Sabtu, 19 November 2011

Tutorial Watarasebashi #19 – Pernyataan keadaan benda, cara mengatakan “adalah” dan “bukanlah”

Maaf sekali readers. Saya lama nggak update lagi nih dikarenakan sibuk ngurusin skripsi (udah lulus sih walau dapet nilai C sebanyak 2) hehe. Sekarang sedang mempersiapkan untuk S2 di Universitas Tokyo. Doakan supaya lancar ya! m(_ _)m


Pembahasan masih berlanjut di tutorial Watarasebashi bagian 19. Simak teruuuuuus!!

-ooOoo-

[Pada seri tutorial ini, kita akan belajar bahasa Jepang dari nol dengan menggunakan lagu Watarasebashi sebagai materinya. Karena pembahasan tiap episode dibangun dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, saya menyarankan agar kamu mengikutinya dari episode pertama.]

Sekarang kita akan belajar cara menyatakan keadaan benda, yaitu mengatakan bahwa sesuatu memang sesuatu (misalnya “dia adalah murid”) dan bahwa sesuatu bukanlah sesuatu (misalnya “dia bukan murid”). Yang akan kita pelajari lebih dulu adalah bagian “adalah murid” dan “bukan murid”-nya.

Kita butuh cukup banyak pengetahuan baru untuk bisa memamahi sisa dari kalimat pertama di Watarasebashi. Tapi paling tidak, setelah membaca bagian ini kamu bisa tahu maksud datta yang ada di bagian akhir kalimat pertama tersebut.

Menyatakan bahwa sesuatu memang sesuatu menggunakan da

Untuk menyatakan bahwa sesuatu memang sesuatu, kita menempelkan da (だ) ke nomina atau adjektiva-na. Untuk adjektiva-i, aturannya beda dan akan kita pelajari belakangan. Nah, sebetulnya aturan tata bahasa untuk nomina dan adjektiva-na tidak hanya sama pada kasus ini. Untuk sebagian besar kasus, aturan bagi nomina dan adjektiva-na persis sama. Jadi selama tidak disebutkan secara eksplisit bahwa aturannya berbeda, kamu boleh berasumsi bahwa nomina dan adjektiva-na berperilaku sama.

Menyatakan bahwa sesuatu memang begitu menggunakan da

Tempelkan 「だ」 ke nomina atau adjektiva-na
isha → isha da (adalah dokter)
taisetsu → taisetsu da (bersifat penting)
医者 (isha): dokter
大切 (taisetsu): penting

Inilah contohnya:
歌手だ
kashu da
adalah penyanyi
歌手 (kashu): penyanyi
黒い本だ
kuroi hon da
adalah buku hitam
黒い (kuroi): hitam
本 (hon): buku

簡単だ
kantan da
bersifat mudah
簡単 (kantan): mudah, sederhana

Pada contoh di atas, perhatikan bahwa kashu dan hon adalah nomina sedangkan kantan adalah adjektiva-na. Fungsi da kurang lebihnya sama seperti “adalah” di dua contoh pertama dan “bersifat” pada contoh 3. Intinya, da mengiyakan bahwa sesuatu memang sesuatu. Namun ada satu hal penting yang perlu kamu ingat:

Pernyataan keadaan benda positif (mengiyakan) bisa dilakukan tanpa da!

Ini sebetulnya juga sama pada bahasa Indonesia. Kita bisa menghilangkan “adalah” pada “dia adalah penyanyi” sehingga menjadi “dia penyanyi”. Lalu, “bersifat” pada “soal ini bersifat mudah” bisa dihilangkan sehingga hasilnya “soal ini mudah”.

Pada bahasa Indonesia, kata “adalah” tidak berhubungan dengan jenis kelamin maupun kesopanan. Namun di bahasa Jepang nuansa yang diberikan jauh berbeda. Keberadaan da membuat kalimatnya terdengar lebih tegas, memaksa, dan dengan kata lain deklaratif. Oleh karenanya, yang lebih sering menggunakan da di akhir kalimat adalah laki-laki. Di bahasa Jepang, gaya bahasa tegas juga berarti tidak sopan. Oleh karenanya, saat nanti belajar gaya bahasa sopan kita akan melihat bahwa da tidak digunakan sebagai akhiran kalimat. Terakhir, karena da digunakan untuk membuat pernyataan, secara umum kamu tidak bisa menggunakannya saat bertanya.

Konjugasi negatif (penyangkalan)

Di bahasa Jepang, bentuk negatif dan lampau dinyatakan melalui perubahan bentuk atau konjugasi. Nomina dan adjektiva bisa dikonjugasi ke bentuk negatif untuk menyatakan bahwa sesuatu bukan X dan ke bentuk lampau untuk menyatakan bahwa sesuatu dulunya X. Mungkin kedengarannya aneh, tapi konjugasi-konjugasi tersebut tidak memiliki konotasi deklaratif sebagaimana da. Kita bisa menggabungkan konjugasi-konjugasi tersebut dengan da untuk membuatnya deklaratif, tapi caranya tidak akan dibahas di episode ini.

Pertama, untuk bentuk negatif, kamu hanya perlu menempelkan janai ke nomina atau adjektiva-na. Pada bahasa Indonesia, ini akan menjadi “bukan” seperti pada “dia bukan penyanyi” atau “tidak” seperti pada “soal ini tidak mudah”.

Aturan konjugasi untuk bentuk negatif

Tempelkan janai ke nomina atau adjektiva-na
sakana → sakana janai (bukan ikan)
jouzu → jouzu janai (tidak mahir)
魚 (sakana): ikan
上手 (jouzu): mahir

Ini contohnya:

友達じゃない
tomodachi janai
bukan teman
友達 (tomodachi): teman

きれいじゃない
kirei janai
tidak cantik
きれい (kirei): cantik

Konjugasi bentuk lampau

Di bahasa Indonesia, untuk menyatakan keadaan di masa lalu digunakan keterangan waktu seperti “tadi”, “tahun lalu”, “dulu”, dan “waktu itu”. Contohnya adalah “ujiannya kemarin mudah”. Di bahasa Jepang, keterangan waktu juga bisa diberikan. Namun yang wajib dilakukan adalah mengubah katanya ke bentuk lampau. Jadi walaupun sudah ada keterangan waktu, jangan lupa untuk tetap mengubah katanya ke bentuk lampau.

Untuk mengatakan bahwa sesuatu dulunya sesuatu, datta ditempelkan ke nomina atau adjektiva-na. Kita akan secara bebas menggunakan penanda waktu “dulu” maupun “waktu itu” pada terjemahannya.

Untuk mengatakan bentuk negatif lampau (dulunya bukan), bentuk negatifnya dikonjugasi menjadi bentuk negatif lampau dengan membuang i dari janai dan menambahkan katta.

Aturan konjugasi untuk bentuk lampau

1.    Bentuk lampau : Tempelkan datta ke nomina atau adjektiva-na
tomodachi → tomodachi datta (waktu itu teman)
jouzu → jouzu datta (waktu itu mahir)

2.    Bentuk lampau negatif : Konjugasikan nomina atau adjektiva-na ke bentuk negatif lalu ganti i pada janai dengan katta
tomodachi → tomodachi janai → tomodachi janakatta (waktu itu bukan teman)
jouzu → jouzu janai → jouzu janakatta (waktu itu tidak mahir)

Ini contohnya:

先生だった
sensei datta
dulu guru
先生 (sensei): guru

約束を守る人じゃなかった
yakusoku o mamoru hito janakatta
dulu bukan orang yang menepati janji
約束 (yakusoku): janji
守る (mamoru): melindungi, menjaga
人 (hito): orang

Perhatikan bahwa di bahasa Jepang digunakan ungkapan “melindungi janji” (yakusoku o mamoru) yang di bahasa Indonesia umumnya adalah “menepati janji”.

きれいじゃなかった
kirei janakatta
waktu itu tidak cantik
Perlu diperhatikan bahwa bentuk lampau di bahasa Jepang sama sekali tidak mengatakan apapun tentang keadaannya yang sekarang. Misalnya pada contoh terakhir kalimatnya diartikan sebagai “waktu itu tidak cantik”. Bagaimana keadaanya sekarang? Apakah sekarang cantik atau tidak? Nah, janakatta sama sekali tidak bisa menjawab hal tersebut. Ini sama dengan contoh di atasnya yaitu sensei datta. Bisa saja sekarang juga masih guru, namun bisa juga sekarang sudah berhenti jadi guru.
Pada kalimat pertama lirik Watarasebashi, kamu bisa menjumpai suki datta. Ini adalah datta yang baru saja kita pelajari, yaitu pernyataan keadaan positif lampau. Namun pembahasan lengkapnya masih akan ditahan karena kita perlu tahu lebih lanjut tentang adjektiva-na suki (suka), terutama mengenai cara penggunaannya yang umum.

Penutup

Kita telah belajar mengkonjugasikan keadaan benda ke empat bentuk yang mungkin. Inilah tabel ringkasan konjugasi yang dipelajari di bab ini.

Lihat link ini karena upload fotonya lemot banget. Tabel
(Tabel ini dibuat berdasarkan bab yang bersesuaian pada Tutorial Bahasa Jepang Tae Kim yang masih akan direncanakan)

Lampiran: daftar kata

Kata-kata yang tadi muncul sebagai contoh didaftar di sini.

医者 (isha): dokter
大切 (taisetsu): penting
歌手 (kashu): penyanyi
黒い (kuroi): hitam
本 (hon): buku
簡単 (kantan): mudah, sederhana
魚 (sakana): ikan
上手 (jouzu): mahir
友達 (tomodachi): teman
きれい (kirei): cantik
先生 (sensei): guru
約束 (yakusoku): janji
守る (mamoru): melindungi, menjaga
人 (hito): orang
学生 (gakusei): murid

Sabtu, 06 Agustus 2011

Tutorial Watarasebashi #18 – Partikel objek langsung o (を)

[Pada seri tutorial ini, kita akan belajar bahasa Jepang dari nol dengan menggunakan lagu Watarasebashi sebagai materinya. Karena pembahasan tiap episode dibangun dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, saya menyarankan agar kamu mengikutinya dari episode pertama.]

Sekarang kita akan belajar partikel o yang menandakan objek langsung. Objek langsung adalah benda yang dikenai aksi suatu verba, misalnya “ikan” pada “saya makan ikan” dan “tembok” pada “dia memukul tembok”.

Penulisan dan cara baca

Partikel o ini di bahasa Jepang ditulis dengan hiragana を (wo). Namun pada prakteknya di percakapan dia umumnya diucapkan “o”, dan karenanya kita akan menggunakan romanisasi o. Tapi ingat, pengucapan “wo” juga akan kamu temui dan sepertinya pada lagu-lagu partikel ini malah lebih sering diucapkan sebagai “wo”. Pada baris pertama lagu Watarasebasi misalnya, partikel ini diucapkan sebagai “wo”.

Penggunaan

Sama seperti partikel de, partikel ini juga ditempelkan di belakang nomina yang ingin ditandai. Inilah contohnya.

魚を手で食べる
sakana o te de taberu
makan ikan dengan tangan

魚 (sakana): ikan
手 (te): tangan
食べる (taberu): makan

Ingat, karena peran katanya ditunjukkan dengan partikel, kita bisa dengan bebas menukar lokasinya. Yang penting verbanya ada di akhir.

手で魚を食べる
te de sakana o taberu
makan ikan dengan tangan

Pada semua contoh di atas, kita tahu bahwa ikan adalah objek langsungnya karena dia ditempeli o. Walaupun letaknya pada kalimat berubah, tidak akan ada kesalahpahaman atau perubahan arti.
Inilah beberapa contoh lain penggunaan partikel o.

壁を打つ
kabe o utsu
memukul tembol

壁 (kabe): tembok
打つ (utsu): memukul

動物を愛する人々
doubutsu o ai suru hitobito
orang-orang yang mencintai hewan

動物 (doubutsu): hewan
愛 (ai): cinta
する (suru): melakukan
人々 (hitobito): orang-orang

Perhatikan bahwa ai adalah nomina. Dengan diberi suru dia menjadi verba. Jadi arti literal ai suru adalah “melakukan cinta”. Namun dengan konstruksi seperti ini akan lebih mudah kalau kamu menganggap seluruh kombinasi nomina+suru sebagai suatu verba. Pada contoh di atas, anggap ai suru sebagai suatu verba yang artinya “mencintai”. Tentu saja, bentuk lengkap “melakukan cinta” adalah ai o suru dan kamu juga akan menjumpai bentuk yang menggunakan o tersebut.

有名な小説を読む
yuumei na shousetsu o yomu
membaca novel terkenal

有名 (yuumei): terkenal
小説 (shousetu): novel
読む (yomu): membaca

Perlu diketahui bahwa apa yang merupakan objek langsung di bahasa Indonesia belum tentu diekspresikan dengan sama di bahasa Jepang. Sebagai contoh, pada frasa bahasa Indonesia “menjadi dokter”, verba “menjadi” didampingi objek langsung “dokter”. Tapi di bahasa Jepang, verba naru (menjadi) tidak menggunakan objek langsung. Dengan kata lain, untuk menandai isha (dokter) pada frasa “menjadi dokter” tidak digunakan partikel o namun partikel lain (akan dipelajari belakangan). Kalau ragu, saran saya adalah melihat contoh-contoh kalimat agar mengetahui partikel yang benar untuk suatu verba. Kamus yang memiliki contoh kalimat misalnya Yahoo! Jisho, WWWJDIC (cari katanya lalu klik pranala [Ex]), dan ALC. Jangan kaget kalau partikelnya tidak sesuai dengan yang kamu harapkan karena cara berpikir di bahasa Jepang memang berbeda dengan cara berpikir di bahasa Indonesia.

Partikel o dengan verba gerakan

Tidak seperti konsep objek langsung di bahasa Indonesia, tempat juga bisa menjadi objek langsung verba gerakan seperti aruku (berjalan) dan hashiru (berlari). Ini artinya kita bergerak melalui atau melintasi tempat tersebut. Bayangkan saja o menandakan objek injak-injakan kaki kita saat bergerak.

街をぶらぶら歩く
machi o burabura aruku
berjalan sepanjang kota tanpa tujuan. (lit: berjalan kota tanpa tujuan)

街 (machi): kota
ぶらぶら (burabura): tanpa tujuan
歩く (aruku): berjalan

高速道路を走る
kousoku douro o hashiru
berlari melintasi jalan raya. (lit: Berlari jalan raya)

高速 (kousoku): kecepatan tinggi
道路 (douro): jalan
走る (hashiru): berlari

o pada lirik Watarasebashi

Baris pertama lirik Watarasebashi adalah sebagai berikut:

渡良瀬橋で見る夕日を
watarasebashi de miru yuuhi o
(o dibaca “wo” pada potongan lirik ini)

Bisa dilihat bahwa o menempel pada yuuhi (matahari terbenam). Ini artinya “matahari terbenam (yang dilihat dari jembatan Watarase)” menjadi objek langsung dari suatu aksi. Apakah aksinya itu?
Kalimat pertama pada lagu Watarasebashi terdiri dari baris pertama dan kedua. Namun kalau kamu menyelidiki kata-kata yang ada di baris kedua, sebetulnya tidak ada verba di situ. Loh, kok bisa? Kalau tidak ada verba, lalu untuk apa partikel o-nya? Iya, ini memang bisa terjadi karena kalimat pertama di lirik Watarasebashi ternyata menggunakan tata bahasa yang cukup unik. Nanti misteri ini akan kita buka pelan-pelan.

