja sebagai pemotong kulit.

Begitulah kehidupan mereka selama beberapa hari, hingga dikantong sang Ibu kini terdapat cukup uang untuk menyewa sebuah kamar berpintu di daerah kumuh.

Dengan suka cita ia menuju ke penginapan orang-orang miskin itu, dan membayar uang muka sewa kamarnya. Tapi siang itu juga sepasang suami istri pengemis yang moralnya amat rendah menculik gadis cilik itu dengan paksa, dan membawanya sejauh 300 kilometer ke pusat kota.

Di situ mereka mendandani gadis cilik itu dengan baju baru, membedaki wajahnya, menyisir rambutnya dan membawanya kesebuah rumah mewah dipusat kota. Disitu gadis cilik itu dijual. Pembelinya adalah pasangan suami istri dokter yang kaya, yang tidak pernah bisa punya anak sendiri walaupun mereka telah menikah selama 18 tahun. Mereka memberi nama anak gadis itu Serrafona, dan mereka memanjakannya dengan amat sangat.

Di tengah-tengah kemewahan istana itulah gadis kecil itu tumbuh dewasa. Ia belajar kebiasaan-kebiasaan orang terpelajar seperti merangkai bunga, menulis puisi dan bermain piano. Ia bergabung dengan kalangan-kalangan kelas atas, dan mengendarai Mercedes Benz kemanapun ia pergi. Satu hal yang baru terjadi menyusul hal lainnya, dan bumi terus berputar tanpa kenal istirahat.

Pada umurnya yang ke-24, Serrafona dikenal sebagai anak gadis Gubernur yang amat jelita, yang pandai bermain piano, yang aktif digereja, dan yang sedang menyelesaikan gelar dokternya. Ia adalah figur gadis yang menjadi impian tiap pemuda, tapi cintanya direbut oleh seorang dokter muda yang welas asih, yang bernama Geraldo. Setahun setelah perkawinan mereka, ayahnya wafat, dan Serrafona beserta suaminya mewarisi beberapa perusahaan dan sebuah real-estate sebesar 14 hektar yang diisi dengan taman bunga dan istana yang paling megah di kota itu.

Menjelang hari ulang tahunnya yang ke-27, sesuatu terjadi yang merubah kehidupan wanita itu. Pagi itu Serrafona sedang membersihkan kamar mendiang ayahnya yang sudah tidak pernah dipakai lagi, dan di laci meja kerja ayahnya, ia melihat selembar foto seorang anak bayi yang digendong sepasang suami istri. Selimut yang dipakai untuk menggendong bayi itu lusuh, dan bayi itu sendiri tampak tidak terurus, karena walaupun wajahnya dilapisi bedak tetapi rambutnya tetap kusam.

Sesuatu ditelinga kiri bayi itu membuat jantungnya berdegup kencang. Ia mengambil kaca pembesar dan mengkonsentrasikan pandangannya pada telinga kiri itu. Kemudian ia membuka lemarinya sendiri, dan mengeluarkan sebuah kotak kayu mahoni.

Di dalam kotak yang berukiran indah itu dia menyimpan seluruh barang-barang pribadinya, dari kalung-kalung berlian hingga surat-surat pribadi. Tapi diantara benda-benda mewah itu sesuatu terbungkus kapas kecil, sebentuk anting-anting melingkar yang amat sederhana, ringan dan bukan emas murni. Ibunya almarhum memberinya benda itu sambil berpesan untuk tidak kehilangan benda itu. Ia sempat bertanya, kalau itu anting-anting, dimana satunya. Ibunya menjawab bahwa hanya itu yang ia punya.

Serrafona menaruh anting-anting itu didekat foto. Sekali lagi ia mengerahkan seluruh kemampuan melihatnya dan perlahan-lahan air matanya berlinang. Kini tak ada keragu-raguan lagi bahwa bayi itu adalah dirinya sendiri. Tapi kedua pria wanita yang menggendongnya, yang tersenyum dibuat-buat, belum penah dilihatnya sama sekali.

Foto itu seolah membuka pintu lebar-lebar pada ruangan yang selama ini mengungkungi pertanyaan-pertanyaannya, misalnya: kenapa bentuk wajahnya berbeda dengan wajah kedua orang tuanya, kenapa ia tidak menuruni golongan darah ayahnya. Saat itulah, sepotong ingatan yang sudah seperempat abad terpendam, berkilat dibenaknya, bayangan seorang wanita membelai kepalanya dan mendekapnya di dada.

Di ruangan itu mendadak Serrafona merasakan betapa dinginnya sekelilingnya tetapi ia juga merasa betapa hangatnya kasih sayang dan rasa aman yang dipancarkan dari dada wanita itu. Ia seolah merasakan dan mendengar lewat dekapan itu bahwa daripada berpisah lebih baik mereka mati bersama.

Matanya basah ketika ia keluar dari kamar dan menghampiri suaminya yang sedang membaca koran: "Geraldo, saya adalah anak seorang pengemis, dan mungkin ibu saya masih ada di jalan sekarang setelah 25 tahun?".
Itu adalah awal dari kegiatan baru mereka mencari masa lalu Serrafonna. Foto hitam-putih yang kabur itu diperbanyak puluhan ribu lembar dan disebar ke seluruh jaringan kepolisian diseluruh negeri. Sebagai anak satu-satunya dari bekas pejabat yang cukup berpengaruh di kota itu, Serrafonna mendapatkan dukungan dari seluruh kantor kearsipan, kantor surat kabar dan kantor catatan sipil. Ia membentuk yayasan-yayasan untuk mendapatkan data dari seluruh panti-panti orang jompo dan badan-badan sosial di seluruh negeri dan mencari data tentang seorang wanita.

Bulan demi bulan lewat, tapi tak ada perkembangan apapun dari usahanya. Mencari seorang wanita yang mengemis 25 tahun yang lalu dinegeri dengan populasi 90 juta bukan sesuatu yang mudah. Tapi Serrafona tidak punya pikiran untuk menyerah. Dibantu suaminya yang begitu penuh pengertian, mereka terus menerus meningkatkan pencarian mereka.

Kini, tiap kali bermobil, mereka sengaja memilih daerah-daerah kumuh, sekedar untuk lebih akrab dengan nasib baik. Terkadang ia berharap agar ibunya sudah almarhum sehingga ia tidak terlalu menanggung dosa mengabaikannya selama seperempat abad. Tetapi ia tahu, entah bagaimana, bahwa ibunya masih ada, dan sedang menantinya sekarang.

Ia memberitahu suaminya keyakinan itu berkali-kali, dan suaminya mengangguk-angguk penuh pengertian. Saat itu waktu sudah memasuki masa Natal. Seluruh negeri bersiap untuk menyambut hari kelahiran Kristus, dan bahkan untuk kasus Serrafona-pun, orang tidak lagi menaruh perhatian utama. Melihat pohon-pohon terang mulai menyala disana-sini, mendengar lagu-lagu Natal mulai dimainkan ditempat-tempat umum, Serrafona menjadi amat sedih.

