Sabtu, 19 November 2011

Tutorial Watarasebashi #19 – Pernyataan keadaan benda, cara mengatakan “adalah” dan “bukanlah”

Maaf sekali readers. Saya lama nggak update lagi nih dikarenakan sibuk ngurusin skripsi (udah lulus sih walau dapet nilai C sebanyak 2) hehe. Sekarang sedang mempersiapkan untuk S2 di Universitas Tokyo. Doakan supaya lancar ya! m(_ _)m


Pembahasan masih berlanjut di tutorial Watarasebashi bagian 19. Simak teruuuuuus!!

-ooOoo-

[Pada seri tutorial ini, kita akan belajar bahasa Jepang dari nol dengan menggunakan lagu Watarasebashi sebagai materinya. Karena pembahasan tiap episode dibangun dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, saya menyarankan agar kamu mengikutinya dari episode pertama.]

Sekarang kita akan belajar cara menyatakan keadaan benda, yaitu mengatakan bahwa sesuatu memang sesuatu (misalnya “dia adalah murid”) dan bahwa sesuatu bukanlah sesuatu (misalnya “dia bukan murid”). Yang akan kita pelajari lebih dulu adalah bagian “adalah murid” dan “bukan murid”-nya.

Kita butuh cukup banyak pengetahuan baru untuk bisa memamahi sisa dari kalimat pertama di Watarasebashi. Tapi paling tidak, setelah membaca bagian ini kamu bisa tahu maksud datta yang ada di bagian akhir kalimat pertama tersebut.

Menyatakan bahwa sesuatu memang sesuatu menggunakan da

Untuk menyatakan bahwa sesuatu memang sesuatu, kita menempelkan da (だ) ke nomina atau adjektiva-na. Untuk adjektiva-i, aturannya beda dan akan kita pelajari belakangan. Nah, sebetulnya aturan tata bahasa untuk nomina dan adjektiva-na tidak hanya sama pada kasus ini. Untuk sebagian besar kasus, aturan bagi nomina dan adjektiva-na persis sama. Jadi selama tidak disebutkan secara eksplisit bahwa aturannya berbeda, kamu boleh berasumsi bahwa nomina dan adjektiva-na berperilaku sama.

Menyatakan bahwa sesuatu memang begitu menggunakan da

Tempelkan 「だ」 ke nomina atau adjektiva-na
isha → isha da (adalah dokter)
taisetsu → taisetsu da (bersifat penting)
医者 (isha): dokter
大切 (taisetsu): penting

Inilah contohnya:
歌手だ
kashu da
adalah penyanyi
歌手 (kashu): penyanyi
黒い本だ
kuroi hon da
adalah buku hitam
黒い (kuroi): hitam
本 (hon): buku

簡単だ
kantan da
bersifat mudah
簡単 (kantan): mudah, sederhana

Pada contoh di atas, perhatikan bahwa kashu dan hon adalah nomina sedangkan kantan adalah adjektiva-na. Fungsi da kurang lebihnya sama seperti “adalah” di dua contoh pertama dan “bersifat” pada contoh 3. Intinya, da mengiyakan bahwa sesuatu memang sesuatu. Namun ada satu hal penting yang perlu kamu ingat:

Pernyataan keadaan benda positif (mengiyakan) bisa dilakukan tanpa da!

Ini sebetulnya juga sama pada bahasa Indonesia. Kita bisa menghilangkan “adalah” pada “dia adalah penyanyi” sehingga menjadi “dia penyanyi”. Lalu, “bersifat” pada “soal ini bersifat mudah” bisa dihilangkan sehingga hasilnya “soal ini mudah”.

Pada bahasa Indonesia, kata “adalah” tidak berhubungan dengan jenis kelamin maupun kesopanan. Namun di bahasa Jepang nuansa yang diberikan jauh berbeda. Keberadaan da membuat kalimatnya terdengar lebih tegas, memaksa, dan dengan kata lain deklaratif. Oleh karenanya, yang lebih sering menggunakan da di akhir kalimat adalah laki-laki. Di bahasa Jepang, gaya bahasa tegas juga berarti tidak sopan. Oleh karenanya, saat nanti belajar gaya bahasa sopan kita akan melihat bahwa da tidak digunakan sebagai akhiran kalimat. Terakhir, karena da digunakan untuk membuat pernyataan, secara umum kamu tidak bisa menggunakannya saat bertanya.