Penutup

Partikel o menandai bahwa suatu kata adalah objek langsung. Bagi verba gerakan seperti aruku (berjalan), objek langsung maksudnya adalah tempat yang dilalui atau dilintasi. Terakhir, kita harus hati-hati karena verba-verba tertentu yang di bahasa Indonesia menggunakan objek langsung seperti “menjadi” ternyata tidak menggunakan partikel o di bahasa Jepang.

Lampiran: daftar kata
Kata-kata yang tadi muncul sebagai contoh didaftar di sini.

魚 (sakana): ikan
手 (te): tangan
食べる (taberu): makan
壁 (kabe): tembok
打つ (utsu): memukul
動物 (doubutsu): hewan
愛 (ai): cinta
する (suru): melakukan
人々 (hitobito): orang-orang
有名 (yuumei): terkenal
小説 (shousetu): novel
読む (yomu): membaca
医者 (isha): dokter
なる (naru): menjadi
街 (machi): kota
ぶらぶら (burabura): tanpa tujuan
歩く (aruku): berjalan
高速 (kousoku): kecepatan tinggi
道路 (douro): jalan
走る (hashiru): berlari

Minggu, 10 Juli 2011

Tutorial Watarasebashi #17 – Hubungan nomina dengan klausa subordinat yang mendeskripsikannya

[Pada seri tutorial ini, kita akan belajar bahasa Jepang dari nol dengan menggunakan lagu Watarasebashi sebagai materinya. Karena pembahasan tiap episode dibangun dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, saya menyarankan agar kamu mengikutinya dari episode pertama.]

Pada bahasa Jepang, saat suatu nomina dimodifikasi oleh klausa subordinat verba, belum tentu nominanya adalah pelaku dari aksinya. Di episode sebelumnya, terdapat contoh berikut:

お箸で食べる人[1]
ohashi de taberu hito
orang yang makan dengan sumpit

お箸 (ohashi): sumpit
食べる (taberu): makan
人 (hito): orang

Verbanya adalah “makan”, dan dalam contoh tersebut nomina yang dimodifikasi yaitu “orang” memang menjadi pelaku dari “makan”. Tapi lihat contoh berikutnya dari lagu Shabondama:

愛する人[2: | ]
ai suru hito

愛 (ai): cinta
する (suru): melakukan
人 (hito): orang

Karena ai suru artinya “mencintai”, maka mungkin kamu menebak bahwa artinya adalah “orang yang mencintai”. Tapi itu bukan artinya! Pada frasa tersebut, “orang” ternyata bukanlah pelaku dari “mencintai”, tapi malah objek dari aksi “mencintai” tersebut. Pelakunya tersirat yaitu “aku”, penyanyi dari lagu tersebut. Jadi artinya sebetulnya adalah “orang yang aku mencintainya” atau mudahnya “orang yang kucintai”.

Karena hubungan yang fleksibel antara nomina dengan klausa subordinat ini, cara untuk mengetahui makna sebenarnya tentunya dengan menyimpulkan sendiri dari konteks yang ada. Jangan khawatir karena kalau sudah terbiasa, ini sebetulnya tidak sesusah yang dibayangkan. Ini contoh lainnya:

生きる証[3: | ]
ikiru akashi
Bukti bahwa (kita) hidup

生きる (ikiru): hidup
証 (akashi): bukti

Perhatikan bahwa artinya bukanlah “bukti yang hidup”. Lagi-lagi di sini pelaku verbanya yaitu “kita” tidak tertulis tetapi disimpulkan sendiri.

Dengan pengetahuan baru ini, sekarang kita bisa mengartikan lirik Watarasebashi:

渡良瀬橋で見る夕日
watarasebashi de miru yuuhi

見る (miru): melihat
夕日 (yuuhi): matahari terbenam

Jelas “matahari terbenam” tidak bisa melihat. Karena itu yang melihat pastilah orang, sedangkan “matahari terbenam” malah objek yang dilihat! Jadi terjemahan literalnya adalah “matahari terbenam yang melihatnya di Jembatan Watarase”. Kalau kita ingin menginterpretasikannya menjadi bahasa Indonesia yang enak didengar, maka kita bisa mengubahnya menjadi “matahari terbenam yang dilihat dari Jembatan Watarase”. Sekarang semuanya masuk akal kan?

Inilah diagram yang menunjukkan bagaimana suatu klausa subordinat menjelaskan suatu nomina. Seperti telah kita ketahui, cara kerjanya sama persis dengan adjektiva:


Penutup

Saat klausa subordinat mendeskripsikan nomina, tata bahasa Jepang tidak mendefinisikan peran yang pasti untuk nominanya. Bisa saja dia menjadi pelaku dari aksi yang ada, bisa saja dia menjadi objeknya, atau bahkan yang lainnya. Arti yang dimaksud harus disimpulkan sendiri dari konteks yang ada.

Lampiran: daftar kata

Kata-kata yang tadi muncul sebagai contoh didaftar di sini.

お箸 (ohashi): sumpit
食べる (taberu): makan
愛 (ai): cinta
する (suru): melakukan
人 (hito): orang
見る (miru): melihat
夕日 (yuuhi): matahari terbenam

Rabu, 08 Juni 2011

Tutorial Watarasebashi #14 – Pengenalan pada adjektiva


Langit yang luas

[Pada seri tutorial ini, kita akan belajar bahasa Jepang dari nol dengan menggunakan lagu Watarasebashi sebagai materinya. Karena pembahasan tiap episode dibangun dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, saya menyarankan agar kamu mengikutinya dari episode pertama.]
Untuk bisa maju ke tahap berikutnya dalam memahami lirik Watarasebashi, kita perlu tahu bagaimana suatu nomina (kata benda) digambarkan di bahasa Jepang. Nomina seperti “buku” bisa dilukiskan sifatnya lebih lanjut misalnya “buku baru” (atau “buku yang baru”), “buku hitam”, dan “buku berat”. Kata-kata yang mendeskripsikan tersebut dinamakan adjektiva (kata sifat), dan itulah pembahasan kita kali ini.
Hal terpenting yang perlu diingat adalah urutannya terbalik dengan bahasa Indonesia. Jadi adjektivanya muncul sebelum nominanya. Lalu, di bahasa Jepang terdapat dua jenis adjektiva yaitu adjektiva-i dan adjektiva-na yang aturan penggunaanya berbeda.

Adjektiva-i

Adjektiva-i dinamakan begitu karena selalu diakhiri hiragana i(い). Ini adalah okurigana yaitu bagian akhir kata yang bisa berubah bentuk. Cara menggunakannya sangat mudah karena tidak perlu disisipi apa-apa:

1) 広い空
hiroi sora
langit luas

広い (hiroi): luas
空 (sora): langit

Contoh yang pertama ini ada di akhir lagu Watarasebashi.

2) 新しい本
atarashii hon
buku baru

新しい (atarashii): baru
本 (hon): buku

Tapi kamu juga perlu hati-hati karena beberapa adjektiva-na diakhiri hiragana i. Untungnya, saya rasa yang akan kamu temui hanyalah kirei (cantik, rapi) dan kirai (benci). Kirei hanya terlihat seperti adjektiva-i jika ditulis dengan hiragana (きれい). Kalau ditulis dengan kanji (綺麗), jelas bahwa sebetulnya tidak ada い yang menguntit. Kirai yang ditulis dengan kanji (嫌い) memang berakhiran い karena dia diturunkan dari kata kerja kirau (嫌う, membenci).

Adjektiva-na

Adjektiva-na dinamakan begitu karena kita perlu menambahkan na padanya agar bisa menggambarkan nomina:

3) きれいなとこ
kirei na toko
tempat indah

きれい (kirei): indah
とこ (toko): tempat

4) 静かな朝
shizuka na asa
pagi hening

静か (shizuka): hening
朝 (asa): pagi

Mudah kan?

Merantai banyak adjektiva

Untuk menggambarkan suatu nomina dengan banyak adjektiva, jejerkan saja mereka sebelum nominanya:

5) 安い新鮮な魚
yasui shinsen na sakana
ikan yang murah dan segar

安い (yasui): murah
新鮮 (shinsen): segar
魚 (sakana): ikan

Tentunya dengan urutan yang lain juga bisa:

6) 新鮮な安い魚
shinsen na yasui sakana
ikan yang segar dan murah

Proses adjektiva yang memodifikasi nomina bisa digambarkan seperti berikut:


Saya minta kamu memperhatikan sejenak baris paling bawah diagram tersebut. Bisa dilihat bahwa nominanya dimodifikasi oleh lebih dari satu hal. Nanti kamu akan sangat sering bertemu pola seperti ini, yaitu suatu nomina yang dimodifikasi oleh berbagai macam hal. Dalam kasus kita ini, yang memodifikasinya adalah adjektiva-adjektiva yang sederhana sehingga kita memilah-milahnya juga gampang. Namun di teks bahasa Jepang nanti kamu akan sering menemui berbagai klausa panjang yang memodifikasi nomina. Dalam kasus tersebut, polanya sebetulnya sama persis seperti kasus yang saat ini, hanya saja yang akan menjadi tantangan pada awalnya adalah mencari batas-batas tiap komponen yang memodifikasi tersebut.

Penutup

Di bahasa Jepang terdapat dua jenis adjektiva yaitu adjektiva-i dan adjektiva-na. Ciri adjektiva-i adalah diakiri hiragana i, namun perlu diingat bahwa kirei dan kirai adalah adjektiva-na. Adjektiva-na perlu ditambahi na sebelum bisa memodifikasi nomina.

Lampiran: daftar kata

Kata-kata yang tadi muncul sebagai contoh didaftar di sini.

広い (hiroi): luas
空 (sora): langit
新しい (atarashii): baru
本 (hon): buku
綺麗 (kirei): cantik, rapi
嫌い (kirai): benci
嫌う (kirau): membenci
とこ (toko): tempat
静か (shizuka): hening
朝 (asa): pagi
安い (yasui): murah
新鮮 (shinsen): segar
魚 (sakana): ikan

Tutorial Watarasebashi #16 – Klausa subordinat deskriptif

Matahari yang melihat?

[Pada seri tutorial ini, kita akan belajar bahasa Jepang dari nol dengan menggunakan lagu Watarasebashi sebagai materinya. Karena pembahasan tiap episode dibangun dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, saya menyarankan agar kamu mengikutinya dari episode pertama.]

Di episode sebelumnya kita telah melihat bagaimana adjektiva bisa menerangkan sifat nomina. Hal yang sama juga bisa dilakukan dengan mudah oleh suatu klausa yang diakhiri verba. Misalnya kita punya klausa berikut:

自転車で通う
jitensha de kayou
berangkat dan pulang dengan sepeda

自転車 (jitensha): sepeda
通う (kayou): pulang pergi (ke sekolah, tempat kerja, dsb)

Klausa itu bisa digunakan untuk menerangkan nomina misalnya gakusei:

自転車で通う学生[1]
jitensha de kayou gakusei
murid yang berangkat dan pulang dengan sepeda
学生 (gakusei): murid

Klausa subordinatnya ditandai dengan warna beda. Seperti yang bisa dilihat, kita tinggal memperlakukan klausanya layaknya suatu adjektiva! Aturan peletakannya juga sama yaitu sebelum nominanya. Dengan ini kemampuan berekspresi kita menjadi jauh lebih luas! Inilah contoh-contoh lainnya:

冬眠する動物[2]
toumin suru doubutsu
binatang yang berhibernasi

冬眠 (toumin): hibernasi
する (suru): melakukan
動物 (doubutsu): binatang

Perhatikan bahwa toumin adalah nomina yang artinya “hibernasi”. Dengan diberi verba suru, maka artinya menjadi “melakukan hibernasi” atau sederhananya “berhibernasi”. Banyak sekali nomina yang bisa diubah menjadi verba dengan diberi suru, misalnya benkyou (belajar, nomina) yang menjadi benkyou suru (belajar, verba) dan ai (cinta) yang menjadi ai suru (mencintai).

お箸で食べる人[3]
ohashi de taberu hito
orang yang makan dengan sumpit

お箸 (ohashi): sumpit
食べる (taberu): makan
人 (hito): orang

Sumpit bisa disebut hashi maupun ohashi. Kata-kata tertentu memang sering diberi prefix o-, seperti bentou (makanan dalam kotak) yang sering juga disebut obentou. Yang diberi o- terdengar lebih sopan.

ストローで飲む女[4]
sutoroo de nomu onna
perempuan yang minum dengan sedotan

ストロー (sutoroo): sedotan (Inggris: straw)
飲む (nomu): minum
女 (onna): wanita, perempuan

シーワールドで泳ぐイルカ[5]
shii waarudo de oyogu iruka
lumba-lumba yang berenang di Sea World

シーワールド (shii waarudo): Sea World
泳ぐ (oyogu): berenang
イルカ (iruka): lumba-lumba

低い声で唸る人狼[6]
hikui koe de unaru jinrou
manusia serigala yang menggeram dengan suara rendah

低い (hikui): rendah
声 (koe): suara
唸る (unaru): menggeram
人狼 (jinrou): manusia serigala

Nah sekarang kita kembali ke lirik Watarasebashi. Kita punya:

渡良瀬橋で見る夕日
watarasebashi de miru yuuhi

yuuhi berarti “matahari terbenam”. Loh, lalu apakah artinya jadi “matahari terbenam yang melihat di Jembatan Watarase“? Tentu ini tidak masuk akal karena matahari tidak mungkin bisa melihat (kecuali kalau kita bicara kiasan atau fantasi, tapi bukan itu kasusnya di lagu ini). Lalu terlebih lagi matahari tidak bisa datang ke Jembatan Watarase. Ilmu dasarnya telah kita pelajari di episode ini, namun jawabannya harus menunggu di episode berikutnya karena memerlukan penjelasan tambahan.

Penutup

Klausa yang diakhiri verba bisa digunakan layaknya adjektiva. Dengan meletakkannya sebelum nomina, kita bisa menggambarkan nomina tersebut dengan cukup kompleks.

Lampiran: daftar kata

Kata-kata yang tadi muncul sebagai contoh didaftar di sini.

自転車 (jitensha): sepeda
通う (kayou): pulang pergi (ke sekolah, tempat kerja, dsb)
学生 (gakusei): murid
冬眠 (toumin): hibernasi
する (suru): melakukan
動物 (doubutsu): binatang
勉強 (benkyou): belajar
愛 (ai): cinta
お箸 (ohashi): sumpit
食べる (taberu): makan
人 (hito): orang
弁当 (bentou): makanan dalam kotak
ストロー (sutoroo): sedotan (Inggris: straw)
飲む (nomu): minum
女 (onna): wanita, perempuan
シーワールド (shii waarudo): Sea World
泳ぐ (oyogu): berenang
イルカ (iruka): lumba-lumba
低い (hikui): rendah
声 (koe): suara
唸る (unaru): menggeram
人狼 (jinrou): manusia serigala

Tutorial Watarasebashi #15 – Latihan menggunakan adjektiva

[Pada seri tutorial ini, kita akan belajar bahasa Jepang dari nol dengan menggunakan lagu Watarasebashi sebagai materinya. Karena pembahasan tiap episode dibangun dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, saya menyarankan agar kamu mengikutinya dari episode pertama.]

Setelah mempelajari adjektiva-i dan adjektiva-na, sekarang kamu akan latihan menggunakannya. Untuk tiap soal akan diberikan adjektiva dan nominanya, dan tugas kamu adalah menggunakan adjektivanya dengan benar untuk menggambarkan nominanya. Tujuannya adalah agar kamu terampil membedakan adjektiva-i dengan adjektiva-na.