Pagi, siang dan sore ia berdoa: "Tuhan, saya bukannya tidak berniat merayakan hari lahirmu, tapi ijinkan saya untuk satu permintaan terbesar dalam hidup saya: "temukan saya dengan ibu saya". Tuhan mendengarkan doa itu. Suatu sore mereka menerima kabar bahwa ada seorang wanita yang mungkin bisa membantu mereka menemukan ibunya. Tanpa membuang waktu, mereka terbang ketempat itu, sebuah rumah kumuh di daerah lampu merah, 600 km dari kota mereka.

Sekali melihat, mereka tahu bahwa wanita yang separoh buta itu, yang kini terbaring sekarat, adalah wanita di dalam foto. Dengan suara putus-putus, wanita itu mengakui bahwa ia memang pernah mencuri seorang gadis kecil ditepi jalan, sekitar 25 tahun yang lalu. Tidak banyak yang diingatnya, tapi diluar dugaan ia masih ingat kota dan bahkan potongan jalan dimana ia mengincar gadis kecil itu dan kemudian menculiknya.

Serrafona memberi anak perempuan yang menjaga wanita itu sejumlah uang, dan malam itu juga mereka mengunjungi kota dimana Serrafonna diculik. Mereka tinggal di sebuah hotel mewah dan mengerahkan orang-orang mereka untuk mencari nama jalan itu. Semalaman Serrafona tidak bisa tidur. Untuk kesekian kalinya ia bertanya-tanya kenapa ia begitu yakin bahwa ibunya masih hidup sekarang, dan sedang menunggunya, dan ia tetap tidak tahu jawabannya.

Dua hari lewat tanpa kabar. Pada hari ketiga, pukul 18:00 senja, mereka menerima telepon dari salah seorang staff mereka. "Tuhan maha kasih, Nyonya, kalau memang Tuhan mengijinkan, kami mungkin telah menemukan ibu Nyonya Hanya cepat sedikit, waktunya mungkin tidak banyak lagi."

Mobil mereka memasuki sebuah jalanan yang sepi, dipinggiran kota yang kumuh dan banyak angin. Rumah-rumah disepanjang jalan itu tua-tua dan kusam. Satu, dua anak kecil tanpa baju bermain-main ditepi jalan. Dari jalanan pertama, mobil berbelok lagi kejalanan yang lebih kecil, kemudian masih belok lagi kejalanan berikutnya yang lebih kecil lagi. Semakin lama mereka masuk dalam lingkungan yang semakin menunjukkan kemiskinan.

Tubuh Serrrafona gemetar, ia seolah bisa mendengar panggilan itu. "Lekas, Serrafonna, mama menunggumu, sayang". Ia mulai berdoa: "Tuhan beri saya setahun untuk melayani mama. Saya akan melakukan apa saja". Ketika mobil berbelok memasuki jalan yang lebih kecil, dan ia bisa membaui kemiskinan yang amat sangat, ia berdoa: "Tuhan beri saya sebulan saja". Mobil belok lagi kejalanan yang lebih kecil, dan angin yang penuh derita bertiup, berebut masuk melewati celah jendela mobil yang terbuka. Ia mendengar lagi panggilan mamanya, dan ia mulai menangis: "Tuhan, kalau sebulan terlalu banyak, cukup beri kami seminggu untuk saling memanjakan". Ketika mereka masuk belokan terakhir, tubuhnya menggigil begitu hebat sehingga Geraldo memeluknya erat-erat.

Jalan itu bernama Los Felidas. Panjangnya sekitar 180 meter dan hanya kekumuhan yang tampak dari sisi ke sisi, dari ujung keujung. Di tengah-tengah jalan itu, di depan puing-puing sebuah toko, tampak onggokan sampah dan kantong-kantong plastik, dan ditengah-tengahnya, terbaring seorang wanita tua dengan pakaian sehitam jelaga, tidak bergerak-gerak.

Mobil mereka berhenti diantara 4 mobil mewah lainnya dan 3 mobil polisi. Di belakang mereka sebuah ambulans berhenti, diikuti empat mobil rumah sakit lain. Dari kanan kiri muncul pengemis- pengemis yang segera memenuhi tempat itu. "Belum bergerak dari tadi." Lapor salah seorang. Pandangan Serrafona gelap tapi ia menguatkan dirinya untuk meraih kesadarannya dan turun. Suaminya dengan sigap sudah meloncat keluar, memburu ibu mertuanya. "Serrafona, kemari cepat! Ibumu masih hidup, tapi kau harus menguatkan hatimu."

Serrafona memandang tembok dihadapannya, dan ingat saat ia menyandarkan kepalanya ke situ.

Ia memandang lantai di kakinya dan ingat ketika ia belajar berjalan. Ia membaui bau jalanan yang busuk, tapi mengingatkannya pada masa kecilnya.

Air matanya mengalir keluar ketika ia melihat suaminya menyuntikkan sesuatu ke tangan wanita yang terbaring itu dan memberinya isyarat untuk mendekat. "Tuhan", ia meminta dengan seluruh jiwa raganya, "beri kami sehari, Tuhan, biarlah saya membiarkan mama mendekap saya dan memberinya tahu bahwa selama 25 tahun ini hidup saya amat bahagia. Jadi mama tidak menyia-nyiakan saya". Ia berlutut dan meraih kepala wanita itu ke dadanya.

Wanita tua itu perlahan membuka matanya dan memandang keliling, ke arah kerumunan orang-orang berbaju mewah dan perlente, ke arah mobil-mobil yang mengkilat dan ke arah wajah penuh air mata yang tampak seperti wajahnya sendiri ketika ia masih muda. "Mama....", ia mendengar suara itu, dan ia tahu bahwa apa yang ditunggunya tiap malam - antara waras dan tidak - dan tiap hari - antara sadar dan tidak - kini menjadi kenyataan. Ia tersenyum, dan dengan seluruh kekuatannya menarik lagi jiwanya yang akan lepas.

Perlahan ia membuka genggaman tangannya, tampak sebentuk anting-anting yang sudah menghitam. Serrafona mengangguk, dan tanpa perduli sekelilingnya ia berbaring di atas jalanan itu dan merebahkan kepalanya di dada mamanya. "Mama, saya tinggal di istana dan makan enak tiap hari. Mama jangan pergi dulu. Apapun yang mama mau bisa kita lakukan bersama-sama. Mama ingin makan, ingin tidur, ingin bertamasya, apapun bisa kita bicarakan. Mama jangan pergi dulu... Mama..."

Ketika telinganya menangkap detak jantung yang melemah, ia berdoa lagi kepada Tuhan: "Tuhan maha pengasih dan pemberi, Tuhan..... satu jam saja.... ...satu jam saja....." Tapi dada yang didengarnya kini sunyi, sesunyi senja dan puluhan orang yang membisu. Hanya senyum itu, yang menandakan bahwa penantiannya selama seperempat abad tidak berakhir sia-sia...