Konjugasi negatif (penyangkalan)

Di bahasa Jepang, bentuk negatif dan lampau dinyatakan melalui perubahan bentuk atau konjugasi. Nomina dan adjektiva bisa dikonjugasi ke bentuk negatif untuk menyatakan bahwa sesuatu bukan X dan ke bentuk lampau untuk menyatakan bahwa sesuatu dulunya X. Mungkin kedengarannya aneh, tapi konjugasi-konjugasi tersebut tidak memiliki konotasi deklaratif sebagaimana da. Kita bisa menggabungkan konjugasi-konjugasi tersebut dengan da untuk membuatnya deklaratif, tapi caranya tidak akan dibahas di episode ini.

Pertama, untuk bentuk negatif, kamu hanya perlu menempelkan janai ke nomina atau adjektiva-na. Pada bahasa Indonesia, ini akan menjadi “bukan” seperti pada “dia bukan penyanyi” atau “tidak” seperti pada “soal ini tidak mudah”.

Aturan konjugasi untuk bentuk negatif

Tempelkan janai ke nomina atau adjektiva-na
sakana → sakana janai (bukan ikan)
jouzu → jouzu janai (tidak mahir)
魚 (sakana): ikan
上手 (jouzu): mahir

Ini contohnya:

友達じゃない
tomodachi janai
bukan teman
友達 (tomodachi): teman

きれいじゃない
kirei janai
tidak cantik
きれい (kirei): cantik

Konjugasi bentuk lampau

Di bahasa Indonesia, untuk menyatakan keadaan di masa lalu digunakan keterangan waktu seperti “tadi”, “tahun lalu”, “dulu”, dan “waktu itu”. Contohnya adalah “ujiannya kemarin mudah”. Di bahasa Jepang, keterangan waktu juga bisa diberikan. Namun yang wajib dilakukan adalah mengubah katanya ke bentuk lampau. Jadi walaupun sudah ada keterangan waktu, jangan lupa untuk tetap mengubah katanya ke bentuk lampau.

Untuk mengatakan bahwa sesuatu dulunya sesuatu, datta ditempelkan ke nomina atau adjektiva-na. Kita akan secara bebas menggunakan penanda waktu “dulu” maupun “waktu itu” pada terjemahannya.

Untuk mengatakan bentuk negatif lampau (dulunya bukan), bentuk negatifnya dikonjugasi menjadi bentuk negatif lampau dengan membuang i dari janai dan menambahkan katta.

Aturan konjugasi untuk bentuk lampau

1.    Bentuk lampau : Tempelkan datta ke nomina atau adjektiva-na
tomodachi → tomodachi datta (waktu itu teman)
jouzu → jouzu datta (waktu itu mahir)

2.    Bentuk lampau negatif : Konjugasikan nomina atau adjektiva-na ke bentuk negatif lalu ganti i pada janai dengan katta
tomodachi → tomodachi janai → tomodachi janakatta (waktu itu bukan teman)
jouzu → jouzu janai → jouzu janakatta (waktu itu tidak mahir)

Ini contohnya:

先生だった
sensei datta
dulu guru
先生 (sensei): guru

約束を守る人じゃなかった
yakusoku o mamoru hito janakatta
dulu bukan orang yang menepati janji
約束 (yakusoku): janji
守る (mamoru): melindungi, menjaga
人 (hito): orang

Perhatikan bahwa di bahasa Jepang digunakan ungkapan “melindungi janji” (yakusoku o mamoru) yang di bahasa Indonesia umumnya adalah “menepati janji”.