笑顔 (egao): senyum
温かい (atatakai): hangat

       
Jawaban: atatakai egao [Motto Futari de:  | ]   

娘 (musume): putri
わがまま (wagamama): egois

       
Jawaban: wagamama na musume [Furusato:  | 詞]   

人 (hito): orang
大好き (daisuki): (sangat) suka

       
Jawaban: daisuki na hito [Suna wo Kamu You ni...NAMIDA:  | ]   


初恋 (hatsukoi): cinta pertama
淡い (awai): hanya sesaat, berlalu dengan cepat

       
Jawaban: awai hatsukoi [Zutto Suki de Ii desu ka:  | ]   

川 (kawa): sungai
綺麗 (kirei): indah

       
Jawaban: kirei na kawa (ingat, kirei adalah adjektiva-na) [ALL FOR ONE & ONE FOR ALL! :  | ]   

場所 (basho): tempat
遠い (tooi): jauh

       
Jawaban: tooi basho [Atarimae no Nichijou #1]   

自転車 (jitensha): sepeda
変 (hen): aneh

       
Jawaban: hen na jitensha [Atarimae no Nichijou #2]   

英語 (eigo): Bahasa Inggris
嫌い (kirai): benci

       
Jawaban: kirai na eigo (ingat, kirai adalah adjektiva-na) [1]    

Selasa, 07 Juni 2011

Tutorial Watarasebashi #13 – Latihan partikel konteks de (で)

[Pada seri tutorial ini, kita akan belajar bahasa Jepang dari nol dengan menggunakan lagu Watarasebashi sebagai materinya. Karena pembahasan tiap episode dibangun dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, saya menyarankan agar kamu mengikutinya dari episode pertama.]

Kita telah mempelajari fungsi partikel de, yaitu memberikan konteks untuk verba. Konteks tersebut bisa berupa alat atau cara (dengan, menggunakan) maupun konteks tempat (di).
Sekarang waktunya untuk sedikit latihan. Yang perlu kamu lakukan sangat mudah yaitu menulis terjemahan bahasa Indonesianya. Soal-soal berikut berdasarkan lagu (dengan modifikasi seperlunya), dan kamu bisa mengklik ♪ untuk mendengar lagunya dan 詞 untuk melihat liriknya. Gunakan lampiran di akhir artikel ini untuk mencari tahu arti kata-kata yang tidak kamu ketahui.

1) 電話で話す [Koe:  | 詞]
denwa de hanasu

       
Jawaban: berbicara dengan telepon

2) 東京で暮らす [Furusato:  | 詞]
toukyou de kurasu

       
Jawaban: tinggal di Tokyo

3) たこ焼き屋さんで読む [Sabori:  | 詞]
takoyaki-ya-san de yomu

       
Jawaban: membaca di warung takoyaki

4) 自転車で帰る[Suppin to Namida:  | 詞]
jitensha de kaeru

       
Jawaban: pulang dengan sepeda

Dua soal terakhir di bawah diambil dari novel amatir Atarimae no Nichijou:
5) 階段で転ぶ
kaidan de korobu

       
Jawaban: jatuh di tangga
   
6) 小声で話す
kogoe de hanasu

       
Jawaban: berbicara dengan suara pelan (berbisik). Perhatikan bahwa di sini konteks yang diberikan bukanlah alat fisik, tapi lebih ke arah cara melakukan sesuatu.
 
Lampiran: daftar kata

東京 (toukyou): Tokyo
暮らす (kurasu): tinggal
電話 (denwa): telepon
話す (hanasu): berbicara
たこ焼き屋さん (takoyaki-ya-san): warung Takoyaki
読む (yomu): membaca
自転車 (jitensha): sepeda
帰る (kaeru): pulang
階段 (kaidan): tangga
転ぶ (korobu): jatuh (terpeleset, tersandung, dsb)
小声 (kogoe): suara pelan

Tutorial Watarasebashi #12 – Partikel konteks de (で)

Matahari terbenam dilihat dari Jembatan Watarase

[Pada seri tutorial ini, kita akan belajar bahasa Jepang dari nol dengan menggunakan lagu Watarasebashi sebagai materinya. Karena pembahasan tiap episode dibangun dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, saya menyarankan agar kamu mengikutinya dari episode pertama.]

Akhirnya kita sampai pada pembahasan liriknya! Pertama-tama, perlu diketahui bahwa dalam lagu seringkali satu kalimat dipecah menjadi beberapa baris. Nah, kalimat pertama yang akan kita pelajari terdiri dari baris pertama dan kedua pada lagu tersebut:

渡良瀬橋で見る夕日をあなたはとても好きだったわ
watarasebashi de miru yuuhi o anata wa totemo suki datta wa
Kamu dulu sangat senang dengan matahari terbenam di Jembatan Watarase

Terjemahan yang diberikan di atas sebetulnya bukan terjemahan literalnya, tapi terjemahan yang terdengar enak dan alami di bahasa Indonesia. Ini adalah aturan emas penerjemahan: hasil terjemahanmu harus terdengar alami. Hal tersebut terutama penting dengan bahasa Jepang, karena banyak ide-ide dasar yang diekspresikan dengan cara yang jauh berbeda dibandingkan bahasa Indonesia. Untuk mengatakan “harus makan”, misalnya, orang Jepang sebetulnya mengatakan “jika tidak makan, tidak baik”. Kalau terjemahan mentahnya digunakan, tentu terdengar ganjil.

Kita akan menggunakan konvensi tersebut di tutorial ini. Saat membahas kalimat baru dari lagunya, yang pertama kali akan diberikan adalah terjemahan bagusnya agar kamu punya gambaran jelas mengenai kalimatnya. Baru setelahnya kita akan mempelajarinya dari kacamata pelajar bahasa dan menyelidiki arti mentah yang sebetulnya dikandung kalimat tersebut.

Urutan dalam kalimat


Di bahasa Indonesia, kalimatnya menggunakan struktur SUBJEK VERBA OBJEK. Contohnya adalah “saya makan ikan”. Posisi subjek dan objeknya sangat penting, sebab mengubah urutannya bisa menghasilkan kalimat yang artinya lain seperti “ikan makan saya”.

Namun di bahasa Jepang, aturan utama dalam susunan kalimat hanya satu: verba (kata kerja) harus diletakkan di belakang. Sudah, itu saja! Mengenai subjek, objek, dan lainnya, semuanya muncul sebelum verba dan bisa dalam urutan apapun. Jadi bisa saja strukturnya SUBJEK OBJEK VERBA atau bahkan OBJEK SUBJEK VERBA tanpa ada perubahan arti. Kita akan melihat nanti bahwa ini bisa dilakukan karena peran tiap kata ditandai dengan partikel (dan kita akan mempelajari salah satunya di sini).

Jadi buang segala asumsi atau ajaran bahwa urutan kalimat di bahasa Jepang harus begini atau begitu. Yang penting hanya satu yaitu verba harus di akhir. Itu akan menyelamatkanmu dari banyak masalah saat berusaha memahami bahasa Jepang.

Partikel de (で) untuk menyatakan alat dan lokasi


Partikel de (で) pada dasarnya menyatakan konteks suatu aksi. Kalau seseorang makan, dengan alat apa dia makan? Kalau seseorang pergi, dengan kendaraan apa? Alat yang digunakan ditandai de seperti pada contoh berikut:

1) 箸で食べる。
hashi de taberu
Makan dengan sumpit.

箸 (hashi): sumpit
食べる (taberu): makan

Partikel ditempel di belakang kata yang ingin ditandai. Dalam hal ini de menempel di belakang hashi (sumpit). Saat kata diberi partikel, bayangkan bahwa mereka kini menjadi satu kesatuan dengan partikelnya seperti ilustrasi berikut:


Kalau bisa tergambar semacam ikatan seperti pada diagram-diagram kimia (H-O-H), maka penulisannya adalah hashi-de taberu dan bukan hashi de-taberu. Terakhir, perhatikan bahwa verbanya yaitu taberu (makan) diletakkan di akhir seperti yang sudah kita bahas.

(Kalau kamu masih ingat, hashi juga berarti jembatan. Tapi penulisan kanjinya beda, 橋 untuk jembatan dan 箸 untuk sumpit. Ini bukan hal yang langka di bahasa Jepang: banyak sekali kata-kata yang bunyinya sama namun artinya berbeda.)

Ini contoh lain:

2) バスで行く。
basu de iku
Pergi dengan bis.

バス (basu): bis
行く (iku): pergi

Pada kedua contoh di atas, konteksnya adalah alat. Namun, konteks juga bisa menunjukkan lokasi. Kalau seseorang bermain, di mana dia bermain? Partikel de memberikan informasi tersebut, seperti pada contoh-contoh berikut:

3) レストランで飲む。
resutoran de nomu
Minum di restoran.

レストラン (resutoran): restoran
飲む (nomu): minum

4) 帰り道で会う。
kaerimichi de au
Bertemu di jalan pulang.

帰り道 (kaerimichi): jalan pulang
会う (au): bertemu

Dengan pengetahuan ini, kita sudah bisa memahami sepotong dari lagu Watarasebashi:

渡良瀬橋で見る
watarasebashi de miru
melihat di Jembatan Watarase

渡良瀬橋 (watarasebashi): Jembatan Watarase
見る (miru): melihat

Mudah bukan?

Ada satu perkecualian yang perlu diketahui. Untuk menyatakan keberadaan (“ada”), misalnya “ada di rumah”, tidak digunakan partikel de untuk menandai lokasinya. Kasus penting ini akan dibahas di artikel lain.

Penutup

Partikel menunjukkan peran kata dalam kalimat dan digunakan secara ekstensif di bahasa Jepang. Menguasai berbagai jenis partikel yang ada akan menjadi salah satu tema utama dalam menguasai bahasa Jepang. Di sini kita telah belajar partikel konteks de yang menandai bahwa suatu kata berfungsi sebagai alat atau sebagai lokasi kejadian.

Lampiran: daftar kata


Kata-kata yang tadi muncul sebagai contoh didaftar di sini.

箸 (hashi): sumpit
食べる (taberu): makan
橋 (hashi): jembatan
バス (basu): bis
行く (iku): pergi
レストラン (resutoran): restoran
飲む (nomu): minum
帰り道 (kaerimichi): jalan pulang
会う (au): bertemu
渡良瀬橋 (watarasebashi): Jembatan Watarase
見る (miru): melihat

Senin, 23 Mei 2011

Tutorial Watarasebashi #11 – Konsonan bersuara pada kata gabungan

Watarase + Hashi = Watarasebashi

[Pada seri tutorial ini, kita akan belajar bahasa Jepang dari nol dengan menggunakan lagu Watarasebashi sebagai materinya. Karena pembahasan tiap episode dibangun dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, saya menyarankan agar kamu mengikutinya dari episode pertama.]

Setelah mempelajari pengelompokan kana menjadi baris-baris tertentu, sekarang kita akan belajar suara-suara konsonan tambahan yang diperoleh dengan memodifikasi suara-suara dasarnya. Setelahnya, kita akan bisa memamahi pembentukan kata watarasebashi dan kata-kata lain yang sejenis.

Konsonan bersuara dan plosif

Beberapa suara konsonan bunyinya mirip dengan konsonan lain. Contohnya, coba kamu buat suara “ta” dan “da” dengan mulutmu, lalu bandingkan gerakan lidah dan bunyi keduanya. Mirip kan?
 
Fonologi Jepang sadar akan kemiripan tersebut, dan oleh karenanya hiragana untuk “da” hanyalah hiragana “ta” yang diberi tanda tambahan:


Tanda yang memodifikasi suara tersebut adalah dua garis kecil yang mirip tanda kutip (゛) dan disebut dakuten (濁点). Karena bentuk garis kecilnya disebut ten (点), kadang-kadang tanda itu secara informal disebut tenten (点々). Suara konsonan hasil modifikasinya disebut sebagaikonsonan bersuara (voiced consonant).

Daftar perubahan suara yang mungkin dengan tanda dakuten adalah k→g, s→z, t→d, dan h→b. Beberapa suara perkecualian pada kana dasar juga menghasilkan perkecualian jika disuarakan, misalnya “shi” (し) yang menjadi “ji” (じ) dan bukan “zi”.

Terdapat juga tanda lingkaran (゜) yang mengubah suara vokal h→p. Tandanya disebut handakuten (半濁点) atau secara informal maru (丸). Suara konsonan p ini secara teknis disebut plosif.

Inilah daftar seluruh suara modifikasi tersebut:

Perhatikan bahwa suara “ji” bisa ditulis dengan じ maupun ぢ. Hampir selalu, yang digunakan adalah じ. づ suaranya adalah “dzu” namun seringkali dalam romanisasi ditulis “zu”.

Penyuaraan dalam pembentukan kata

Di bahasa Jepang, jika dua kata digabung menjadi satu kata baru, seringkali konsonan awal pada kata kedua disuarakan. Misalnya, suara yang aslinya “h” berubah menjadi “b” pada kata gabungan. Dengan pengetahuan ini, sekarang jelas kenapa watarase (nama) + hashi (jembatan) menjadi watarasebashi (Jembatan Watarase)!

Di bawah akan diberikan contoh-contoh gabungan kata yang semuanya menggunakan penyuaraan. Formatnya adalah kuis, jadi coba jawab sebelum melihat kuncinya. Silahkan menggunakan tabel perubahan suara di atas sebagai referensi.

1)    shabon (sabun) + tama (bola) =           
    Jawaban: shabondama (gelembung sabun)      
2)    watarase (nama) + kawa (sungai) =           
    Jawaban: watarasegawa (Sungai Watarase)      
3)    takara (harta karun) + hako (kotak) =           
    Jawaban: takarabako (kotak harta karun)      
4)    hyoutan (nama) + shima (pulau) =           
    Jawaban: hyoutanjima (Pulau Hyoutan)      
5)    hana (bunga) + hi (api) =           
    Jawaban: hanabi (kembang api)      
6)    hito (orang) + hito (orang) =           
    Jawaban: hitobito (orang-orang)      
7)    ao (biru) + sora (langit) =           
    Jawaban: aozora (langit biru)      
8)    ya (panah) + shirushi (tanda) =           
    Jawaban: yajirushi (tanda panah)      
9)    hana (hidung) + chi (darah) =           
    Jawaban: hanaji (mimisan)      
10)    suika (semangka) + hatake (ladang) =           
    Jawaban: suikabatake (ladang semangka)    

Di atas telah disebutkan bahwa suara “ji” umumnya ditulis dengan じ. Namun perhatikan bahwa hanaji jika ditulis dengan hiragana adalah はなぢ dan bukan はなじ. Ini mudah dimengerti karena kata pembentuk keduanya adalah ち (chi, darah) dan bukan し (shi).

Terakhir, perlu diingat juga bahwa penyuaraan yang telah dibahas tidaklah universal. Sebagai contoh, niwa (taman) + ki (pohon) adalah niwaki (pohon taman) tanpa penyuaraan. kutsu (sepatu) + shita (bawah) juga hasilnya hanyalah kutsushita (kaos kaki).

Penutup

Kita telah selesai membahas judulnya. Selanjutnya, kita akan mulai membahas tata bahasa yang terdapat pada liriknya. Sampai jumpa!

Lampiran: daftar kata

Kata-kata yang tadi muncul sebagai contoh didaftar di sini.