***

Amanat yang dapat kita petik dari cerita diatas adalah : sayangilah Ibumu selagi beliau masih ada dan hidup di dunia ini. Bagaimanapun juga, Ibu adalah orang yang telah melahirkan kita. Janganlah sekali-kali berlaku kasar padanya, karena surga itu ada di bawah telapak kaki Ibu. *tuh liat, author nangis darah gara-gara baca cerita ini :'( hiks hiks*

Jumat, 28 Januari 2011

Aqua Timez - Kaze ni Fukarete Lyrics

Diposting oleh Fitria Amanda Putri di Jumat, Januari 28, 2011 0 komentar
Hahaha! Numpang nge-post yang gaje deh! #digebukmassa

Massa: Apa2an nih? Kita mau belajar bahasa Jepang malah dikasih lirik lagu! Ya, walaupun lagu jepang sih.. 
RKA (saya): Haa~ ampuuuuu~n!! Iya iya saya nggak nge-post yang gaje lagi deh!!


-ooOoo-

Kimi wa hassai no shounen
Doko e demo ikeru toshita nara
Doko e ikitai desu ka
Boku nara dou darou
Hassai ni modotte PAPA no hiroi senaka ni nesobette
Mata PILOT ni naritai na

Houkago undoujou ni daremo inaku natta no wo tashikamete
Sakagari no renshuu zutto mimamorette kureteru denchuu
Tsuzuketara kitto dekiru youna ki ga shiteta nda
Akiramekata nante otona ga kangaete kureru yo

Shinjiru koto yori utagau koto no hou ga fuete kita ima
Sore demo mada kore demo mada yume ni kokoro ga hazumu yo

Subete wo kyou ichinichi no tame ni kakate kita
Kubi wo kashigeru hito mo ita
Dakedo kanau toka kanawanai toka janakute
korega boku no ikikata nan da yo
Akogare wo oikakeru koto ni dake wa
Mune wo hareru jibun de itai

Kimi wa hassai no shonen kimi ga egaite yuku inochi no shoumei
Kono saki kitto zaisan tte iu kotoba ni deau darou
Sore wa hiroi wo yashiki ya ookina tochi koto janai
Kimi ga ano hi nigezu ni shujutsu ni nozonda koto

Sou kimi no PAPA to MAMA ga sa hokori wa nanika to kikaretara
Kono ko ga genki ni ikiteru koto datte iu deshou
Wasurenaide ite kowakute nemurenakatta hibi de saemo
Hitori janakatta tte koto wo

Shite Agerareru koto ga aru wake janai kedo
Tada koushite kakkou wo tsukete kakkou tsukanai kurai de utatte ku yo

Hodoketara musubi naoseba ii nando demo boku wa yume wo miru
Dakara todoku toka todokanai toka janakute
Kore ga boku no ikikata nan da yo
Wakatteru tachiagaru tabi ni mata kizutsu koto wa shouchi no ue

Sou boku mo hassai no shounen kimi to tomodachi ni natte mo ii kana
ii yo ne...?

Subete wo kyou ichinichi no tame ni kakate kita
Kubi wo kashigeru hito mo ita
Dakedo kanau toka kanawanai toka janakute
korega boku no ikikata nan da yo
Akogare wo oikakeru koto ni dake wa
Mune wo hareru jibun de itai

-ooOoo-

Kalo didenger enak juga lagunya! Sumpe loh, ini lagu menyedihkan yang pernah saya denger. Okeh, saya udah berjanji dengan massa nggak akan nge-post apapun selain materi belajar bahasa Jepang yang saya ajarkan! Tapi kalo materi ajarannya telat dipost jangan salahkan saya juga karena saya sedang puasa alias ngirit untuk berselancar di dunia hantunya maya! Wkwk, see you soon ^^

Panduan Mempelajari Bahasa Jepang Bab 9 – Kata Tanya untuk Benda

Diposting oleh Fitria Amanda Putri di Jumat, Januari 28, 2011 0 komentar
Kalimat tanya untuk benda menggunakan kata tanya: nani ka, nani ga, nani mo. Kata tanya ini dapat digunakan untuk benda-benda yang ada di sekeliling kita, baik itu benda mati maupun benda hidup.

# Nani ka

Digunakan untuk menanyakan sesuatu.

Contoh:

~ Untuk benda mati -> Soko ni nani ka arimasuka? (Apakah disitu ada sesuatu?)

~ Untuk benda hidup -> Soko ni nani ka arimasuka? (Apakah disitu ada sesuatu?)

# Nani ga

Digunakan untuk menanyakan apa.

Contoh:

~ Untuk benda mati -> Asoko ni nani ga arimasuka? (Disana ada apa?)

~ Untuk benda hidup -> Asoko ni nani ga imasuka? (Disana ada apa?)

# Nani mo

Digunakan untuk menyatakan tidak ada apapun.

Contoh:

~ Untuk benda mati -> Koko ni nani mo arimasen (Disini tidak ada apapun.)

~ Untuk benda hidup -> Koko ni nani mo imasen. (Disini tidak ada apapun.)

Berdasarkan kalimat diatas, dapat disimpulkan pola sebagai berikut.

1.     X ni nani ka arimasuka? (benda mati)

2.     X ni nani ka imasuka? (benda hidup)

3.     Y ni nani ga arimasuka? (benda mati)

4.     Y ni nani ga imasuka? (benda hidup)

5.     Z ni nani mo arimasen. (benda mati)

6.     Z ni nani mo imasen. (benda hidup)
-ooOoo-

Bab 6 – Kata Tanya untuk Benda, selesai. Semoga pelajaran hari ini dapat bermanfaat bagi kalian semua. Silakan dicoba kembali! Jika ada pertanyaan atau komentar, dapat bertanya ke saya, seputar pelajaran Bahasa Jepang yang saya ajarkan ini. Mata ashita, ganbatte yo!

Panduan Mempelajari Bahasa Jepang – BAB 8 – BILANGAN (Bangou)

Diposting oleh Fitria Amanda Putri di Jumat, Januari 28, 2011 0 komentar
Minna-san! Maaf yah kalo sensei telat kasih materi ini, karena sensei juga lagi sibuk-sibuknya ngerjain tugas-tugas lain! Hehe, maafkan keterlambatan saya ini :D
Baiklah, kali ini kita akan belajar... hajimatte yo!

Panduan Mempelajari Bahasa Jepang – BAB 8 – BILANGAN (Bangou)
-ooOoo-

Bilangan

0    : zero/rei
1    : ichi/hito
2    : ni/futa
3    : san/mi
4    : yon/shi
5    : go/itsu
6    : roku/mu
7    : shichi/nana
8    : hachi/ya
9    : kyuu/kokono
10    : juu/too
11    : juuichi
12    : juuni
13    : juusan
14    : juuyon
15    : juugo
16    : juuroku
17    : juunana
18    : juuhachi
19    : juukyuu
20    : nijuu
21    : nijuuichi
30    : sanjuu
40    : yonjuu
50    : gojuu
60    : rokujuu
70    : nanajuu
80    : hachijuu
90    : kyuujuu
100    : hyaku
200    : nihyaku
300    : sanbyaku
400    : yonhyaku
500    : gohyaku
600    : roppyaku
700    : nanahyaku
800    : happyaku
900    : kyuuhyaku
1000    : sen
2000    : nisen
3000    : sanzen
4000    : yonsen

5000    : gosen
6000    : rokusen
7000    : nanasen
8000    : hassen
9000    : kyuusen
10.000 : ichiman
20.000 : niman
100.000 : juuman
1.000.000 : hyakuman
10.000.000 : senman
100.000.000 : oku

Harga

1 yen        : ichien
2 yen        : nien
3 yen        : sanen
4 yen        : yonen
5 yen        : goen
6 yen        : rokuen
7 yen        : nanaen
8 yen        : hachien
9 yen        : kyuuen
10 yen    : juuen
100 yen    : hyakuen
Berapa harga : ikura desuka?