きれいじゃなかった
kirei janakatta
waktu itu tidak cantik
Perlu diperhatikan bahwa bentuk lampau di bahasa Jepang sama sekali tidak mengatakan apapun tentang keadaannya yang sekarang. Misalnya pada contoh terakhir kalimatnya diartikan sebagai “waktu itu tidak cantik”. Bagaimana keadaanya sekarang? Apakah sekarang cantik atau tidak? Nah, janakatta sama sekali tidak bisa menjawab hal tersebut. Ini sama dengan contoh di atasnya yaitu sensei datta. Bisa saja sekarang juga masih guru, namun bisa juga sekarang sudah berhenti jadi guru.
Pada kalimat pertama lirik Watarasebashi, kamu bisa menjumpai suki datta. Ini adalah datta yang baru saja kita pelajari, yaitu pernyataan keadaan positif lampau. Namun pembahasan lengkapnya masih akan ditahan karena kita perlu tahu lebih lanjut tentang adjektiva-na suki (suka), terutama mengenai cara penggunaannya yang umum.

Penutup

Kita telah belajar mengkonjugasikan keadaan benda ke empat bentuk yang mungkin. Inilah tabel ringkasan konjugasi yang dipelajari di bab ini.

Lihat link ini karena upload fotonya lemot banget. Tabel
(Tabel ini dibuat berdasarkan bab yang bersesuaian pada Tutorial Bahasa Jepang Tae Kim yang masih akan direncanakan)

Lampiran: daftar kata

Kata-kata yang tadi muncul sebagai contoh didaftar di sini.

医者 (isha): dokter
大切 (taisetsu): penting
歌手 (kashu): penyanyi
黒い (kuroi): hitam
本 (hon): buku
簡単 (kantan): mudah, sederhana
魚 (sakana): ikan
上手 (jouzu): mahir
友達 (tomodachi): teman
きれい (kirei): cantik
先生 (sensei): guru
約束 (yakusoku): janji
守る (mamoru): melindungi, menjaga
人 (hito): orang
学生 (gakusei): murid

0 komentar:

Posting Komentar

Sabtu, 19 November 2011

Tutorial Watarasebashi #19 – Pernyataan keadaan benda, cara mengatakan “adalah” dan “bukanlah”

Diposting oleh Fitria Amanda Putri di Sabtu, November 19, 2011
Maaf sekali readers. Saya lama nggak update lagi nih dikarenakan sibuk ngurusin skripsi (udah lulus sih walau dapet nilai C sebanyak 2) hehe. Sekarang sedang mempersiapkan untuk S2 di Universitas Tokyo. Doakan supaya lancar ya! m(_ _)m


Pembahasan masih berlanjut di tutorial Watarasebashi bagian 19. Simak teruuuuuus!!

-ooOoo-

[Pada seri tutorial ini, kita akan belajar bahasa Jepang dari nol dengan menggunakan lagu Watarasebashi sebagai materinya. Karena pembahasan tiap episode dibangun dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, saya menyarankan agar kamu mengikutinya dari episode pertama.]

Sekarang kita akan belajar cara menyatakan keadaan benda, yaitu mengatakan bahwa sesuatu memang sesuatu (misalnya “dia adalah murid”) dan bahwa sesuatu bukanlah sesuatu (misalnya “dia bukan murid”). Yang akan kita pelajari lebih dulu adalah bagian “adalah murid” dan “bukan murid”-nya.

Kita butuh cukup banyak pengetahuan baru untuk bisa memamahi sisa dari kalimat pertama di Watarasebashi. Tapi paling tidak, setelah membaca bagian ini kamu bisa tahu maksud datta yang ada di bagian akhir kalimat pertama tersebut.

Menyatakan bahwa sesuatu memang sesuatu menggunakan da

Untuk menyatakan bahwa sesuatu memang sesuatu, kita menempelkan da (だ) ke nomina atau adjektiva-na. Untuk adjektiva-i, aturannya beda dan akan kita pelajari belakangan. Nah, sebetulnya aturan tata bahasa untuk nomina dan adjektiva-na tidak hanya sama pada kasus ini. Untuk sebagian besar kasus, aturan bagi nomina dan adjektiva-na persis sama. Jadi selama tidak disebutkan secara eksplisit bahwa aturannya berbeda, kamu boleh berasumsi bahwa nomina dan adjektiva-na berperilaku sama.