橋 (hashi): jembatan
渡良瀬橋 (watarasebashi): jembatan Watarase
島 (shima): pulau
ひょうたん島 (hyoutanjima): pulau Hyoutan (dengar lagunya!)
シャボン (shabon): sabun
シャボン玉 (shabondama): gelembung sabun
川 (kawa): sungai
渡良瀬川 (watarase): sungai Watarase
宝 (takara): harta karun
箱 (hako): kotak
宝箱 (takarabako): kotak harta karun
花 (hana): bunga
火 (hi): api
花火 (hanabi): kembang api
人 (hito): orang
人々 (hitobito): orang-orang
青 (ao): biru
空 (sora): langit
青空 (aozora): langit biru
矢 (ya): panah
印 (shirushi): tanda
矢印 (yajirushi): tanda panah
鼻 (hana): hidung
血 (chi): darah
鼻血 (hanaji): mimisan (hidung berdarah)
スイカ (suika): semangka
畑 (hatake): ladang
スイカ畑 (suikabatake): ladang semangka
庭 (niwa): taman
木 (ki): pohon
庭木 (niwaki): pohon taman
靴 (kutsu): sepatu
下 (shita): bawah
靴下 (kutsushita): kaos kaki

Minggu, 22 Mei 2011

Tutorial Watarasebashi #10: Pengelompokan Kana

Konbanwa minasan (selamat malam semuanya). Sebelumnya Sensei minta maaf udah lama nggak kasih tutorial lagi, maklum im2 lagi lemot banget. Ini aja Sensei bela-belain begadang buat ngetik part 10. Dalam bab ini kita akan belajar banyak hal. Oke langsung hajar aja deh, tutorial nomor 10, pengelompokan kana.

Jembatan Watarase – watarasehashi atau watarasebashi?

[Pada seri tutorial ini, kita akan belajar bahasa Jepang dari nol dengan menggunakan lagu Watarasebashi sebagai materinya. Karena pembahasan tiap episode dibangun dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, saya menyarankan agar kamu mengikutinya dari episode pertama.]

Setelah meninjau huruf-huruf Jepang, kita sekarang akan mulai membahas lagu Watarasebashi dari awal. Romaji akan disertakan sepanjang tutorial, namun ingat bahwa itu ada agar mereka yang masih belajar kana bisa langsung mengikuti artikel-artikelnya.

Pembahasan akan dimulai dari judulnya yaitu “Watarasebashi” yang artinya Jembatan Watarase. Kata tersebut dibentuk dari watarase yang merupakan suatu nama dan hashi yang artinya jembatan. Pertanyaannya, kenapa jadinya watarasebashi dan bukan watarasehashi?

Watarasebashi merupakan kata gabungan. Seringkali, dalam pembentukan kata gabungan terjadi perubahan suara pada kata keduanya, dalam hal ini hashi menjadi bashi. Di sini kita akan mempelajari perubahan tersebut, yang sebetulnya lebih ke arah studi fonologi. Untuk memahami aturannya, kita perlu kembali meninjau aspek teknis dari kana.

Pengelompokan kana (hiragana dan katakana)

Di bahasa Jepang, huruf-huruf kana dasar dikelompokkan menjadi baris-baris tertentu, yang jika disusun akan membentuk tabel. Pengelompokan ini sangat vital untuk memahami berbagai aturan tata bahasa dan harus kamu kuasai. Untuk membentuk kata sopan dari kata dasarnya misalnya, kamu perlu tahu pengelompokan ini.

Baris yang pertama adalah baris a:

あいうえお
a i u e o

Urutan vokalnya adalah a-i-u-e-o, bukan a-e-i-o-u seperti pada alfabet Latin.

Berikutnya adalah baris k:

かきく けこ
ka ki ku ke ko

Baris tersebut sangat mudah dimengerti sebab hanya merupakan kombinasi konsonan k dengan vokal a-i-u-e-o.

Selanjutnya adalah baris s, dan di sini mulai terdapat ketidakberaturan:

さしすせそ
sa shi su se so

Bisa dilihat bahwa huruf baris s vokal i bukanlah “si” seperti yang diharapkan, namun “shi”. Suara “si” tidak ada di kata-kata bahasa Jepang asli. Untuk mengingat perkecualian ini, ingatlah bahwa di cerita Doraemon terdapat tokoh yang bernama “shizuka” dan bukan “sizuka”.

Baris selanjutnya yaitu baris t malah memiliki 2 perkecualian:

たち つ てと
ta chi tsu te to

Baris t vokal i bukanlah “ti” namun “chi”. Begitu juga vokal “u” bukanlah “tu” tapi “tsu”. “ti” dan “tu” tidak ada di kata-kata bahasa Jepang asli. Ingatlah dengan tokoh “chibiusa” pada cerita Sailor Moon (bukan “tibiusa”) dan “tsubasa” pada cerita Kapten Tsubasa (bukan “tubasa”).

Baris n suaranya teratur:

なにぬねの
na ni nu ne no

Namun berikutnya baris h memiliki perkecualian:

はひ ふへほ
ha hi fu he ho
 
Bagi orang Jepang, gabungan h dengan u adalah “fu”, bukan “hu”. Makannya ada gunung yang bernama “fuji” bukannya “huji”.

Baris m juga teratur:

まみむ め も
ma mi mu me mo

Berikutnya adalah baris y yang teratur namun hanya digabung dengan vokal a-u-o:

や ゆよ
ya yu yo
 
Baris selanjutnya adalah baris r yang juga teratur:

ら り る れろ
ra ri ru re ro
 
Baris berikutnya yaitu baris w hanya memiliki vokal a dan o:

わ を    
wa wo

Vokal mati satu-satunya tidak digolongkan baris manapun:


n   
 
Dengan begitu, urutan baris-barisnya adalah a-k-s-t-n-h-m-y-r-w. Mengetahui urutannya akan berguna untuk melakukan pencarian pada daftar yang diurutkan berdasarkan kana. Contohnya adalah pada daftar penyanyi lagu anime Wikipedia bahasa Jepang. Kalau kamu ingin menghafalnya agar ingat suara-suara yang ada di bahasa Jepang, ini nemoniknya:
Anak Kancil Sedang Tidur Nyenyak Habis Makan Yakiniku Rasa Wortel

Yang juga penting kamu hafalkan adalah suara-suara perkecualian yang ada di baris s (shi), t (chi, tsu), dan h (fu). Nemonik yang bisa kamu pakai adalah “tsubasa tanding di gunung fuji, disoraki shizuka dan chibiusa”. Kalau kamu tidak kenal tokoh-tokoh tersebut, kamu bisa buat nemonik lain sendiri.

Penutup

Setelah pembahasan panjang tersebut, sayangnya ilmu kita belum cukup untuk membahas perubahan hashi ke bashi! Mungkin di episode berikutnya.

Tapi, dengan ilmu yang baru kita pelajari, kita bisa bermain sedikit tebak-tebakan...

Pertama, ingat bahwa suara “si”, “ti”, “tu”, dan “hu” tidak ada di bahasa Jepang. Bagi orang Jepang, s yang digabung i ya bunyinya “shi” bukan “si”. Nah, karenanya, jika ada orang Jepang yang menulis romanisasi si, sebetulnya yang mereka maksud adalah kana し yang suaranya “shi”! Begitu juga untuk suara perkecualian lainnya.

Dengan mengingat poin tersebut, sekarang coba jawab pertanyaan berikut.

1) Ada orang Jepang yang mengupload gambar dengan nama berkas mitisige_L2.jpg. Sebetulnya, bagaimana cara membaca mitisige?
Jawaban: Cara membacanya adalah “michishige”. Ingat, di bahasa Jepang tidak ada suara “ti” sehingga yang dimaksud orang tersebut saat menulis ti adalah suara “chi” (ち). Begitu juga dengan si yang sebetulnya dibaca “shi” (し).
2) Orang yang sama mengupload berkas tuji_L8.jpg. Bagaimana sebetulnya cara membaca tuji?
Jawaban: Cara membacanya adalah “tsuji”. Di bahasa Jepang, gabungan t dan u menghasilkan つ yang bunyinya “tsu” bukan “tu”.
3) Terakhir, ada orang Jepang yang membuat halaman dengan nama hujimoto04.htm. Bagaimana cara membaca hujimoto yang benar?
Jawaban: Cara membacanya adalah “fujimoto”. Kalau orang Jepang menulis hu, yang mereka maksud adalah suara “fu” (ふ).

Pelajaran fonologi kita ini cukup berguna kan? Sampai jumpa di episode berikutnya!

Lampiran
 
Inilah daftar suara dasar kana yang disusun dalam tabel, maaf kalau tabelnya agak kecil:

Kamis, 12 Mei 2011

Gila, keluarga gue doyan bebe

Entah kenapa banyak sekali orang yang keranjingan memakai smartphone yang satu ini. Semua berawal dari nyokap gue, yang ditawarin buat make blackberry sama ponakannya (Dia sepupu gue, anaknya tante gue). Setelah itu, nyokap mulai nyebarin virus blekberi ke semua kerabat dan keluarga gue, mulai dari abang, kakak ipar (Istrinya abang gue. Dia juga pake blekberi lho!), tante gue, sepupu-sepupu gue, sodara gue yang masih SD, bahkan sampai ke saudara jauh gue.

Bokap juga termasuk orang yang make blekberi. Sebenernya bokap gue tuh agak-agak gaptek gitu. Pernah dia beli hape yang namanya mirip blekberi, mungkin ini patut dibilang adek (atau tiruan kembarannya) dari blekberi, namanya blueberry. Buset, hape apa nama buah tuh?

Akhirnya, saat terakhir sebelum bokap ulang tahun, dia pun juga banting setir ganti hape nokia bututnya sama hape yang mirip kayak kotak kaset itu. Bokap dengan sukses pake blekberi gemini. Aa, shinjiranai yo.

Inilah sifat asli manusia, ada barang bagus pasti langsung di serobot. Beneran lho! Gue ngeliat sendiri. Ini kejadian udah lama, dan waktu itu lagi ada promo diluncurkannya hape nokia terbaru (yang ini nokia keren, tadinya mau gue beli tapi duit gue cuma secengan) di daerah Senayan, yaitu Nokia C3. Katanya sih (kan katanya) fiturnya bagus, bisa fesbuk dan cetingan langsung dari layar utamanya. Banyak orang yang ngantri demi mendapatkan hape baru itu. Sebenernya itu promosi cuma sehari doang, soalnya besok harganya udah naik lagi jadi sejuta lebih.

Sumpah, itu antrian panjangnya kayak cendol diblender. Rame banget. Dari ibu-ibu, bapak-bapak, tante-tante dan om-om, sampe ke anak kecil ngantri cuma buat mendapatkan hape yang harganya Rp 899.999,- (lupa harganya, pokoknya segini deh kalo gak salah). Gue dan tersangka lainnya (Lucky, Ipal, dkk) juga ikut ngantri demi mendapatkan hape baru itu. Eit, bukan buat kita-kita sih, tapi buat kantor abang gue. Maklum, abang gue waktu itu masih kerja di Nokia. Jadi wajar kalo dia disuruh bosnya buat beli hape sebanyak mungkin.

Btw, gue lagi masih dalam pengerjaan tutorial Watarasebashi nih. Sekarang udah nyampe bagian ke 10. Wow, panjang juga ya! Haha, wish me luck aja guys :)

Selasa, 10 Mei 2011

Aqua Timez - Ginga Tetsudou no Yoru Lyrics

Yak, ini adalah lagu terakhir dalam album Carpe Diem oleh Aqua Timez, yang baru-baru diluncurin. Ini lagu sempat membuat naluri dan perasaan serta jiwa gue terusik. Kenapa? Nadanya enak banget didenger! Sedih-sedih gimana gitu, haha (padahal emang lagi sedih dianya) yodah selamat dengerin aja ye.

-ooOoo-
-Romaji Lyrics-

hitoribocchi wo nosete yoru wo hashiru ressha
shasou kara mieru ieie no hakari
sono hitotsu hitotsu ni sorezore no yorokobi
sorezore ni kureru kanashimi ga aru

ai wa itami wo hoshigaru kara
mebaete mo sodateru no wa watayasukunai
sakaseru hodo toge ga sasu kara
omoi ga tsuyoi hodo omoidoori ni ikanai

te wo nobaseba, te wo nobaseba
todoku youna ki ga shite
te wo nobasu hodo, te wo nobasu hodo
kurayami wa fukaku nari hikari wa tsuyoku ...

kono yoru no shinjitsu ni kono yoru no shoutai ni
sukoshi zutsu kizuki hajimete shimatta
mabushi sa ni subete wo mitsukasaretaku nakute
kurayami e to nige konda no wa dare ?

fukou ni naritai nante koto wo
negatteru hito wa inai no ni
mina shiawase ni naritai dake na no ni
ikiru koto wa mou meikyuu no you de

te wo nobaseba, te wo nobaseba
todoku youna ki ga shite
te wo nobasu, hodo te wo nobasu hodo
kurayami wa fukaku ...

motto tooku, e motto tooku e
ikitakute houhou wo nurashi
motto tooku e, motto tooku e
ikitakute ase wo furikitte susumu

mabuta no fura soko ni wa tada
mabushii hodo no ginga no umi
mada nan ni mo owattenai
mada hajimatte sae mo inai
ima ga subete, subete ga ima
saa arukeru dake wo arukou
tohou mo nai utsukushi sa to
hirogari ni michita sekai wo ikiru

kaze no kutsu wo haite yume wo
oikakeru to kimeta hi no koto
wasuretenai umareta te no
hi no hikari no youna WAKUWAKU
mada konna ni, mada konna ni
boku no kokoro wa yume wo mireru
jibun de sura fushigi na kurai
tashika na ashidori de kyou wo susumu

motto tooku e motto tooku e

motto tooku e

-Kanji Lyrics-

銀河鉄道の夜
作詞:太志
作曲:太志

ひとりぼっちを乘せて 夜を走る列車
車窗から見える家々の燈り
そのひとつひとつに それぞれの喜び
それぞれに暮れる悲しみがある
愛は痛みを欲しがるから
芽生えても育てるのは容易くない
笑かせるほど棘が刺すから
思いが強いほど 思い通りにいかない

手を伸ばせば 手を伸ばせば
屆くような氣がして
手を伸ばすほど 手を伸ばすほど
暗闇は深くなり 光は強く…

この夜の真實に この夜の正體に
少しずつ氣付きはじめてしまった
眩しさに全てを見透かされたくなくて
暗闇へと逃げ迂んだのは誰?
不幸になりたいなんてことを
願ってる人はいないのに
皆幸せになりたいだけなのに
生きる事はもう 迷宮のようで

手を伸ばせば 手を伸ばせば
屆くような氣がして
手を伸ばすほど 手を伸ばすほど
暗闇は深く…

もっと遠くへ もっと遠くへ
行きたくて頰を濡らし
もっと遠くへ もっと遠くへ
行きたくて汗を振り切って進む

まぶたの裡 そこにはただ
まぶしいほどの銀河の海
まだ何にも終わってない
まだ始まってさえもいない
今が全て 全てが今
さぁ步けるだけを步こう
途方もない美しさと
廣がりに滿ちた世界を生きる

風の靴を履いて夢を
追いかけると決めた日のこと
忘れてない 生まれたての
陽の光のようなワクワク
まだこんなに まだこんなに
僕の心は夢を見れる
自分ですら 不思議なくらい
確かな足取りで今日を進む

もっと遠くへ もっと遠くへ

もっと遠くへ

-ooOoo-

Setelah mendengarnya, gimana perasaan anda? Sudah copotkah semua yang mengganjel di hati? Hahaha kalo kurang puas kamu bisa komplen dengan kasih komen hohoho.

Sabtu, 19 November 2011

Tutorial Watarasebashi #19 – Pernyataan keadaan benda, cara mengatakan “adalah” dan “bukanlah”

Diposting oleh Fitria Amanda Putri di Sabtu, November 19, 2011 0 komentar
Maaf sekali readers. Saya lama nggak update lagi nih dikarenakan sibuk ngurusin skripsi (udah lulus sih walau dapet nilai C sebanyak 2) hehe. Sekarang sedang mempersiapkan untuk S2 di Universitas Tokyo. Doakan supaya lancar ya! m(_ _)m


Pembahasan masih berlanjut di tutorial Watarasebashi bagian 19. Simak teruuuuuus!!