Contoh percakapan

Mika : Nami-san, ashita, Kyoko-san no paatii he ikimasuka. (Nami, besok, apakah kamu datang ke pesta Kyoko?)

Nami : Hai, ikimasu. (Ya, saya akan pergi ke pesta Kyoko.)
Mika : Jaa, isshoni, paatii he ikukoto ga dou desuka? (Kalau begitu, bagaimana kalau kita pergi bersama?)

Nami : Aa, iidesune. Demo, ikumaeni, watasi ni denwa wo kaketekudasai. (wah, ide yang bagus. Tapi sebelum pergi nanti, tolong beri tahu aku lewat telepon ya.)

Mika : Un, anata no denwa no bangou wa nan desuka? (Baiklah, berapa nomor teleponmu?)

Nami : Watashi no denwa no bangou wa 021-8905378. (nomor telepon saya 021-8905378.)

Mika : Soshite, anata no keitai denwa bangou ga arimasuka? (Lalu, apakah kamu punya nomor ponsel?)

Nami : Hai, aimasu. 08123456789. (Ya, ada. 08123456789)
-ooOoo-

Kata Bantu Bilangan

Dalam Bahasa Jepang, kita mengenal berbagai kata bantu bilangan untuk menyatakan jumlah. Kata bantu bilangan ini dibedakan berdasarkan bentuk benda itu sendiri. Misalnya, satuan jumlah untuk orang, benda yang berbentuk panjang dan bulat, buku, kendaraan, barang yang berukuran besar atau elektronik, dan berukuran kecil.

Kata Bantu Bilangan berakhiran ~nin

Satuan yang diakhiri dengan ~nin digunakan untuk menyatakan jumlah orang. (pengecualian untuk satu dan dua.)

1 orang : hitori
2 orang : futari
3 orang : sannin
4 orang : yonin
5 orang : gonin
6 orang : rokunin
7 orang : nananin
8 orang : hachinin
9 orang : kyuunin
10 orang : juunin
Berapa orang : nannin

Contoh percakapan

Satsuki : Ano kurasu no naka ni wa nannin desuka? (Di dalam kelas itu ada berapa orang?)

Toki : Ano kurasu no naka ni wa yonjuunin desu. (Di dalam kelas itu ada 40 orang.)

Satsuki : Josei wa nannin desuka? (Ada berapa orang murid perempuan?)

Toki : josei wa nijuunin desu. (Ada 20 murid perempuan.)

Kata Bantu Bilangan berakhiran ~tsu

Satuan yang diakhiri dengan ~tsu digunakan untuk menyatakan benda yang bentuknya benda yang tidak terlalu besar, seperti bangku. Selain itu, ~tsu digunakan pula untuk benda berbentuk bulat dan kecil seperti bola, telur, buah-buahan, sayuran, kue atau roti.

1 buah : hitotsu
2 buah : futatsu
3 buah : mittsu
4 buah : yotsu
5 buah : itsutsu
6 buah : muttsu
7 buah : nanatsu
8 buah : yattsu
9 buah : kokonotsu
10 buah : ikutsu
Berapa banyak : ikutsu

Contoh percakapan

Tomi : Irasshaimase. (Selamat datang.)

Erika : Sumimasen, ichigo pan wa arimasuka? (Permisi, apakah ada roti rasa stroberi?)

Tomi : Hai, arimasu. (Ya, ada.)

Erika : Nedan wa ikura desuka? (Berapa harganya?)

Tomi : Hitotsu wa goen desu. (Harga satu buah adalah 5 yen.)

Erika : Jya, ichigo pan wa mittsu wo kudasai. (Kalau begitu, saya beli 3 buah roti rasa stroberi.)

Tomi : Chotto matte kudasai. (Tunggu sebentar.)

Kata Bantu Bilangan berakhiran ~hon

Kata bantu bilangan berakhiran ~hon digunakan untuk benda yang memiliki bentuk bulat dan panjang atau berbentuk batangan seperti sumpit, batang kayu, bambu, botol, pensil, pulpen, sendok, garpu, dan payung.

1 batang : ippon
2 batang : nihon
3 batang : sanbon
4 batang : yonhon
5 batang : gohon
6 batang : roppon
7 batang : nanahon
8 batang : happon
9 batang : kokonotsu
10 batang : ikutsu
Berapa batang : nan bon

Contoh percakapan

Shin : Irasshaimase. (Selamat datang.)

Yume : Sumimasen, watashi wa enpitsu wo kaitai desu. (Permisi, saya mau beli pensil.)

Shin : Hai, douzo. Iroiro na enpitsu wo erande kudasai. (Baik, silakan pilih berbagai pensil yang Anda suka.)

Yume : Akai to aoi enpitsu ga arimasuka? (Apakah ada pensil berwarna merah dan biru?)

Shin : Hai, arimasu. (Ya, ada.)

Yume : Jya, akai enpitsu wa roppon to aoi enpitsu wa sanbon wo kudasai. (Kalau begitu, saya beli 6 batang pensil merah dan 3 batang pensil biru.)

Kata Bantu Bilangan berakhiran ~dai


Kata bantu bilangan ~dai biasanya digunakan untuk benda yang berukuran besar seperti kendaraan dan benda elektronik lainnya seperti televisi, radio, mesin cuci dan sepeda.

1 buah : ichidai
2 buah : nidai
3 buah : sandai
4 buah : yondai
5 buah : godai
6 buah : rokudai
7 buah : nanadai
8 buah : hachidai
9 buah : kyuudai
10 buah : juudai
Berapa banyak : nan dai

Contoh percakapan

Yuki : Waa, sugoi ne. Atarashii jitensha wo kaimashitaka? (Wah, keren nih. Kamu baru beli sepeda baru ya?)

Wani : Hai, senshuu otousan wa watashi no tame ni kono jitensha wo kaimashita. (Ya, Ayah membelikan sepeda ini untukku seminggu yang lalu.)

Yuki : Sono ue ni, ootobaiku mo takusan ga arimasuka? (Selain sepeda, apakah kamu juga punya banyak sepeda motor?)

Wani : Iie, ootobaiku wa ichidai dake desu. (Tidak, saya hanya punya satu sepeda motor.)

Kata Bantu Bilangan berakhiran ~satsu

Kata bantu bilangan ~satsu biasanya digunakan untuk benda yang berjilid, seperti buku, majalah, novel, kamus dan komik.

1 jilid : issatsu
2 jilid : nisatsu
3 jilid : sansatsu
4 jilid : yonsatsu
5 jilid : gosatsu
6 jilid : rokusatsu
7 jilid : nanasatsu
8 jilid : hassatsu
9 jilid : kyuusatsu
10 jilid : juusatsu
Berapa jilid: nan satsu

Contoh percakapan

Aki : Anata wa Bleach no manga ga suki desuka? (Kamu suka komik Bleach nggak?)