Menyatakan bahwa sesuatu memang begitu menggunakan da

Tempelkan 「だ」 ke nomina atau adjektiva-na
isha → isha da (adalah dokter)
taisetsu → taisetsu da (bersifat penting)
医者 (isha): dokter
大切 (taisetsu): penting

Inilah contohnya:
歌手だ
kashu da
adalah penyanyi
歌手 (kashu): penyanyi
黒い本だ
kuroi hon da
adalah buku hitam
黒い (kuroi): hitam
本 (hon): buku

簡単だ
kantan da
bersifat mudah
簡単 (kantan): mudah, sederhana

Pada contoh di atas, perhatikan bahwa kashu dan hon adalah nomina sedangkan kantan adalah adjektiva-na. Fungsi da kurang lebihnya sama seperti “adalah” di dua contoh pertama dan “bersifat” pada contoh 3. Intinya, da mengiyakan bahwa sesuatu memang sesuatu. Namun ada satu hal penting yang perlu kamu ingat:

Pernyataan keadaan benda positif (mengiyakan) bisa dilakukan tanpa da!

Ini sebetulnya juga sama pada bahasa Indonesia. Kita bisa menghilangkan “adalah” pada “dia adalah penyanyi” sehingga menjadi “dia penyanyi”. Lalu, “bersifat” pada “soal ini bersifat mudah” bisa dihilangkan sehingga hasilnya “soal ini mudah”.

Pada bahasa Indonesia, kata “adalah” tidak berhubungan dengan jenis kelamin maupun kesopanan. Namun di bahasa Jepang nuansa yang diberikan jauh berbeda. Keberadaan da membuat kalimatnya terdengar lebih tegas, memaksa, dan dengan kata lain deklaratif. Oleh karenanya, yang lebih sering menggunakan da di akhir kalimat adalah laki-laki. Di bahasa Jepang, gaya bahasa tegas juga berarti tidak sopan. Oleh karenanya, saat nanti belajar gaya bahasa sopan kita akan melihat bahwa da tidak digunakan sebagai akhiran kalimat. Terakhir, karena da digunakan untuk membuat pernyataan, secara umum kamu tidak bisa menggunakannya saat bertanya.

Konjugasi negatif (penyangkalan)

Di bahasa Jepang, bentuk negatif dan lampau dinyatakan melalui perubahan bentuk atau konjugasi. Nomina dan adjektiva bisa dikonjugasi ke bentuk negatif untuk menyatakan bahwa sesuatu bukan X dan ke bentuk lampau untuk menyatakan bahwa sesuatu dulunya X. Mungkin kedengarannya aneh, tapi konjugasi-konjugasi tersebut tidak memiliki konotasi deklaratif sebagaimana da. Kita bisa menggabungkan konjugasi-konjugasi tersebut dengan da untuk membuatnya deklaratif, tapi caranya tidak akan dibahas di episode ini.

Pertama, untuk bentuk negatif, kamu hanya perlu menempelkan janai ke nomina atau adjektiva-na. Pada bahasa Indonesia, ini akan menjadi “bukan” seperti pada “dia bukan penyanyi” atau “tidak” seperti pada “soal ini tidak mudah”.

Aturan konjugasi untuk bentuk negatif

Tempelkan janai ke nomina atau adjektiva-na
sakana → sakana janai (bukan ikan)
jouzu → jouzu janai (tidak mahir)
魚 (sakana): ikan
上手 (jouzu): mahir

Ini contohnya:

友達じゃない
tomodachi janai
bukan teman
友達 (tomodachi): teman

きれいじゃない
kirei janai
tidak cantik
きれい (kirei): cantik

Konjugasi bentuk lampau

Di bahasa Indonesia, untuk menyatakan keadaan di masa lalu digunakan keterangan waktu seperti “tadi”, “tahun lalu”, “dulu”, dan “waktu itu”. Contohnya adalah “ujiannya kemarin mudah”. Di bahasa Jepang, keterangan waktu juga bisa diberikan. Namun yang wajib dilakukan adalah mengubah katanya ke bentuk lampau. Jadi walaupun sudah ada keterangan waktu, jangan lupa untuk tetap mengubah katanya ke bentuk lampau.