-ooOoo-

[Pada seri tutorial ini, kita akan belajar bahasa Jepang dari nol dengan menggunakan lagu Watarasebashi sebagai materinya. Karena pembahasan tiap episode dibangun dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, saya menyarankan agar kamu mengikutinya dari episode pertama.]

Sekarang kita akan belajar cara menyatakan keadaan benda, yaitu mengatakan bahwa sesuatu memang sesuatu (misalnya “dia adalah murid”) dan bahwa sesuatu bukanlah sesuatu (misalnya “dia bukan murid”). Yang akan kita pelajari lebih dulu adalah bagian “adalah murid” dan “bukan murid”-nya.

Kita butuh cukup banyak pengetahuan baru untuk bisa memamahi sisa dari kalimat pertama di Watarasebashi. Tapi paling tidak, setelah membaca bagian ini kamu bisa tahu maksud datta yang ada di bagian akhir kalimat pertama tersebut.

Menyatakan bahwa sesuatu memang sesuatu menggunakan da

Untuk menyatakan bahwa sesuatu memang sesuatu, kita menempelkan da (だ) ke nomina atau adjektiva-na. Untuk adjektiva-i, aturannya beda dan akan kita pelajari belakangan. Nah, sebetulnya aturan tata bahasa untuk nomina dan adjektiva-na tidak hanya sama pada kasus ini. Untuk sebagian besar kasus, aturan bagi nomina dan adjektiva-na persis sama. Jadi selama tidak disebutkan secara eksplisit bahwa aturannya berbeda, kamu boleh berasumsi bahwa nomina dan adjektiva-na berperilaku sama.

Menyatakan bahwa sesuatu memang begitu menggunakan da

Tempelkan 「だ」 ke nomina atau adjektiva-na
isha → isha da (adalah dokter)
taisetsu → taisetsu da (bersifat penting)
医者 (isha): dokter
大切 (taisetsu): penting

Inilah contohnya:
歌手だ
kashu da
adalah penyanyi
歌手 (kashu): penyanyi
黒い本だ
kuroi hon da
adalah buku hitam
黒い (kuroi): hitam
本 (hon): buku

簡単だ
kantan da
bersifat mudah
簡単 (kantan): mudah, sederhana

Pada contoh di atas, perhatikan bahwa kashu dan hon adalah nomina sedangkan kantan adalah adjektiva-na. Fungsi da kurang lebihnya sama seperti “adalah” di dua contoh pertama dan “bersifat” pada contoh 3. Intinya, da mengiyakan bahwa sesuatu memang sesuatu. Namun ada satu hal penting yang perlu kamu ingat:

Pernyataan keadaan benda positif (mengiyakan) bisa dilakukan tanpa da!

Ini sebetulnya juga sama pada bahasa Indonesia. Kita bisa menghilangkan “adalah” pada “dia adalah penyanyi” sehingga menjadi “dia penyanyi”. Lalu, “bersifat” pada “soal ini bersifat mudah” bisa dihilangkan sehingga hasilnya “soal ini mudah”.

Pada bahasa Indonesia, kata “adalah” tidak berhubungan dengan jenis kelamin maupun kesopanan. Namun di bahasa Jepang nuansa yang diberikan jauh berbeda. Keberadaan da membuat kalimatnya terdengar lebih tegas, memaksa, dan dengan kata lain deklaratif. Oleh karenanya, yang lebih sering menggunakan da di akhir kalimat adalah laki-laki. Di bahasa Jepang, gaya bahasa tegas juga berarti tidak sopan. Oleh karenanya, saat nanti belajar gaya bahasa sopan kita akan melihat bahwa da tidak digunakan sebagai akhiran kalimat. Terakhir, karena da digunakan untuk membuat pernyataan, secara umum kamu tidak bisa menggunakannya saat bertanya.

Konjugasi negatif (penyangkalan)

Di bahasa Jepang, bentuk negatif dan lampau dinyatakan melalui perubahan bentuk atau konjugasi. Nomina dan adjektiva bisa dikonjugasi ke bentuk negatif untuk menyatakan bahwa sesuatu bukan X dan ke bentuk lampau untuk menyatakan bahwa sesuatu dulunya X. Mungkin kedengarannya aneh, tapi konjugasi-konjugasi tersebut tidak memiliki konotasi deklaratif sebagaimana da. Kita bisa menggabungkan konjugasi-konjugasi tersebut dengan da untuk membuatnya deklaratif, tapi caranya tidak akan dibahas di episode ini.

Pertama, untuk bentuk negatif, kamu hanya perlu menempelkan janai ke nomina atau adjektiva-na. Pada bahasa Indonesia, ini akan menjadi “bukan” seperti pada “dia bukan penyanyi” atau “tidak” seperti pada “soal ini tidak mudah”.

Aturan konjugasi untuk bentuk negatif

Tempelkan janai ke nomina atau adjektiva-na
sakana → sakana janai (bukan ikan)
jouzu → jouzu janai (tidak mahir)
魚 (sakana): ikan
上手 (jouzu): mahir

Ini contohnya:

友達じゃない
tomodachi janai
bukan teman
友達 (tomodachi): teman

きれいじゃない
kirei janai
tidak cantik
きれい (kirei): cantik

Konjugasi bentuk lampau

Di bahasa Indonesia, untuk menyatakan keadaan di masa lalu digunakan keterangan waktu seperti “tadi”, “tahun lalu”, “dulu”, dan “waktu itu”. Contohnya adalah “ujiannya kemarin mudah”. Di bahasa Jepang, keterangan waktu juga bisa diberikan. Namun yang wajib dilakukan adalah mengubah katanya ke bentuk lampau. Jadi walaupun sudah ada keterangan waktu, jangan lupa untuk tetap mengubah katanya ke bentuk lampau.

Untuk mengatakan bahwa sesuatu dulunya sesuatu, datta ditempelkan ke nomina atau adjektiva-na. Kita akan secara bebas menggunakan penanda waktu “dulu” maupun “waktu itu” pada terjemahannya.

Untuk mengatakan bentuk negatif lampau (dulunya bukan), bentuk negatifnya dikonjugasi menjadi bentuk negatif lampau dengan membuang i dari janai dan menambahkan katta.

Aturan konjugasi untuk bentuk lampau

1.    Bentuk lampau : Tempelkan datta ke nomina atau adjektiva-na
tomodachi → tomodachi datta (waktu itu teman)
jouzu → jouzu datta (waktu itu mahir)

2.    Bentuk lampau negatif : Konjugasikan nomina atau adjektiva-na ke bentuk negatif lalu ganti i pada janai dengan katta
tomodachi → tomodachi janai → tomodachi janakatta (waktu itu bukan teman)
jouzu → jouzu janai → jouzu janakatta (waktu itu tidak mahir)

Ini contohnya:

先生だった
sensei datta
dulu guru
先生 (sensei): guru

約束を守る人じゃなかった
yakusoku o mamoru hito janakatta
dulu bukan orang yang menepati janji
約束 (yakusoku): janji
守る (mamoru): melindungi, menjaga
人 (hito): orang

Perhatikan bahwa di bahasa Jepang digunakan ungkapan “melindungi janji” (yakusoku o mamoru) yang di bahasa Indonesia umumnya adalah “menepati janji”.

きれいじゃなかった
kirei janakatta
waktu itu tidak cantik
Perlu diperhatikan bahwa bentuk lampau di bahasa Jepang sama sekali tidak mengatakan apapun tentang keadaannya yang sekarang. Misalnya pada contoh terakhir kalimatnya diartikan sebagai “waktu itu tidak cantik”. Bagaimana keadaanya sekarang? Apakah sekarang cantik atau tidak? Nah, janakatta sama sekali tidak bisa menjawab hal tersebut. Ini sama dengan contoh di atasnya yaitu sensei datta. Bisa saja sekarang juga masih guru, namun bisa juga sekarang sudah berhenti jadi guru.
Pada kalimat pertama lirik Watarasebashi, kamu bisa menjumpai suki datta. Ini adalah datta yang baru saja kita pelajari, yaitu pernyataan keadaan positif lampau. Namun pembahasan lengkapnya masih akan ditahan karena kita perlu tahu lebih lanjut tentang adjektiva-na suki (suka), terutama mengenai cara penggunaannya yang umum.

Penutup

Kita telah belajar mengkonjugasikan keadaan benda ke empat bentuk yang mungkin. Inilah tabel ringkasan konjugasi yang dipelajari di bab ini.

Lihat link ini karena upload fotonya lemot banget. Tabel
(Tabel ini dibuat berdasarkan bab yang bersesuaian pada Tutorial Bahasa Jepang Tae Kim yang masih akan direncanakan)

Lampiran: daftar kata

Kata-kata yang tadi muncul sebagai contoh didaftar di sini.

医者 (isha): dokter
大切 (taisetsu): penting
歌手 (kashu): penyanyi
黒い (kuroi): hitam
本 (hon): buku
簡単 (kantan): mudah, sederhana
魚 (sakana): ikan
上手 (jouzu): mahir
友達 (tomodachi): teman
きれい (kirei): cantik
先生 (sensei): guru
約束 (yakusoku): janji
守る (mamoru): melindungi, menjaga
人 (hito): orang
学生 (gakusei): murid

Sabtu, 06 Agustus 2011

Tutorial Watarasebashi #18 – Partikel objek langsung o (を)

Diposting oleh Fitria Amanda Putri di Sabtu, Agustus 06, 2011 0 komentar
[Pada seri tutorial ini, kita akan belajar bahasa Jepang dari nol dengan menggunakan lagu Watarasebashi sebagai materinya. Karena pembahasan tiap episode dibangun dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, saya menyarankan agar kamu mengikutinya dari episode pertama.]

Sekarang kita akan belajar partikel o yang menandakan objek langsung. Objek langsung adalah benda yang dikenai aksi suatu verba, misalnya “ikan” pada “saya makan ikan” dan “tembok” pada “dia memukul tembok”.

Penulisan dan cara baca

Partikel o ini di bahasa Jepang ditulis dengan hiragana を (wo). Namun pada prakteknya di percakapan dia umumnya diucapkan “o”, dan karenanya kita akan menggunakan romanisasi o. Tapi ingat, pengucapan “wo” juga akan kamu temui dan sepertinya pada lagu-lagu partikel ini malah lebih sering diucapkan sebagai “wo”. Pada baris pertama lagu Watarasebasi misalnya, partikel ini diucapkan sebagai “wo”.

Penggunaan

Sama seperti partikel de, partikel ini juga ditempelkan di belakang nomina yang ingin ditandai. Inilah contohnya.

魚を手で食べる
sakana o te de taberu
makan ikan dengan tangan

魚 (sakana): ikan
手 (te): tangan
食べる (taberu): makan

Ingat, karena peran katanya ditunjukkan dengan partikel, kita bisa dengan bebas menukar lokasinya. Yang penting verbanya ada di akhir.

手で魚を食べる
te de sakana o taberu
makan ikan dengan tangan

Pada semua contoh di atas, kita tahu bahwa ikan adalah objek langsungnya karena dia ditempeli o. Walaupun letaknya pada kalimat berubah, tidak akan ada kesalahpahaman atau perubahan arti.
Inilah beberapa contoh lain penggunaan partikel o.

壁を打つ
kabe o utsu
memukul tembol

壁 (kabe): tembok
打つ (utsu): memukul

動物を愛する人々
doubutsu o ai suru hitobito
orang-orang yang mencintai hewan

動物 (doubutsu): hewan
愛 (ai): cinta
する (suru): melakukan
人々 (hitobito): orang-orang

Perhatikan bahwa ai adalah nomina. Dengan diberi suru dia menjadi verba. Jadi arti literal ai suru adalah “melakukan cinta”. Namun dengan konstruksi seperti ini akan lebih mudah kalau kamu menganggap seluruh kombinasi nomina+suru sebagai suatu verba. Pada contoh di atas, anggap ai suru sebagai suatu verba yang artinya “mencintai”. Tentu saja, bentuk lengkap “melakukan cinta” adalah ai o suru dan kamu juga akan menjumpai bentuk yang menggunakan o tersebut.

有名な小説を読む
yuumei na shousetsu o yomu
membaca novel terkenal

有名 (yuumei): terkenal
小説 (shousetu): novel
読む (yomu): membaca

Perlu diketahui bahwa apa yang merupakan objek langsung di bahasa Indonesia belum tentu diekspresikan dengan sama di bahasa Jepang. Sebagai contoh, pada frasa bahasa Indonesia “menjadi dokter”, verba “menjadi” didampingi objek langsung “dokter”. Tapi di bahasa Jepang, verba naru (menjadi) tidak menggunakan objek langsung. Dengan kata lain, untuk menandai isha (dokter) pada frasa “menjadi dokter” tidak digunakan partikel o namun partikel lain (akan dipelajari belakangan). Kalau ragu, saran saya adalah melihat contoh-contoh kalimat agar mengetahui partikel yang benar untuk suatu verba. Kamus yang memiliki contoh kalimat misalnya Yahoo! Jisho, WWWJDIC (cari katanya lalu klik pranala [Ex]), dan ALC. Jangan kaget kalau partikelnya tidak sesuai dengan yang kamu harapkan karena cara berpikir di bahasa Jepang memang berbeda dengan cara berpikir di bahasa Indonesia.

Partikel o dengan verba gerakan

Tidak seperti konsep objek langsung di bahasa Indonesia, tempat juga bisa menjadi objek langsung verba gerakan seperti aruku (berjalan) dan hashiru (berlari). Ini artinya kita bergerak melalui atau melintasi tempat tersebut. Bayangkan saja o menandakan objek injak-injakan kaki kita saat bergerak.

街をぶらぶら歩く
machi o burabura aruku
berjalan sepanjang kota tanpa tujuan. (lit: berjalan kota tanpa tujuan)

街 (machi): kota
ぶらぶら (burabura): tanpa tujuan
歩く (aruku): berjalan

高速道路を走る
kousoku douro o hashiru
berlari melintasi jalan raya. (lit: Berlari jalan raya)

高速 (kousoku): kecepatan tinggi
道路 (douro): jalan
走る (hashiru): berlari

o pada lirik Watarasebashi

Baris pertama lirik Watarasebashi adalah sebagai berikut:

渡良瀬橋で見る夕日を
watarasebashi de miru yuuhi o
(o dibaca “wo” pada potongan lirik ini)

Bisa dilihat bahwa o menempel pada yuuhi (matahari terbenam). Ini artinya “matahari terbenam (yang dilihat dari jembatan Watarase)” menjadi objek langsung dari suatu aksi. Apakah aksinya itu?
Kalimat pertama pada lagu Watarasebashi terdiri dari baris pertama dan kedua. Namun kalau kamu menyelidiki kata-kata yang ada di baris kedua, sebetulnya tidak ada verba di situ. Loh, kok bisa? Kalau tidak ada verba, lalu untuk apa partikel o-nya? Iya, ini memang bisa terjadi karena kalimat pertama di lirik Watarasebashi ternyata menggunakan tata bahasa yang cukup unik. Nanti misteri ini akan kita buka pelan-pelan.

Penutup

Partikel o menandai bahwa suatu kata adalah objek langsung. Bagi verba gerakan seperti aruku (berjalan), objek langsung maksudnya adalah tempat yang dilalui atau dilintasi. Terakhir, kita harus hati-hati karena verba-verba tertentu yang di bahasa Indonesia menggunakan objek langsung seperti “menjadi” ternyata tidak menggunakan partikel o di bahasa Jepang.

Lampiran: daftar kata
Kata-kata yang tadi muncul sebagai contoh didaftar di sini.