Nobu : Hai, watashi wa Bleach no manga ga hontou ni duki desu. (Ya, saya sangat suka komik Bleach.)

Aki : Waa, watashi mo suki desu. Anata no manga wa nan satsu ga arimasuka? (Wah, saya juga suka. Kamu punya berapa seri?)

Nobu : Watashi no manga wa 9 satsu desu. (Saya punya 9 seri.)

Kata Bantu Bilangan berakhiran ~mai

Kata bantu bilangan ~mai biasanya digunakan untuk benda yang berbentuk lembaran tipis seperti kertas, foto, perangko, amplop, kain, sapu tangan dan karcis.

1 lembar : ichimai
2 lembar : nimai
3 lembar : sanmai
4 lembar : yonmai
5 lembar : gomai
6 lembar : rokumai
7 lembar : nanamai
8 lembar : hachimai
9 lembar : kyuumai
10 lembar : juumai
Berapa lembar : nan mai

Contoh percakapan

Hani : Sumimasen, kono kitte wa ikura desuka? (Permisi, berapa harga perangko ini?)

Aya : Ichimai wa nien desu. (Satu lembar harganya 2 yen.)

Hani : Jya, juumai wo kudasai. Demo, fuutou mo arimasuka? (Kalau begitu, saya beli 10 lembar. Tetapi, apakah ada amplop juga?)

Aya : Hai, arimasu. Ichimai wa hyakuen desu. (Ya, ada. Satu lembar harganya 100 yen.)

Kata Bantu Bilangan berakhiran ~kai

Kata bantu bilangan ~kai biasanya digunakan untuk menyatakan tingkatan seperti lantai pada sebuah bangunan dan anak tangga.

Lantai 1 : ikkai
Lantai 2 : nikai
Lantai 3 : sankai
Lantai 4 : yonkai
Lantai 5 : gokai
Lantai 6 : rokkai
Lantai 7 : nanakai
Lantai 8 : hakkai
Lantai 9 : kyuukai
Lantai 10 : juukai
Lantai berapa : nan kai

Contoh percakapan

Sashi : Sumimasen, kaban no mise wa nan kai arimasuka? (Permisi, toko tas ada di lantai berapa?)

Toya : Kaban no mise wa sankai nio arimasu. (Toko tas ada di lantai 3.)

Sashi : Arigatou gozaimasu. (Terima kasih.)

Toya : Douitashimashite. (Sama-sama.)

Kata Bantu Bilangan berakhiran ~hiki

Kata bantu bilangan ~hiki biasanya digunakan untuk menyatakan satuan pada hewan yang berukuran kecil seperti ikan, kucing, anjing, monyet dan sebagainya.

1 ekor : ippiki
2 ekor : nihiki
3 ekor : sanbiki
4 ekor : yonhiki
5 ekor : gohiki
6 ekor : roppiki
7 ekor : nanahiki
8 ekor : happiki
9 ekor : kyuuhiki
10 ekor : jippiki
Berapa ekor : nan biki

Contoh percakapan

Kimura : Anata no uchi niwa petto ga imasuka? (Apakah di rumahmu ada hewan peliharaan?)

Tomoki : Hai, neko ga imasu. Neko wa gohiki imasu. (Ya, aku punya kucing. Ada 5 ekor.)

Kimura : Inu mo imasuka? (Apakah anjing juga ada?)

Tomoki : Iie, inu ga imasen, neko dake desu. (Tidak, saya tidak punya anjing. Hanya ada kucing.)

Kata Bantu Bilangan berakhiran ~tou

Kata bantu bilangan ~tou biasanya digunakan untuk menyatakan satuan pada hewan yang berukuran besar seperti kuda, sapi, kerbau, beruang, gajah dan sebagainya.

1 ekor : ittou
2 ekor : nitou
3 ekor : santou
4 ekor : yontou
5 ekor : gotou
6 ekor : rokutou
7 ekor : nanatou
8 ekor : haptou
9 ekor : kyuutou
10 ekor : juttou
Berapa ekor : nan tou

Contoh percakapan

Chiyuki : Kono doubutsuen ni wa uma ga nan tou imasuka? (Ada berapa ekor kuda di kebun binatang ini?)

Shirou : Uma ga jutto imasu. (Ada 10 ekor kuda.)

Chiyuki : Soshite, zou ga nan tou imasuka? (Lalu, ada berapa ekor gajah?)

Shirou : Zou ga rokutou imasu. (Ada 6 ekor gajah.)

Kata Bantu Bilangan berakhiran ~hai


Kata bantu bilangan ~hai biasanya digunakan untuk benda seperti cangkir dan gelas.

1 cangkir : ippai
2 cangkir : nihai
3 cangkir : sanbai
4 cangkir : yonhai
5 cangkir : gohai
6 cangkir : roppai
7 cangkir : nanahai
8 cangkir : happai
9 cangkir : kyuuhai
10 cangkir : juppai
Berapa cangkir : nan bai

Contoh percakapan

Saeko : Kyou wa tenki ga samui desu ne? (Hari ini cuacanya dingin, ya?)

Tsuki : Hai, ame ga futteiru kara samui desu. (Ya, hujan masih turun karena itu cuaca terasa dingin.)

Saeko : Dattara, issho ni atatakai cha wo nomu koto hou ii desuka? (Kalau begitu, bagaimana bila kita minum teh hangat bersama?)

Tsuki : II desune, ippai dake desu. Arigatou. (Baiklah, satu cangkir saja. Terima kasih.)

Kata Bantu Bilangan berakhiran ~sai

Kata bantu bilangan ~sai biasanya digunakan untuk menyatakan umur.

1 tahun : issai
2 tahun : nisai
3 tahun : sansai
4 tahun : yonsai
5 tahun : gosai
6 tahun : rokusai
7 tahun : nanasai
8 tahun : hassai
9 tahun : kyuusai
10 tahun : juusai
Berapa tahun : nan sai

Contoh percakapan

Takeo : Anata no okosan wa kawaii desu ne. Nan sai desuka? (Anakmu lucu sekali. Berapa umurnya?)

Ria : Watashi no kodomo wa 8 sai desu. Anata wa musuko ga imasuka? (Anak saya berumur 8 tahun. Apakah kamu punya anak laki-laki?)

Takeo : Hai, musuko ga hitori imasu. Kotoshi wa 10 sai desu. (Ya, saya punya seorang anak laki-laki. Tahun ini usianya 10 tahun.)

Kata Bantu Bilangan berakhiran ~ken

Kata bantu bilangan ~ken biasanya digunakan untuk benda yang berbentuk sebuah bangunan, seperti rumah dan gedung.

1 bangunan : ikken
2 bangunan : niken
3 bangunan : sanken
4 bangunan : yonken
5 bangunan : goken
6 bangunan : rokken
7 bangunan : nanaken
8 bangunan : hakken
9 bangunan : kyuuken
10 bangunan : jukken
Berapa bangunan : nan ken

Contoh percakapan

Neru : Tokyo ni suupaa wa nan ken arimasuka? (Di Tokyo ada berapa banyak supermarket?)