Untuk mengatakan bahwa sesuatu dulunya sesuatu, datta ditempelkan ke nomina atau adjektiva-na. Kita akan secara bebas menggunakan penanda waktu “dulu” maupun “waktu itu” pada terjemahannya.

Untuk mengatakan bentuk negatif lampau (dulunya bukan), bentuk negatifnya dikonjugasi menjadi bentuk negatif lampau dengan membuang i dari janai dan menambahkan katta.

Aturan konjugasi untuk bentuk lampau

1.    Bentuk lampau : Tempelkan datta ke nomina atau adjektiva-na
tomodachi → tomodachi datta (waktu itu teman)
jouzu → jouzu datta (waktu itu mahir)

2.    Bentuk lampau negatif : Konjugasikan nomina atau adjektiva-na ke bentuk negatif lalu ganti i pada janai dengan katta
tomodachi → tomodachi janai → tomodachi janakatta (waktu itu bukan teman)
jouzu → jouzu janai → jouzu janakatta (waktu itu tidak mahir)

Ini contohnya:

先生だった
sensei datta
dulu guru
先生 (sensei): guru

約束を守る人じゃなかった
yakusoku o mamoru hito janakatta
dulu bukan orang yang menepati janji
約束 (yakusoku): janji
守る (mamoru): melindungi, menjaga
人 (hito): orang

Perhatikan bahwa di bahasa Jepang digunakan ungkapan “melindungi janji” (yakusoku o mamoru) yang di bahasa Indonesia umumnya adalah “menepati janji”.

きれいじゃなかった
kirei janakatta
waktu itu tidak cantik
Perlu diperhatikan bahwa bentuk lampau di bahasa Jepang sama sekali tidak mengatakan apapun tentang keadaannya yang sekarang. Misalnya pada contoh terakhir kalimatnya diartikan sebagai “waktu itu tidak cantik”. Bagaimana keadaanya sekarang? Apakah sekarang cantik atau tidak? Nah, janakatta sama sekali tidak bisa menjawab hal tersebut. Ini sama dengan contoh di atasnya yaitu sensei datta. Bisa saja sekarang juga masih guru, namun bisa juga sekarang sudah berhenti jadi guru.
Pada kalimat pertama lirik Watarasebashi, kamu bisa menjumpai suki datta. Ini adalah datta yang baru saja kita pelajari, yaitu pernyataan keadaan positif lampau. Namun pembahasan lengkapnya masih akan ditahan karena kita perlu tahu lebih lanjut tentang adjektiva-na suki (suka), terutama mengenai cara penggunaannya yang umum.

Penutup

Kita telah belajar mengkonjugasikan keadaan benda ke empat bentuk yang mungkin. Inilah tabel ringkasan konjugasi yang dipelajari di bab ini.

Lihat link ini karena upload fotonya lemot banget. Tabel
(Tabel ini dibuat berdasarkan bab yang bersesuaian pada Tutorial Bahasa Jepang Tae Kim yang masih akan direncanakan)

Lampiran: daftar kata

Kata-kata yang tadi muncul sebagai contoh didaftar di sini.

医者 (isha): dokter
大切 (taisetsu): penting
歌手 (kashu): penyanyi
黒い (kuroi): hitam
本 (hon): buku
簡単 (kantan): mudah, sederhana
魚 (sakana): ikan
上手 (jouzu): mahir
友達 (tomodachi): teman
きれい (kirei): cantik
先生 (sensei): guru
約束 (yakusoku): janji
守る (mamoru): melindungi, menjaga
人 (hito): orang
学生 (gakusei): murid

0 komentar on "Tutorial Watarasebashi #19 – Pernyataan keadaan benda, cara mengatakan “adalah” dan “bukanlah”"

Posting Komentar