魚 (sakana): ikan
手 (te): tangan
食べる (taberu): makan
壁 (kabe): tembok
打つ (utsu): memukul
動物 (doubutsu): hewan
愛 (ai): cinta
する (suru): melakukan
人々 (hitobito): orang-orang
有名 (yuumei): terkenal
小説 (shousetu): novel
読む (yomu): membaca
医者 (isha): dokter
なる (naru): menjadi
街 (machi): kota
ぶらぶら (burabura): tanpa tujuan
歩く (aruku): berjalan
高速 (kousoku): kecepatan tinggi
道路 (douro): jalan
走る (hashiru): berlari

Minggu, 10 Juli 2011

Tutorial Watarasebashi #17 – Hubungan nomina dengan klausa subordinat yang mendeskripsikannya

Diposting oleh Fitria Amanda Putri di Minggu, Juli 10, 2011 0 komentar
[Pada seri tutorial ini, kita akan belajar bahasa Jepang dari nol dengan menggunakan lagu Watarasebashi sebagai materinya. Karena pembahasan tiap episode dibangun dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, saya menyarankan agar kamu mengikutinya dari episode pertama.]

Pada bahasa Jepang, saat suatu nomina dimodifikasi oleh klausa subordinat verba, belum tentu nominanya adalah pelaku dari aksinya. Di episode sebelumnya, terdapat contoh berikut:

お箸で食べる人[1]
ohashi de taberu hito
orang yang makan dengan sumpit

お箸 (ohashi): sumpit
食べる (taberu): makan
人 (hito): orang

Verbanya adalah “makan”, dan dalam contoh tersebut nomina yang dimodifikasi yaitu “orang” memang menjadi pelaku dari “makan”. Tapi lihat contoh berikutnya dari lagu Shabondama:

愛する人[2: | ]
ai suru hito

愛 (ai): cinta
する (suru): melakukan
人 (hito): orang

Karena ai suru artinya “mencintai”, maka mungkin kamu menebak bahwa artinya adalah “orang yang mencintai”. Tapi itu bukan artinya! Pada frasa tersebut, “orang” ternyata bukanlah pelaku dari “mencintai”, tapi malah objek dari aksi “mencintai” tersebut. Pelakunya tersirat yaitu “aku”, penyanyi dari lagu tersebut. Jadi artinya sebetulnya adalah “orang yang aku mencintainya” atau mudahnya “orang yang kucintai”.

Karena hubungan yang fleksibel antara nomina dengan klausa subordinat ini, cara untuk mengetahui makna sebenarnya tentunya dengan menyimpulkan sendiri dari konteks yang ada. Jangan khawatir karena kalau sudah terbiasa, ini sebetulnya tidak sesusah yang dibayangkan. Ini contoh lainnya:

生きる証[3: | ]
ikiru akashi
Bukti bahwa (kita) hidup

生きる (ikiru): hidup
証 (akashi): bukti

Perhatikan bahwa artinya bukanlah “bukti yang hidup”. Lagi-lagi di sini pelaku verbanya yaitu “kita” tidak tertulis tetapi disimpulkan sendiri.

Dengan pengetahuan baru ini, sekarang kita bisa mengartikan lirik Watarasebashi:

渡良瀬橋で見る夕日
watarasebashi de miru yuuhi

見る (miru): melihat
夕日 (yuuhi): matahari terbenam

Jelas “matahari terbenam” tidak bisa melihat. Karena itu yang melihat pastilah orang, sedangkan “matahari terbenam” malah objek yang dilihat! Jadi terjemahan literalnya adalah “matahari terbenam yang melihatnya di Jembatan Watarase”. Kalau kita ingin menginterpretasikannya menjadi bahasa Indonesia yang enak didengar, maka kita bisa mengubahnya menjadi “matahari terbenam yang dilihat dari Jembatan Watarase”. Sekarang semuanya masuk akal kan?

Inilah diagram yang menunjukkan bagaimana suatu klausa subordinat menjelaskan suatu nomina. Seperti telah kita ketahui, cara kerjanya sama persis dengan adjektiva:


Penutup

Saat klausa subordinat mendeskripsikan nomina, tata bahasa Jepang tidak mendefinisikan peran yang pasti untuk nominanya. Bisa saja dia menjadi pelaku dari aksi yang ada, bisa saja dia menjadi objeknya, atau bahkan yang lainnya. Arti yang dimaksud harus disimpulkan sendiri dari konteks yang ada.

Lampiran: daftar kata

Kata-kata yang tadi muncul sebagai contoh didaftar di sini.

お箸 (ohashi): sumpit
食べる (taberu): makan
愛 (ai): cinta
する (suru): melakukan
人 (hito): orang
見る (miru): melihat
夕日 (yuuhi): matahari terbenam

Rabu, 08 Juni 2011

Tutorial Watarasebashi #14 – Pengenalan pada adjektiva

Diposting oleh Fitria Amanda Putri di Rabu, Juni 08, 2011 0 komentar

Langit yang luas

[Pada seri tutorial ini, kita akan belajar bahasa Jepang dari nol dengan menggunakan lagu Watarasebashi sebagai materinya. Karena pembahasan tiap episode dibangun dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, saya menyarankan agar kamu mengikutinya dari episode pertama.]
Untuk bisa maju ke tahap berikutnya dalam memahami lirik Watarasebashi, kita perlu tahu bagaimana suatu nomina (kata benda) digambarkan di bahasa Jepang. Nomina seperti “buku” bisa dilukiskan sifatnya lebih lanjut misalnya “buku baru” (atau “buku yang baru”), “buku hitam”, dan “buku berat”. Kata-kata yang mendeskripsikan tersebut dinamakan adjektiva (kata sifat), dan itulah pembahasan kita kali ini.
Hal terpenting yang perlu diingat adalah urutannya terbalik dengan bahasa Indonesia. Jadi adjektivanya muncul sebelum nominanya. Lalu, di bahasa Jepang terdapat dua jenis adjektiva yaitu adjektiva-i dan adjektiva-na yang aturan penggunaanya berbeda.

Adjektiva-i

Adjektiva-i dinamakan begitu karena selalu diakhiri hiragana i(い). Ini adalah okurigana yaitu bagian akhir kata yang bisa berubah bentuk. Cara menggunakannya sangat mudah karena tidak perlu disisipi apa-apa:

1) 広い空
hiroi sora
langit luas

広い (hiroi): luas
空 (sora): langit

Contoh yang pertama ini ada di akhir lagu Watarasebashi.

2) 新しい本
atarashii hon
buku baru

新しい (atarashii): baru
本 (hon): buku

Tapi kamu juga perlu hati-hati karena beberapa adjektiva-na diakhiri hiragana i. Untungnya, saya rasa yang akan kamu temui hanyalah kirei (cantik, rapi) dan kirai (benci). Kirei hanya terlihat seperti adjektiva-i jika ditulis dengan hiragana (きれい). Kalau ditulis dengan kanji (綺麗), jelas bahwa sebetulnya tidak ada い yang menguntit. Kirai yang ditulis dengan kanji (嫌い) memang berakhiran い karena dia diturunkan dari kata kerja kirau (嫌う, membenci).

Adjektiva-na

Adjektiva-na dinamakan begitu karena kita perlu menambahkan na padanya agar bisa menggambarkan nomina:

3) きれいなとこ
kirei na toko
tempat indah

きれい (kirei): indah
とこ (toko): tempat

4) 静かな朝
shizuka na asa
pagi hening

静か (shizuka): hening
朝 (asa): pagi

Mudah kan?

Merantai banyak adjektiva

Untuk menggambarkan suatu nomina dengan banyak adjektiva, jejerkan saja mereka sebelum nominanya:

5) 安い新鮮な魚
yasui shinsen na sakana
ikan yang murah dan segar

安い (yasui): murah
新鮮 (shinsen): segar
魚 (sakana): ikan

Tentunya dengan urutan yang lain juga bisa:

6) 新鮮な安い魚
shinsen na yasui sakana
ikan yang segar dan murah

Proses adjektiva yang memodifikasi nomina bisa digambarkan seperti berikut:


Saya minta kamu memperhatikan sejenak baris paling bawah diagram tersebut. Bisa dilihat bahwa nominanya dimodifikasi oleh lebih dari satu hal. Nanti kamu akan sangat sering bertemu pola seperti ini, yaitu suatu nomina yang dimodifikasi oleh berbagai macam hal. Dalam kasus kita ini, yang memodifikasinya adalah adjektiva-adjektiva yang sederhana sehingga kita memilah-milahnya juga gampang. Namun di teks bahasa Jepang nanti kamu akan sering menemui berbagai klausa panjang yang memodifikasi nomina. Dalam kasus tersebut, polanya sebetulnya sama persis seperti kasus yang saat ini, hanya saja yang akan menjadi tantangan pada awalnya adalah mencari batas-batas tiap komponen yang memodifikasi tersebut.

Penutup

Di bahasa Jepang terdapat dua jenis adjektiva yaitu adjektiva-i dan adjektiva-na. Ciri adjektiva-i adalah diakiri hiragana i, namun perlu diingat bahwa kirei dan kirai adalah adjektiva-na. Adjektiva-na perlu ditambahi na sebelum bisa memodifikasi nomina.

Lampiran: daftar kata

Kata-kata yang tadi muncul sebagai contoh didaftar di sini.

広い (hiroi): luas
空 (sora): langit
新しい (atarashii): baru
本 (hon): buku
綺麗 (kirei): cantik, rapi
嫌い (kirai): benci
嫌う (kirau): membenci
とこ (toko): tempat
静か (shizuka): hening
朝 (asa): pagi
安い (yasui): murah
新鮮 (shinsen): segar
魚 (sakana): ikan

Tutorial Watarasebashi #16 – Klausa subordinat deskriptif

Diposting oleh Fitria Amanda Putri di Rabu, Juni 08, 2011 0 komentar
Matahari yang melihat?

[Pada seri tutorial ini, kita akan belajar bahasa Jepang dari nol dengan menggunakan lagu Watarasebashi sebagai materinya. Karena pembahasan tiap episode dibangun dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, saya menyarankan agar kamu mengikutinya dari episode pertama.]

Di episode sebelumnya kita telah melihat bagaimana adjektiva bisa menerangkan sifat nomina. Hal yang sama juga bisa dilakukan dengan mudah oleh suatu klausa yang diakhiri verba. Misalnya kita punya klausa berikut:

自転車で通う
jitensha de kayou
berangkat dan pulang dengan sepeda

自転車 (jitensha): sepeda
通う (kayou): pulang pergi (ke sekolah, tempat kerja, dsb)

Klausa itu bisa digunakan untuk menerangkan nomina misalnya gakusei:

自転車で通う学生[1]
jitensha de kayou gakusei
murid yang berangkat dan pulang dengan sepeda
学生 (gakusei): murid

Klausa subordinatnya ditandai dengan warna beda. Seperti yang bisa dilihat, kita tinggal memperlakukan klausanya layaknya suatu adjektiva! Aturan peletakannya juga sama yaitu sebelum nominanya. Dengan ini kemampuan berekspresi kita menjadi jauh lebih luas! Inilah contoh-contoh lainnya:

冬眠する動物[2]
toumin suru doubutsu
binatang yang berhibernasi

冬眠 (toumin): hibernasi
する (suru): melakukan
動物 (doubutsu): binatang

Perhatikan bahwa toumin adalah nomina yang artinya “hibernasi”. Dengan diberi verba suru, maka artinya menjadi “melakukan hibernasi” atau sederhananya “berhibernasi”. Banyak sekali nomina yang bisa diubah menjadi verba dengan diberi suru, misalnya benkyou (belajar, nomina) yang menjadi benkyou suru (belajar, verba) dan ai (cinta) yang menjadi ai suru (mencintai).

お箸で食べる人[3]
ohashi de taberu hito
orang yang makan dengan sumpit

お箸 (ohashi): sumpit
食べる (taberu): makan
人 (hito): orang

Sumpit bisa disebut hashi maupun ohashi. Kata-kata tertentu memang sering diberi prefix o-, seperti bentou (makanan dalam kotak) yang sering juga disebut obentou. Yang diberi o- terdengar lebih sopan.

ストローで飲む女[4]
sutoroo de nomu onna
perempuan yang minum dengan sedotan

ストロー (sutoroo): sedotan (Inggris: straw)
飲む (nomu): minum
女 (onna): wanita, perempuan

シーワールドで泳ぐイルカ[5]
shii waarudo de oyogu iruka
lumba-lumba yang berenang di Sea World

シーワールド (shii waarudo): Sea World
泳ぐ (oyogu): berenang
イルカ (iruka): lumba-lumba

低い声で唸る人狼[6]
hikui koe de unaru jinrou
manusia serigala yang menggeram dengan suara rendah

低い (hikui): rendah
声 (koe): suara
唸る (unaru): menggeram
人狼 (jinrou): manusia serigala

Nah sekarang kita kembali ke lirik Watarasebashi. Kita punya:

渡良瀬橋で見る夕日
watarasebashi de miru yuuhi

yuuhi berarti “matahari terbenam”. Loh, lalu apakah artinya jadi “matahari terbenam yang melihat di Jembatan Watarase“? Tentu ini tidak masuk akal karena matahari tidak mungkin bisa melihat (kecuali kalau kita bicara kiasan atau fantasi, tapi bukan itu kasusnya di lagu ini). Lalu terlebih lagi matahari tidak bisa datang ke Jembatan Watarase. Ilmu dasarnya telah kita pelajari di episode ini, namun jawabannya harus menunggu di episode berikutnya karena memerlukan penjelasan tambahan.

Penutup

Klausa yang diakhiri verba bisa digunakan layaknya adjektiva. Dengan meletakkannya sebelum nomina, kita bisa menggambarkan nomina tersebut dengan cukup kompleks.

Lampiran: daftar kata

Kata-kata yang tadi muncul sebagai contoh didaftar di sini.

自転車 (jitensha): sepeda
通う (kayou): pulang pergi (ke sekolah, tempat kerja, dsb)
学生 (gakusei): murid
冬眠 (toumin): hibernasi
する (suru): melakukan
動物 (doubutsu): binatang
勉強 (benkyou): belajar
愛 (ai): cinta
お箸 (ohashi): sumpit
食べる (taberu): makan
人 (hito): orang
弁当 (bentou): makanan dalam kotak
ストロー (sutoroo): sedotan (Inggris: straw)
飲む (nomu): minum
女 (onna): wanita, perempuan
シーワールド (shii waarudo): Sea World
泳ぐ (oyogu): berenang
イルカ (iruka): lumba-lumba
低い (hikui): rendah
声 (koe): suara
唸る (unaru): menggeram
人狼 (jinrou): manusia serigala

Tutorial Watarasebashi #15 – Latihan menggunakan adjektiva

Diposting oleh Fitria Amanda Putri di Rabu, Juni 08, 2011 0 komentar
[Pada seri tutorial ini, kita akan belajar bahasa Jepang dari nol dengan menggunakan lagu Watarasebashi sebagai materinya. Karena pembahasan tiap episode dibangun dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, saya menyarankan agar kamu mengikutinya dari episode pertama.]

Setelah mempelajari adjektiva-i dan adjektiva-na, sekarang kamu akan latihan menggunakannya. Untuk tiap soal akan diberikan adjektiva dan nominanya, dan tugas kamu adalah menggunakan adjektivanya dengan benar untuk menggambarkan nominanya. Tujuannya adalah agar kamu terampil membedakan adjektiva-i dengan adjektiva-na.