Fuyu : Suupaa ga takusan arimasu. Ijou 5 ken ga arimasu. (Ada banyak supermarket. Kurang lebih ada 5 bangunan.)

Neru : Sou ka. Jya, doumo arigato gozaimasu! (Oh begitu, ya. Kalau begitu terima kasih banmyak!)

Fuyu : Douitashimashite. (sama-sama.)
-ooOoo-

Bab 8 – Bilangan, selesai. Semoga pelajaran hari ini dapat bermanfaat bagi kalian semua. Silakan dicoba kembali! Jika ada pertanyaan atau komentar, dapat bertanya ke saya, seputar pelajaran Bahasa Jepang yang saya ajarkan ini. Mata ashita, ganbatte yo!

Selasa, 25 Januari 2011

Carpe Diem Tracklist

Diposting oleh Fitria Amanda Putri di Selasa, Januari 25, 2011 1 komentar
Kabar baik bagi kalian para AquaFanz! Saya menemukan info ini dari sebuah blog yang saya follow. Yah, walaupun sedikit, dan juga saya boleh kopas, saya harap informasi ini bermanfaat bagi kalian semuanya! This is it ♥

***

1. 百年の樹 (hyakunen no ki, a hundred year old tree (i think))
2. 最後まで (Album ver.) (Saigo made, to the end)
3. プルメリア ~花唄~ (Plumeria ~Hana Uta~ (flower song))
4. 真夜中のオーケストラ (Mayonaka no Orchestra, Midnight’s Orchestra)
5. カルペ・ディエム (Carpe Diem)
6. 刻 ~Interlude~ (not sure if this is kiza or koku, so I don’t know what it means)
7. メメント・モリ (memento mori)
8. 風に吹かれて (Kaze ni Fukarete, blowing in the wind)
9. MILKY BLUES (lol, weird title)
10. Let Loose
11. GRAVITY 0
12. 絵はがきの春 (Ehagaki no Haru, the Spring on a postcard)
13. 銀河鉄道の夜 (ginga tetsudou no yoru, a night of galaxy railroads)


Taken from Master COOLCWER

***


Yaaaaah, mungkin segitu dulu aja deh info bermanfaat dari saya! Semoga di lain waktu bisa ngasih info lagi buat kalian ya ^^v
Oya, maaf kalo sensei telat ngasih materi, maklum lagi puasa online #barutau deh bisa puasa online, haha.
Yang masih tetep mau belajar sama sensei, pertahankan itu!
Saya bener-bener minta maaf atas ketidaknyamanan ini (once more, I really sorry about this late exercise and learning materials because I soooooo BUSY now!)
Halah, kok saya jadi ngelantur gini? Kalo kurang minum obat ya beginilah efeknya, hoho :D
Okay, I'll see you later ^^~

Rabu, 12 Januari 2011

Cerita MOTIVASI dan RENUNGAN - Kisah Kasih Seorang Ibu

Diposting oleh Fitria Amanda Putri di Rabu, Januari 12, 2011 0 komentar
Buat kalian semua yang masih memiliki orang tua, khususnya yang masih punya Ibu, Mama, atau Bunda, ini adalah sepenggal kisah sedih dan nyata yang pernah terjadi di dunia. Kisah ini mengajarkan dan mengingatkan kita arti dan pengorbanan yang diberikan oleh Ibu terhadap anaknya. Walaupun kita selalu menyusahkan Ibu, selalu membantahnya, selalu melawannya, tapi tak ada sebersit perasaan darinya untuk memarahi kita. Check this out.

***

Los Felidas adalah nama sebuah jalan di ibu kota sebuah negara di America Selatan, yang terletak di kawasan terkumuh diseluruh kota. Ada sebuah kisah Natal yang menyebabkan jalan itu begitu dikenang orang, dan itu dimulai dari kisah seorang pengemis wanita yang juga ibu seorang gadis kecil.

Tidak seorangpun yang tahu nama aslinya, tapi beberapa orang tahu sedikit masa lalunya, yaitu bahwa ia bukan penduduk asli disitu, melainkan dibawa oleh suaminya dari kampung halamannya.

Seperti kebanyakan kota besar di dunia ini, kehidupan masyarakat kota terlalu berat untuk mereka, dan belum setahun mereka di kota itu, mereka kehabisan seluruh uangnya, dan pada suatu pagi mereka sadar bahwa mereka tidak tahu dimana mereka tidur malam nanti dan tidak sepeserpun uang ada dikantong. Padahal mereka sedang menggendong bayi mereka yang berumur 1 tahun.

Dalam keadaan panik dan putus asa, mereka berjalan dari satu jalan ke jalan lainnya, dan akhirnya tiba di sebuah jalan sepi dimana puing-puing sebuah toko seperti memberi mereka sedikit tempat untuk berteduh. Saat itu angin Desember bertiup kencang, membawa titik-titik air yang dingin.

Ketika mereka beristirahat dibawah atap toko itu, sang suami berkata: "Saya harus meninggalkan kalian sekarang. Saya harus mendapatkan pekerjaan, apapun, kalau tidak malam nanti kita akan tidur disini." Setelah mencium bayinya ia pergi. Dan ia tidak pernah kembali. Tak seorangpun yang tahu pasti kemana pria itu pergi, tapi beberapa orang seperti melihatnya menumpang kapal yang menuju ke Afrika. Selama beberapa hari berikutnya sang ibu yang malang terus menunggu kedatangan suaminya, dan bila malam tidur diemperan toko itu. Pada hari ketiga, ketika mereka sudah kehabisan susu, orang-orang yang lewat mulai memberi mereka uang kecil, dan jadilah mereka pengemis disana selama 6 bulan berikutnya.

Pada suatu hari, tergerak oleh semangat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, ibu itu bangkit dan memutuskan untuk bekerja. Masalahnya adalah di mana ia harus menitipkan anaknya, yang kini sudah hampir 2 tahun, dan tampak amat cantik jelita. Tampaknya tidak ada jalan lain kecuali meninggalkan anak itu disitu dan berharap agar nasib tidak memperburuk keadaan mereka.

Suatu pagi ia berpesan pada anak gadisnya, agar ia tidak kemana-mana, tidak ikut siapapun yang mengajaknya pergi atau menawarkan gula-gula. Pendek kata, gadis kecil itu tidak boleh berhubungan dengan siapapun selama ibunya tidak ditempat. "Dalam beberapa hari mama akan mendapatkan cukup uang untuk menyewa kamar kecil yang berpintu, dan kita tidak lagi tidur dengan angin dirambut kita".

Gadis itu mematuhi pesan ibunya dengan penuh kesungguhan. Maka sang ibu mengatur kotak kardus dimana mereka tinggal selama 7 bulan agar tampak kosong, dan membaringkan anaknya dengan hati-hati di dalamnya, di sebelahnya ia meletakkan sepotong roti, kemudian, dengan mata basah ibu itu menuju kepabrik sepatu, dimana ia bekerja sebagai pemotong kulit.