笑顔 (egao): senyum
温かい (atatakai): hangat

       
Jawaban: atatakai egao [Motto Futari de:  | ]   

娘 (musume): putri
わがまま (wagamama): egois

       
Jawaban: wagamama na musume [Furusato:  | 詞]   

人 (hito): orang
大好き (daisuki): (sangat) suka

       
Jawaban: daisuki na hito [Suna wo Kamu You ni...NAMIDA:  | ]   


初恋 (hatsukoi): cinta pertama
淡い (awai): hanya sesaat, berlalu dengan cepat

       
Jawaban: awai hatsukoi [Zutto Suki de Ii desu ka:  | ]   

川 (kawa): sungai
綺麗 (kirei): indah

       
Jawaban: kirei na kawa (ingat, kirei adalah adjektiva-na) [ALL FOR ONE & ONE FOR ALL! :  | ]   

場所 (basho): tempat
遠い (tooi): jauh

       
Jawaban: tooi basho [Atarimae no Nichijou #1]   

自転車 (jitensha): sepeda
変 (hen): aneh

       
Jawaban: hen na jitensha [Atarimae no Nichijou #2]   

英語 (eigo): Bahasa Inggris
嫌い (kirai): benci

       
Jawaban: kirai na eigo (ingat, kirai adalah adjektiva-na) [1]    

Selasa, 07 Juni 2011

Tutorial Watarasebashi #13 – Latihan partikel konteks de (で)

Diposting oleh Fitria Amanda Putri di Selasa, Juni 07, 2011 0 komentar
[Pada seri tutorial ini, kita akan belajar bahasa Jepang dari nol dengan menggunakan lagu Watarasebashi sebagai materinya. Karena pembahasan tiap episode dibangun dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, saya menyarankan agar kamu mengikutinya dari episode pertama.]

Kita telah mempelajari fungsi partikel de, yaitu memberikan konteks untuk verba. Konteks tersebut bisa berupa alat atau cara (dengan, menggunakan) maupun konteks tempat (di).
Sekarang waktunya untuk sedikit latihan. Yang perlu kamu lakukan sangat mudah yaitu menulis terjemahan bahasa Indonesianya. Soal-soal berikut berdasarkan lagu (dengan modifikasi seperlunya), dan kamu bisa mengklik ♪ untuk mendengar lagunya dan 詞 untuk melihat liriknya. Gunakan lampiran di akhir artikel ini untuk mencari tahu arti kata-kata yang tidak kamu ketahui.

1) 電話で話す [Koe:  | 詞]
denwa de hanasu

       
Jawaban: berbicara dengan telepon

2) 東京で暮らす [Furusato:  | 詞]
toukyou de kurasu

       
Jawaban: tinggal di Tokyo

3) たこ焼き屋さんで読む [Sabori:  | 詞]
takoyaki-ya-san de yomu

       
Jawaban: membaca di warung takoyaki

4) 自転車で帰る[Suppin to Namida:  | 詞]
jitensha de kaeru

       
Jawaban: pulang dengan sepeda

Dua soal terakhir di bawah diambil dari novel amatir Atarimae no Nichijou:
5) 階段で転ぶ
kaidan de korobu

       
Jawaban: jatuh di tangga
   
6) 小声で話す
kogoe de hanasu

       
Jawaban: berbicara dengan suara pelan (berbisik). Perhatikan bahwa di sini konteks yang diberikan bukanlah alat fisik, tapi lebih ke arah cara melakukan sesuatu.
 
Lampiran: daftar kata

東京 (toukyou): Tokyo
暮らす (kurasu): tinggal
電話 (denwa): telepon
話す (hanasu): berbicara
たこ焼き屋さん (takoyaki-ya-san): warung Takoyaki
読む (yomu): membaca
自転車 (jitensha): sepeda
帰る (kaeru): pulang
階段 (kaidan): tangga
転ぶ (korobu): jatuh (terpeleset, tersandung, dsb)
小声 (kogoe): suara pelan

Tutorial Watarasebashi #12 – Partikel konteks de (で)

Diposting oleh Fitria Amanda Putri di Selasa, Juni 07, 2011 0 komentar
Matahari terbenam dilihat dari Jembatan Watarase

[Pada seri tutorial ini, kita akan belajar bahasa Jepang dari nol dengan menggunakan lagu Watarasebashi sebagai materinya. Karena pembahasan tiap episode dibangun dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, saya menyarankan agar kamu mengikutinya dari episode pertama.]

Akhirnya kita sampai pada pembahasan liriknya! Pertama-tama, perlu diketahui bahwa dalam lagu seringkali satu kalimat dipecah menjadi beberapa baris. Nah, kalimat pertama yang akan kita pelajari terdiri dari baris pertama dan kedua pada lagu tersebut:

渡良瀬橋で見る夕日をあなたはとても好きだったわ
watarasebashi de miru yuuhi o anata wa totemo suki datta wa
Kamu dulu sangat senang dengan matahari terbenam di Jembatan Watarase

Terjemahan yang diberikan di atas sebetulnya bukan terjemahan literalnya, tapi terjemahan yang terdengar enak dan alami di bahasa Indonesia. Ini adalah aturan emas penerjemahan: hasil terjemahanmu harus terdengar alami. Hal tersebut terutama penting dengan bahasa Jepang, karena banyak ide-ide dasar yang diekspresikan dengan cara yang jauh berbeda dibandingkan bahasa Indonesia. Untuk mengatakan “harus makan”, misalnya, orang Jepang sebetulnya mengatakan “jika tidak makan, tidak baik”. Kalau terjemahan mentahnya digunakan, tentu terdengar ganjil.

Kita akan menggunakan konvensi tersebut di tutorial ini. Saat membahas kalimat baru dari lagunya, yang pertama kali akan diberikan adalah terjemahan bagusnya agar kamu punya gambaran jelas mengenai kalimatnya. Baru setelahnya kita akan mempelajarinya dari kacamata pelajar bahasa dan menyelidiki arti mentah yang sebetulnya dikandung kalimat tersebut.

Urutan dalam kalimat


Di bahasa Indonesia, kalimatnya menggunakan struktur SUBJEK VERBA OBJEK. Contohnya adalah “saya makan ikan”. Posisi subjek dan objeknya sangat penting, sebab mengubah urutannya bisa menghasilkan kalimat yang artinya lain seperti “ikan makan saya”.

Namun di bahasa Jepang, aturan utama dalam susunan kalimat hanya satu: verba (kata kerja) harus diletakkan di belakang. Sudah, itu saja! Mengenai subjek, objek, dan lainnya, semuanya muncul sebelum verba dan bisa dalam urutan apapun. Jadi bisa saja strukturnya SUBJEK OBJEK VERBA atau bahkan OBJEK SUBJEK VERBA tanpa ada perubahan arti. Kita akan melihat nanti bahwa ini bisa dilakukan karena peran tiap kata ditandai dengan partikel (dan kita akan mempelajari salah satunya di sini).

Jadi buang segala asumsi atau ajaran bahwa urutan kalimat di bahasa Jepang harus begini atau begitu. Yang penting hanya satu yaitu verba harus di akhir. Itu akan menyelamatkanmu dari banyak masalah saat berusaha memahami bahasa Jepang.

Partikel de (で) untuk menyatakan alat dan lokasi


Partikel de (で) pada dasarnya menyatakan konteks suatu aksi. Kalau seseorang makan, dengan alat apa dia makan? Kalau seseorang pergi, dengan kendaraan apa? Alat yang digunakan ditandai de seperti pada contoh berikut:

1) 箸で食べる。
hashi de taberu
Makan dengan sumpit.

箸 (hashi): sumpit
食べる (taberu): makan

Partikel ditempel di belakang kata yang ingin ditandai. Dalam hal ini de menempel di belakang hashi (sumpit). Saat kata diberi partikel, bayangkan bahwa mereka kini menjadi satu kesatuan dengan partikelnya seperti ilustrasi berikut:


Kalau bisa tergambar semacam ikatan seperti pada diagram-diagram kimia (H-O-H), maka penulisannya adalah hashi-de taberu dan bukan hashi de-taberu. Terakhir, perhatikan bahwa verbanya yaitu taberu (makan) diletakkan di akhir seperti yang sudah kita bahas.

(Kalau kamu masih ingat, hashi juga berarti jembatan. Tapi penulisan kanjinya beda, 橋 untuk jembatan dan 箸 untuk sumpit. Ini bukan hal yang langka di bahasa Jepang: banyak sekali kata-kata yang bunyinya sama namun artinya berbeda.)

Ini contoh lain:

2) バスで行く。
basu de iku
Pergi dengan bis.

バス (basu): bis
行く (iku): pergi

Pada kedua contoh di atas, konteksnya adalah alat. Namun, konteks juga bisa menunjukkan lokasi. Kalau seseorang bermain, di mana dia bermain? Partikel de memberikan informasi tersebut, seperti pada contoh-contoh berikut:

3) レストランで飲む。
resutoran de nomu
Minum di restoran.

レストラン (resutoran): restoran
飲む (nomu): minum

4) 帰り道で会う。
kaerimichi de au
Bertemu di jalan pulang.

帰り道 (kaerimichi): jalan pulang
会う (au): bertemu

Dengan pengetahuan ini, kita sudah bisa memahami sepotong dari lagu Watarasebashi:

渡良瀬橋で見る
watarasebashi de miru
melihat di Jembatan Watarase

渡良瀬橋 (watarasebashi): Jembatan Watarase
見る (miru): melihat

Mudah bukan?

Ada satu perkecualian yang perlu diketahui. Untuk menyatakan keberadaan (“ada”), misalnya “ada di rumah”, tidak digunakan partikel de untuk menandai lokasinya. Kasus penting ini akan dibahas di artikel lain.

Penutup

Partikel menunjukkan peran kata dalam kalimat dan digunakan secara ekstensif di bahasa Jepang. Menguasai berbagai jenis partikel yang ada akan menjadi salah satu tema utama dalam menguasai bahasa Jepang. Di sini kita telah belajar partikel konteks de yang menandai bahwa suatu kata berfungsi sebagai alat atau sebagai lokasi kejadian.

Lampiran: daftar kata


Kata-kata yang tadi muncul sebagai contoh didaftar di sini.

箸 (hashi): sumpit
食べる (taberu): makan
橋 (hashi): jembatan
バス (basu): bis
行く (iku): pergi
レストラン (resutoran): restoran
飲む (nomu): minum
帰り道 (kaerimichi): jalan pulang
会う (au): bertemu
渡良瀬橋 (watarasebashi): Jembatan Watarase
見る (miru): melihat

Senin, 23 Mei 2011

Tutorial Watarasebashi #11 – Konsonan bersuara pada kata gabungan

Diposting oleh Fitria Amanda Putri di Senin, Mei 23, 2011 0 komentar
Watarase + Hashi = Watarasebashi

[Pada seri tutorial ini, kita akan belajar bahasa Jepang dari nol dengan menggunakan lagu Watarasebashi sebagai materinya. Karena pembahasan tiap episode dibangun dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, saya menyarankan agar kamu mengikutinya dari episode pertama.]

Setelah mempelajari pengelompokan kana menjadi baris-baris tertentu, sekarang kita akan belajar suara-suara konsonan tambahan yang diperoleh dengan memodifikasi suara-suara dasarnya. Setelahnya, kita akan bisa memamahi pembentukan kata watarasebashi dan kata-kata lain yang sejenis.

Konsonan bersuara dan plosif

Beberapa suara konsonan bunyinya mirip dengan konsonan lain. Contohnya, coba kamu buat suara “ta” dan “da” dengan mulutmu, lalu bandingkan gerakan lidah dan bunyi keduanya. Mirip kan?
 
Fonologi Jepang sadar akan kemiripan tersebut, dan oleh karenanya hiragana untuk “da” hanyalah hiragana “ta” yang diberi tanda tambahan:


Tanda yang memodifikasi suara tersebut adalah dua garis kecil yang mirip tanda kutip (゛) dan disebut dakuten (濁点). Karena bentuk garis kecilnya disebut ten (点), kadang-kadang tanda itu secara informal disebut tenten (点々). Suara konsonan hasil modifikasinya disebut sebagaikonsonan bersuara (voiced consonant).

Daftar perubahan suara yang mungkin dengan tanda dakuten adalah k→g, s→z, t→d, dan h→b. Beberapa suara perkecualian pada kana dasar juga menghasilkan perkecualian jika disuarakan, misalnya “shi” (し) yang menjadi “ji” (じ) dan bukan “zi”.

Terdapat juga tanda lingkaran (゜) yang mengubah suara vokal h→p. Tandanya disebut handakuten (半濁点) atau secara informal maru (丸). Suara konsonan p ini secara teknis disebut plosif.

Inilah daftar seluruh suara modifikasi tersebut:

Perhatikan bahwa suara “ji” bisa ditulis dengan じ maupun ぢ. Hampir selalu, yang digunakan adalah じ. づ suaranya adalah “dzu” namun seringkali dalam romanisasi ditulis “zu”.

Penyuaraan dalam pembentukan kata

Di bahasa Jepang, jika dua kata digabung menjadi satu kata baru, seringkali konsonan awal pada kata kedua disuarakan. Misalnya, suara yang aslinya “h” berubah menjadi “b” pada kata gabungan. Dengan pengetahuan ini, sekarang jelas kenapa watarase (nama) + hashi (jembatan) menjadi watarasebashi (Jembatan Watarase)!

Di bawah akan diberikan contoh-contoh gabungan kata yang semuanya menggunakan penyuaraan. Formatnya adalah kuis, jadi coba jawab sebelum melihat kuncinya. Silahkan menggunakan tabel perubahan suara di atas sebagai referensi.

1)    shabon (sabun) + tama (bola) =           
    Jawaban: shabondama (gelembung sabun)      
2)    watarase (nama) + kawa (sungai) =           
    Jawaban: watarasegawa (Sungai Watarase)      
3)    takara (harta karun) + hako (kotak) =           
    Jawaban: takarabako (kotak harta karun)      
4)    hyoutan (nama) + shima (pulau) =           
    Jawaban: hyoutanjima (Pulau Hyoutan)      
5)    hana (bunga) + hi (api) =           
    Jawaban: hanabi (kembang api)      
6)    hito (orang) + hito (orang) =           
    Jawaban: hitobito (orang-orang)      
7)    ao (biru) + sora (langit) =           
    Jawaban: aozora (langit biru)      
8)    ya (panah) + shirushi (tanda) =           
    Jawaban: yajirushi (tanda panah)      
9)    hana (hidung) + chi (darah) =           
    Jawaban: hanaji (mimisan)      
10)    suika (semangka) + hatake (ladang) =           
    Jawaban: suikabatake (ladang semangka)    

Di atas telah disebutkan bahwa suara “ji” umumnya ditulis dengan じ. Namun perhatikan bahwa hanaji jika ditulis dengan hiragana adalah はなぢ dan bukan はなじ. Ini mudah dimengerti karena kata pembentuk keduanya adalah ち (chi, darah) dan bukan し (shi).

Terakhir, perlu diingat juga bahwa penyuaraan yang telah dibahas tidaklah universal. Sebagai contoh, niwa (taman) + ki (pohon) adalah niwaki (pohon taman) tanpa penyuaraan. kutsu (sepatu) + shita (bawah) juga hasilnya hanyalah kutsushita (kaos kaki).

Penutup

Kita telah selesai membahas judulnya. Selanjutnya, kita akan mulai membahas tata bahasa yang terdapat pada liriknya. Sampai jumpa!

Lampiran: daftar kata

Kata-kata yang tadi muncul sebagai contoh didaftar di sini.

橋 (hashi): jembatan
渡良瀬橋 (watarasebashi): jembatan Watarase
島 (shima): pulau
ひょうたん島 (hyoutanjima): pulau Hyoutan (dengar lagunya!)
シャボン (shabon): sabun
シャボン玉 (shabondama): gelembung sabun
川 (kawa): sungai
渡良瀬川 (watarase): sungai Watarase
宝 (takara): harta karun
箱 (hako): kotak
宝箱 (takarabako): kotak harta karun
花 (hana): bunga
火 (hi): api
花火 (hanabi): kembang api
人 (hito): orang
人々 (hitobito): orang-orang
青 (ao): biru
空 (sora): langit
青空 (aozora): langit biru
矢 (ya): panah
印 (shirushi): tanda
矢印 (yajirushi): tanda panah
鼻 (hana): hidung
血 (chi): darah
鼻血 (hanaji): mimisan (hidung berdarah)
スイカ (suika): semangka
畑 (hatake): ladang
スイカ畑 (suikabatake): ladang semangka
庭 (niwa): taman
木 (ki): pohon
庭木 (niwaki): pohon taman
靴 (kutsu): sepatu
下 (shita): bawah
靴下 (kutsushita): kaos kaki

Minggu, 22 Mei 2011

Tutorial Watarasebashi #10: Pengelompokan Kana

Diposting oleh Fitria Amanda Putri di Minggu, Mei 22, 2011 0 komentar
Konbanwa minasan (selamat malam semuanya). Sebelumnya Sensei minta maaf udah lama nggak kasih tutorial lagi, maklum im2 lagi lemot banget. Ini aja Sensei bela-belain begadang buat ngetik part 10. Dalam bab ini kita akan belajar banyak hal. Oke langsung hajar aja deh, tutorial nomor 10, pengelompokan kana.

Jembatan Watarase – watarasehashi atau watarasebashi?

[Pada seri tutorial ini, kita akan belajar bahasa Jepang dari nol dengan menggunakan lagu Watarasebashi sebagai materinya. Karena pembahasan tiap episode dibangun dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, saya menyarankan agar kamu mengikutinya dari episode pertama.]

Setelah meninjau huruf-huruf Jepang, kita sekarang akan mulai membahas lagu Watarasebashi dari awal. Romaji akan disertakan sepanjang tutorial, namun ingat bahwa itu ada agar mereka yang masih belajar kana bisa langsung mengikuti artikel-artikelnya.

Pembahasan akan dimulai dari judulnya yaitu “Watarasebashi” yang artinya Jembatan Watarase. Kata tersebut dibentuk dari watarase yang merupakan suatu nama dan hashi yang artinya jembatan. Pertanyaannya, kenapa jadinya watarasebashi dan bukan watarasehashi?

Watarasebashi merupakan kata gabungan. Seringkali, dalam pembentukan kata gabungan terjadi perubahan suara pada kata keduanya, dalam hal ini hashi menjadi bashi. Di sini kita akan mempelajari perubahan tersebut, yang sebetulnya lebih ke arah studi fonologi. Untuk memahami aturannya, kita perlu kembali meninjau aspek teknis dari kana.

Pengelompokan kana (hiragana dan katakana)

Di bahasa Jepang, huruf-huruf kana dasar dikelompokkan menjadi baris-baris tertentu, yang jika disusun akan membentuk tabel. Pengelompokan ini sangat vital untuk memahami berbagai aturan tata bahasa dan harus kamu kuasai. Untuk membentuk kata sopan dari kata dasarnya misalnya, kamu perlu tahu pengelompokan ini.

Baris yang pertama adalah baris a:

あいうえお
a i u e o

Urutan vokalnya adalah a-i-u-e-o, bukan a-e-i-o-u seperti pada alfabet Latin.

Berikutnya adalah baris k:

かきく けこ
ka ki ku ke ko

Baris tersebut sangat mudah dimengerti sebab hanya merupakan kombinasi konsonan k dengan vokal a-i-u-e-o.

Selanjutnya adalah baris s, dan di sini mulai terdapat ketidakberaturan:

さしすせそ
sa shi su se so

Bisa dilihat bahwa huruf baris s vokal i bukanlah “si” seperti yang diharapkan, namun “shi”. Suara “si” tidak ada di kata-kata bahasa Jepang asli. Untuk mengingat perkecualian ini, ingatlah bahwa di cerita Doraemon terdapat tokoh yang bernama “shizuka” dan bukan “sizuka”.

Baris selanjutnya yaitu baris t malah memiliki 2 perkecualian:

たち つ てと
ta chi tsu te to

Baris t vokal i bukanlah “ti” namun “chi”. Begitu juga vokal “u” bukanlah “tu” tapi “tsu”. “ti” dan “tu” tidak ada di kata-kata bahasa Jepang asli. Ingatlah dengan tokoh “chibiusa” pada cerita Sailor Moon (bukan “tibiusa”) dan “tsubasa” pada cerita Kapten Tsubasa (bukan “tubasa”).

Baris n suaranya teratur:

なにぬねの
na ni nu ne no

Namun berikutnya baris h memiliki perkecualian:

はひ ふへほ
ha hi fu he ho
 
Bagi orang Jepang, gabungan h dengan u adalah “fu”, bukan “hu”. Makannya ada gunung yang bernama “fuji” bukannya “huji”.

Baris m juga teratur:

まみむ め も
ma mi mu me mo

Berikutnya adalah baris y yang teratur namun hanya digabung dengan vokal a-u-o:

や ゆよ
ya yu yo
 
Baris selanjutnya adalah baris r yang juga teratur:

ら り る れろ
ra ri ru re ro
 
Baris berikutnya yaitu baris w hanya memiliki vokal a dan o:

わ を    
wa wo

Vokal mati satu-satunya tidak digolongkan baris manapun:


n   
 
Dengan begitu, urutan baris-barisnya adalah a-k-s-t-n-h-m-y-r-w. Mengetahui urutannya akan berguna untuk melakukan pencarian pada daftar yang diurutkan berdasarkan kana. Contohnya adalah pada daftar penyanyi lagu anime Wikipedia bahasa Jepang. Kalau kamu ingin menghafalnya agar ingat suara-suara yang ada di bahasa Jepang, ini nemoniknya:
Anak Kancil Sedang Tidur Nyenyak Habis Makan Yakiniku Rasa Wortel

Yang juga penting kamu hafalkan adalah suara-suara perkecualian yang ada di baris s (shi), t (chi, tsu), dan h (fu). Nemonik yang bisa kamu pakai adalah “tsubasa tanding di gunung fuji, disoraki shizuka dan chibiusa”. Kalau kamu tidak kenal tokoh-tokoh tersebut, kamu bisa buat nemonik lain sendiri.

Penutup

Setelah pembahasan panjang tersebut, sayangnya ilmu kita belum cukup untuk membahas perubahan hashi ke bashi! Mungkin di episode berikutnya.

Tapi, dengan ilmu yang baru kita pelajari, kita bisa bermain sedikit tebak-tebakan...

Pertama, ingat bahwa suara “si”, “ti”, “tu”, dan “hu” tidak ada di bahasa Jepang. Bagi orang Jepang, s yang digabung i ya bunyinya “shi” bukan “si”. Nah, karenanya, jika ada orang Jepang yang menulis romanisasi si, sebetulnya yang mereka maksud adalah kana し yang suaranya “shi”! Begitu juga untuk suara perkecualian lainnya.

Dengan mengingat poin tersebut, sekarang coba jawab pertanyaan berikut.

1) Ada orang Jepang yang mengupload gambar dengan nama berkas mitisige_L2.jpg. Sebetulnya, bagaimana cara membaca mitisige?
Jawaban: Cara membacanya adalah “michishige”. Ingat, di bahasa Jepang tidak ada suara “ti” sehingga yang dimaksud orang tersebut saat menulis ti adalah suara “chi” (ち). Begitu juga dengan si yang sebetulnya dibaca “shi” (し).
2) Orang yang sama mengupload berkas tuji_L8.jpg. Bagaimana sebetulnya cara membaca tuji?
Jawaban: Cara membacanya adalah “tsuji”. Di bahasa Jepang, gabungan t dan u menghasilkan つ yang bunyinya “tsu” bukan “tu”.
3) Terakhir, ada orang Jepang yang membuat halaman dengan nama hujimoto04.htm. Bagaimana cara membaca hujimoto yang benar?
Jawaban: Cara membacanya adalah “fujimoto”. Kalau orang Jepang menulis hu, yang mereka maksud adalah suara “fu” (ふ).

Pelajaran fonologi kita ini cukup berguna kan? Sampai jumpa di episode berikutnya!

Lampiran
 
Inilah daftar suara dasar kana yang disusun dalam tabel, maaf kalau tabelnya agak kecil:

Kamis, 12 Mei 2011

Gila, keluarga gue doyan bebe

Diposting oleh Fitria Amanda Putri di Kamis, Mei 12, 2011 0 komentar
Entah kenapa banyak sekali orang yang keranjingan memakai smartphone yang satu ini. Semua berawal dari nyokap gue, yang ditawarin buat make blackberry sama ponakannya (Dia sepupu gue, anaknya tante gue). Setelah itu, nyokap mulai nyebarin virus blekberi ke semua kerabat dan keluarga gue, mulai dari abang, kakak ipar (Istrinya abang gue. Dia juga pake blekberi lho!), tante gue, sepupu-sepupu gue, sodara gue yang masih SD, bahkan sampai ke saudara jauh gue.

Bokap juga termasuk orang yang make blekberi. Sebenernya bokap gue tuh agak-agak gaptek gitu. Pernah dia beli hape yang namanya mirip blekberi, mungkin ini patut dibilang adek (atau tiruan kembarannya) dari blekberi, namanya blueberry. Buset, hape apa nama buah tuh?

Akhirnya, saat terakhir sebelum bokap ulang tahun, dia pun juga banting setir ganti hape nokia bututnya sama hape yang mirip kayak kotak kaset itu. Bokap dengan sukses pake blekberi gemini. Aa, shinjiranai yo.

Inilah sifat asli manusia, ada barang bagus pasti langsung di serobot. Beneran lho! Gue ngeliat sendiri. Ini kejadian udah lama, dan waktu itu lagi ada promo diluncurkannya hape nokia terbaru (yang ini nokia keren, tadinya mau gue beli tapi duit gue cuma secengan) di daerah Senayan, yaitu Nokia C3. Katanya sih (kan katanya) fiturnya bagus, bisa fesbuk dan cetingan langsung dari layar utamanya. Banyak orang yang ngantri demi mendapatkan hape baru itu. Sebenernya itu promosi cuma sehari doang, soalnya besok harganya udah naik lagi jadi sejuta lebih.

Sumpah, itu antrian panjangnya kayak cendol diblender. Rame banget. Dari ibu-ibu, bapak-bapak, tante-tante dan om-om, sampe ke anak kecil ngantri cuma buat mendapatkan hape yang harganya Rp 899.999,- (lupa harganya, pokoknya segini deh kalo gak salah). Gue dan tersangka lainnya (Lucky, Ipal, dkk) juga ikut ngantri demi mendapatkan hape baru itu. Eit, bukan buat kita-kita sih, tapi buat kantor abang gue. Maklum, abang gue waktu itu masih kerja di Nokia. Jadi wajar kalo dia disuruh bosnya buat beli hape sebanyak mungkin.

Btw, gue lagi masih dalam pengerjaan tutorial Watarasebashi nih. Sekarang udah nyampe bagian ke 10. Wow, panjang juga ya! Haha, wish me luck aja guys :)

Selasa, 10 Mei 2011

Aqua Timez - Ginga Tetsudou no Yoru Lyrics

Diposting oleh Fitria Amanda Putri di Selasa, Mei 10, 2011 0 komentar
Yak, ini adalah lagu terakhir dalam album Carpe Diem oleh Aqua Timez, yang baru-baru diluncurin. Ini lagu sempat membuat naluri dan perasaan serta jiwa gue terusik. Kenapa? Nadanya enak banget didenger! Sedih-sedih gimana gitu, haha (padahal emang lagi sedih dianya) yodah selamat dengerin aja ye.

-ooOoo-
-Romaji Lyrics-

hitoribocchi wo nosete yoru wo hashiru ressha
shasou kara mieru ieie no hakari
sono hitotsu hitotsu ni sorezore no yorokobi
sorezore ni kureru kanashimi ga aru

ai wa itami wo hoshigaru kara
mebaete mo sodateru no wa watayasukunai
sakaseru hodo toge ga sasu kara
omoi ga tsuyoi hodo omoidoori ni ikanai

te wo nobaseba, te wo nobaseba
todoku youna ki ga shite
te wo nobasu hodo, te wo nobasu hodo
kurayami wa fukaku nari hikari wa tsuyoku ...

kono yoru no shinjitsu ni kono yoru no shoutai ni
sukoshi zutsu kizuki hajimete shimatta
mabushi sa ni subete wo mitsukasaretaku nakute
kurayami e to nige konda no wa dare ?

fukou ni naritai nante koto wo
negatteru hito wa inai no ni
mina shiawase ni naritai dake na no ni
ikiru koto wa mou meikyuu no you de

te wo nobaseba, te wo nobaseba
todoku youna ki ga shite
te wo nobasu, hodo te wo nobasu hodo
kurayami wa fukaku ...

motto tooku, e motto tooku e
ikitakute houhou wo nurashi
motto tooku e, motto tooku e
ikitakute ase wo furikitte susumu

mabuta no fura soko ni wa tada
mabushii hodo no ginga no umi
mada nan ni mo owattenai
mada hajimatte sae mo inai
ima ga subete, subete ga ima
saa arukeru dake wo arukou
tohou mo nai utsukushi sa to
hirogari ni michita sekai wo ikiru

kaze no kutsu wo haite yume wo
oikakeru to kimeta hi no koto
wasuretenai umareta te no
hi no hikari no youna WAKUWAKU
mada konna ni, mada konna ni
boku no kokoro wa yume wo mireru
jibun de sura fushigi na kurai
tashika na ashidori de kyou wo susumu

motto tooku e motto tooku e

motto tooku e

-Kanji Lyrics-

銀河鉄道の夜
作詞:太志
作曲:太志

ひとりぼっちを乘せて 夜を走る列車
車窗から見える家々の燈り
そのひとつひとつに それぞれの喜び
それぞれに暮れる悲しみがある
愛は痛みを欲しがるから
芽生えても育てるのは容易くない
笑かせるほど棘が刺すから
思いが強いほど 思い通りにいかない

手を伸ばせば 手を伸ばせば
屆くような氣がして
手を伸ばすほど 手を伸ばすほど
暗闇は深くなり 光は強く…

この夜の真實に この夜の正體に
少しずつ氣付きはじめてしまった
眩しさに全てを見透かされたくなくて
暗闇へと逃げ迂んだのは誰?
不幸になりたいなんてことを
願ってる人はいないのに
皆幸せになりたいだけなのに
生きる事はもう 迷宮のようで

手を伸ばせば 手を伸ばせば
屆くような氣がして
手を伸ばすほど 手を伸ばすほど
暗闇は深く…

もっと遠くへ もっと遠くへ
行きたくて頰を濡らし
もっと遠くへ もっと遠くへ
行きたくて汗を振り切って進む

まぶたの裡 そこにはただ
まぶしいほどの銀河の海
まだ何にも終わってない
まだ始まってさえもいない
今が全て 全てが今
さぁ步けるだけを步こう
途方もない美しさと
廣がりに滿ちた世界を生きる

風の靴を履いて夢を
追いかけると決めた日のこと
忘れてない 生まれたての
陽の光のようなワクワク
まだこんなに まだこんなに
僕の心は夢を見れる
自分ですら 不思議なくらい
確かな足取りで今日を進む

もっと遠くへ もっと遠くへ

もっと遠くへ

-ooOoo-

Setelah mendengarnya, gimana perasaan anda? Sudah copotkah semua yang mengganjel di hati? Hahaha kalo kurang puas kamu bisa komplen dengan kasih komen hohoho.