Begitulah kehidupan mereka selama beberapa hari, hingga dikantong sang Ibu kini terdapat cukup uang untuk menyewa sebuah kamar berpintu di daerah kumuh.

Dengan suka cita ia menuju ke penginapan orang-orang miskin itu, dan membayar uang muka sewa kamarnya. Tapi siang itu juga sepasang suami istri pengemis yang moralnya amat rendah menculik gadis cilik itu dengan paksa, dan membawanya sejauh 300 kilometer ke pusat kota.

Di situ mereka mendandani gadis cilik itu dengan baju baru, membedaki wajahnya, menyisir rambutnya dan membawanya kesebuah rumah mewah dipusat kota. Disitu gadis cilik itu dijual. Pembelinya adalah pasangan suami istri dokter yang kaya, yang tidak pernah bisa punya anak sendiri walaupun mereka telah menikah selama 18 tahun. Mereka memberi nama anak gadis itu Serrafona, dan mereka memanjakannya dengan amat sangat.

Di tengah-tengah kemewahan istana itulah gadis kecil itu tumbuh dewasa. Ia belajar kebiasaan-kebiasaan orang terpelajar seperti merangkai bunga, menulis puisi dan bermain piano. Ia bergabung dengan kalangan-kalangan kelas atas, dan mengendarai Mercedes Benz kemanapun ia pergi. Satu hal yang baru terjadi menyusul hal lainnya, dan bumi terus berputar tanpa kenal istirahat.

Pada umurnya yang ke-24, Serrafona dikenal sebagai anak gadis Gubernur yang amat jelita, yang pandai bermain piano, yang aktif digereja, dan yang sedang menyelesaikan gelar dokternya. Ia adalah figur gadis yang menjadi impian tiap pemuda, tapi cintanya direbut oleh seorang dokter muda yang welas asih, yang bernama Geraldo. Setahun setelah perkawinan mereka, ayahnya wafat, dan Serrafona beserta suaminya mewarisi beberapa perusahaan dan sebuah real-estate sebesar 14 hektar yang diisi dengan taman bunga dan istana yang paling megah di kota itu.

Menjelang hari ulang tahunnya yang ke-27, sesuatu terjadi yang merubah kehidupan wanita itu. Pagi itu Serrafona sedang membersihkan kamar mendiang ayahnya yang sudah tidak pernah dipakai lagi, dan di laci meja kerja ayahnya, ia melihat selembar foto seorang anak bayi yang digendong sepasang suami istri. Selimut yang dipakai untuk menggendong bayi itu lusuh, dan bayi itu sendiri tampak tidak terurus, karena walaupun wajahnya dilapisi bedak tetapi rambutnya tetap kusam.

Sesuatu ditelinga kiri bayi itu membuat jantungnya berdegup kencang. Ia mengambil kaca pembesar dan mengkonsentrasikan pandangannya pada telinga kiri itu. Kemudian ia membuka lemarinya sendiri, dan mengeluarkan sebuah kotak kayu mahoni.

Di dalam kotak yang berukiran indah itu dia menyimpan seluruh barang-barang pribadinya, dari kalung-kalung berlian hingga surat-surat pribadi. Tapi diantara benda-benda mewah itu sesuatu terbungkus kapas kecil, sebentuk anting-anting melingkar yang amat sederhana, ringan dan bukan emas murni. Ibunya almarhum memberinya benda itu sambil berpesan untuk tidak kehilangan benda itu. Ia sempat bertanya, kalau itu anting-anting, dimana satunya. Ibunya menjawab bahwa hanya itu yang ia punya.

Serrafona menaruh anting-anting itu didekat foto. Sekali lagi ia mengerahkan seluruh kemampuan melihatnya dan perlahan-lahan air matanya berlinang. Kini tak ada keragu-raguan lagi bahwa bayi itu adalah dirinya sendiri. Tapi kedua pria wanita yang menggendongnya, yang tersenyum dibuat-buat, belum penah dilihatnya sama sekali.

Foto itu seolah membuka pintu lebar-lebar pada ruangan yang selama ini mengungkungi pertanyaan-pertanyaannya, misalnya: kenapa bentuk wajahnya berbeda dengan wajah kedua orang tuanya, kenapa ia tidak menuruni golongan darah ayahnya. Saat itulah, sepotong ingatan yang sudah seperempat abad terpendam, berkilat dibenaknya, bayangan seorang wanita membelai kepalanya dan mendekapnya di dada.

Di ruangan itu mendadak Serrafona merasakan betapa dinginnya sekelilingnya tetapi ia juga merasa betapa hangatnya kasih sayang dan rasa aman yang dipancarkan dari dada wanita itu. Ia seolah merasakan dan mendengar lewat dekapan itu bahwa daripada berpisah lebih baik mereka mati bersama.

Matanya basah ketika ia keluar dari kamar dan menghampiri suaminya yang sedang membaca koran: "Geraldo, saya adalah anak seorang pengemis, dan mungkin ibu saya masih ada di jalan sekarang setelah 25 tahun?".
Itu adalah awal dari kegiatan baru mereka mencari masa lalu Serrafonna. Foto hitam-putih yang kabur itu diperbanyak puluhan ribu lembar dan disebar ke seluruh jaringan kepolisian diseluruh negeri. Sebagai anak satu-satunya dari bekas pejabat yang cukup berpengaruh di kota itu, Serrafonna mendapatkan dukungan dari seluruh kantor kearsipan, kantor surat kabar dan kantor catatan sipil. Ia membentuk yayasan-yayasan untuk mendapatkan data dari seluruh panti-panti orang jompo dan badan-badan sosial di seluruh negeri dan mencari data tentang seorang wanita.

Bulan demi bulan lewat, tapi tak ada perkembangan apapun dari usahanya. Mencari seorang wanita yang mengemis 25 tahun yang lalu dinegeri dengan populasi 90 juta bukan sesuatu yang mudah. Tapi Serrafona tidak punya pikiran untuk menyerah. Dibantu suaminya yang begitu penuh pengertian, mereka terus menerus meningkatkan pencarian mereka.

Kini, tiap kali bermobil, mereka sengaja memilih daerah-daerah kumuh, sekedar untuk lebih akrab dengan nasib baik. Terkadang ia berharap agar ibunya sudah almarhum sehingga ia tidak terlalu menanggung dosa mengabaikannya selama seperempat abad. Tetapi ia tahu, entah bagaimana, bahwa ibunya masih ada, dan sedang menantinya sekarang.

Ia memberitahu suaminya keyakinan itu berkali-kali, dan suaminya mengangguk-angguk penuh pengertian. Saat itu waktu sudah memasuki masa Natal. Seluruh negeri bersiap untuk menyambut hari kelahiran Kristus, dan bahkan untuk kasus Serrafona-pun, orang tidak lagi menaruh perhatian utama. Melihat pohon-pohon terang mulai menyala disana-sini, mendengar lagu-lagu Natal mulai dimainkan ditempat-tempat umum, Serrafona menjadi amat sedih.

Pagi, siang dan sore ia berdoa: "Tuhan, saya bukannya tidak berniat merayakan hari lahirmu, tapi ijinkan saya untuk satu permintaan terbesar dalam hidup saya: "temukan saya dengan ibu saya". Tuhan mendengarkan doa itu. Suatu sore mereka menerima kabar bahwa ada seorang wanita yang mungkin bisa membantu mereka menemukan ibunya. Tanpa membuang waktu, mereka terbang ketempat itu, sebuah rumah kumuh di daerah lampu merah, 600 km dari kota mereka.

Sekali melihat, mereka tahu bahwa wanita yang separoh buta itu, yang kini terbaring sekarat, adalah wanita di dalam foto. Dengan suara putus-putus, wanita itu mengakui bahwa ia memang pernah mencuri seorang gadis kecil ditepi jalan, sekitar 25 tahun yang lalu. Tidak banyak yang diingatnya, tapi diluar dugaan ia masih ingat kota dan bahkan potongan jalan dimana ia mengincar gadis kecil itu dan kemudian menculiknya.

Serrafona memberi anak perempuan yang menjaga wanita itu sejumlah uang, dan malam itu juga mereka mengunjungi kota dimana Serrafonna diculik. Mereka tinggal di sebuah hotel mewah dan mengerahkan orang-orang mereka untuk mencari nama jalan itu. Semalaman Serrafona tidak bisa tidur. Untuk kesekian kalinya ia bertanya-tanya kenapa ia begitu yakin bahwa ibunya masih hidup sekarang, dan sedang menunggunya, dan ia tetap tidak tahu jawabannya.

Dua hari lewat tanpa kabar. Pada hari ketiga, pukul 18:00 senja, mereka menerima telepon dari salah seorang staff mereka. "Tuhan maha kasih, Nyonya, kalau memang Tuhan mengijinkan, kami mungkin telah menemukan ibu Nyonya Hanya cepat sedikit, waktunya mungkin tidak banyak lagi."

Mobil mereka memasuki sebuah jalanan yang sepi, dipinggiran kota yang kumuh dan banyak angin. Rumah-rumah disepanjang jalan itu tua-tua dan kusam. Satu, dua anak kecil tanpa baju bermain-main ditepi jalan. Dari jalanan pertama, mobil berbelok lagi kejalanan yang lebih kecil, kemudian masih belok lagi kejalanan berikutnya yang lebih kecil lagi. Semakin lama mereka masuk dalam lingkungan yang semakin menunjukkan kemiskinan.

Tubuh Serrrafona gemetar, ia seolah bisa mendengar panggilan itu. "Lekas, Serrafonna, mama menunggumu, sayang". Ia mulai berdoa: "Tuhan beri saya setahun untuk melayani mama. Saya akan melakukan apa saja". Ketika mobil berbelok memasuki jalan yang lebih kecil, dan ia bisa membaui kemiskinan yang amat sangat, ia berdoa: "Tuhan beri saya sebulan saja". Mobil belok lagi kejalanan yang lebih kecil, dan angin yang penuh derita bertiup, berebut masuk melewati celah jendela mobil yang terbuka. Ia mendengar lagi panggilan mamanya, dan ia mulai menangis: "Tuhan, kalau sebulan terlalu banyak, cukup beri kami seminggu untuk saling memanjakan". Ketika mereka masuk belokan terakhir, tubuhnya menggigil begitu hebat sehingga Geraldo memeluknya erat-erat.

Jalan itu bernama Los Felidas. Panjangnya sekitar 180 meter dan hanya kekumuhan yang tampak dari sisi ke sisi, dari ujung keujung. Di tengah-tengah jalan itu, di depan puing-puing sebuah toko, tampak onggokan sampah dan kantong-kantong plastik, dan ditengah-tengahnya, terbaring seorang wanita tua dengan pakaian sehitam jelaga, tidak bergerak-gerak.

Mobil mereka berhenti diantara 4 mobil mewah lainnya dan 3 mobil polisi. Di belakang mereka sebuah ambulans berhenti, diikuti empat mobil rumah sakit lain. Dari kanan kiri muncul pengemis- pengemis yang segera memenuhi tempat itu. "Belum bergerak dari tadi." Lapor salah seorang. Pandangan Serrafona gelap tapi ia menguatkan dirinya untuk meraih kesadarannya dan turun. Suaminya dengan sigap sudah meloncat keluar, memburu ibu mertuanya. "Serrafona, kemari cepat! Ibumu masih hidup, tapi kau harus menguatkan hatimu."

Serrafona memandang tembok dihadapannya, dan ingat saat ia menyandarkan kepalanya ke situ.

Ia memandang lantai di kakinya dan ingat ketika ia belajar berjalan. Ia membaui bau jalanan yang busuk, tapi mengingatkannya pada masa kecilnya.

Air matanya mengalir keluar ketika ia melihat suaminya menyuntikkan sesuatu ke tangan wanita yang terbaring itu dan memberinya isyarat untuk mendekat. "Tuhan", ia meminta dengan seluruh jiwa raganya, "beri kami sehari, Tuhan, biarlah saya membiarkan mama mendekap saya dan memberinya tahu bahwa selama 25 tahun ini hidup saya amat bahagia. Jadi mama tidak menyia-nyiakan saya". Ia berlutut dan meraih kepala wanita itu ke dadanya.

Wanita tua itu perlahan membuka matanya dan memandang keliling, ke arah kerumunan orang-orang berbaju mewah dan perlente, ke arah mobil-mobil yang mengkilat dan ke arah wajah penuh air mata yang tampak seperti wajahnya sendiri ketika ia masih muda. "Mama....", ia mendengar suara itu, dan ia tahu bahwa apa yang ditunggunya tiap malam - antara waras dan tidak - dan tiap hari - antara sadar dan tidak - kini menjadi kenyataan. Ia tersenyum, dan dengan seluruh kekuatannya menarik lagi jiwanya yang akan lepas.

Perlahan ia membuka genggaman tangannya, tampak sebentuk anting-anting yang sudah menghitam. Serrafona mengangguk, dan tanpa perduli sekelilingnya ia berbaring di atas jalanan itu dan merebahkan kepalanya di dada mamanya. "Mama, saya tinggal di istana dan makan enak tiap hari. Mama jangan pergi dulu. Apapun yang mama mau bisa kita lakukan bersama-sama. Mama ingin makan, ingin tidur, ingin bertamasya, apapun bisa kita bicarakan. Mama jangan pergi dulu... Mama..."

Ketika telinganya menangkap detak jantung yang melemah, ia berdoa lagi kepada Tuhan: "Tuhan maha pengasih dan pemberi, Tuhan..... satu jam saja.... ...satu jam saja....." Tapi dada yang didengarnya kini sunyi, sesunyi senja dan puluhan orang yang membisu. Hanya senyum itu, yang menandakan bahwa penantiannya selama seperempat abad tidak berakhir sia-sia...

***

Amanat yang dapat kita petik dari cerita diatas adalah : sayangilah Ibumu selagi beliau masih ada dan hidup di dunia ini. Bagaimanapun juga, Ibu adalah orang yang telah melahirkan kita. Janganlah sekali-kali berlaku kasar padanya, karena surga itu ada di bawah telapak kaki Ibu. *tuh liat, author nangis darah gara-gara baca cerita ini :'( hiks hiks*