Minggu, 13 Juni 2010

Cerpen : Sen no Yoru wo Koete part 2

Keesokan harinya, Sayu datang menghampiriku. Kali ini dia nggak membawa berita heboh lagi seperti waktu itu. Dia datang layaknya mahasiswa yang lain. Tenang dan santai. Lalu ia menyapaku dari kejauhan.

“Rukia!” teriaknya. Aku yang sedang sibuk membaca buku tentang cara cepat belajar keyboard, langsung menoleh ke arah belakang.

“Hei, sibuk amat sih baca bukunya! Buku apaan tuh?” tanyanya penuh keingin tahuan.

“Oh, ini. Cara cepat belajar keyboard untuk pemula. Emangnya kenapa?” aku balik bertanya.

“Hah? Lo main keyboard? Hahaha... ngaco! Tampang buta not balok kayak lo pake sok main musik! Gak percaya gue! Hahaha...” katanya sambil tertawa.

“Ah, bacot lo! Gini-gini gue udah pinter main piano dari umur 5 tahun! Selain piano gue juga bisa mianin biola!” jawabku ketus.

“Weis, gile lo. Kok lo gak pernah cerita ke gue kalo lo bisa main piano sama biola? Hmmm... ternyata sahabat gue jago main musik! Gak nyangka gue,” katanya memuji.

“Ah, bisa aja lo. Oh ya, dua minggu lagi gue mau manggung di pensi alumni SMP gue. Gue sama band gue mau pentas di sana. Lumayan lah dapet honor walaupun gak banyak,” aku berkata padanya soal pensi itu.

“Hah? Lo punya band? Ya ampun, kok gue yang udah lama sahabatan sama lo malah gak tau apa-apa soal lo yang punya band? Gue juga kaget waktu lo bilang kalo lo jago main piano sama biola!” kata Sayu kagum.

“Iya, gue punya band. Band gue dibentuk pas awal gue masuk universitas. Gue diajak sama Tecchan,” jawabku penuh arti.

“Tecchan? Si pendekar gitar di kampus kita? Yang anak sastra Jepang itu kan? Lo kenal sama dia?”

“Kenal lah, wong dia temen gue dari satu kampung! Kita sering banget main di sawah nyari belut. Terus dibakar deh belutnya sampe garing. Apalagi kalo pas lagi gak ada orang di rumah, kita sering banget kabur naik kebo tetangga sebelah. Magrib baru deh pulang.” Kataku dengan logat jawa medok.

“Gila ah lo! Gue serius dodol! Cerita lo kayak si bolang aja!” katanya dengan muka merah.

“Maap, maap. Gue kenal banget sama dia! Soalnya dia itu temen gue dari SD. Sampe sekarang pun gue bisa satu universitas sama dia. Hebat kan? SD bareng, SMP bareng, SMA bareng, sampe ke sini juga bareng.” ceritaku sampai selesai.

“Wah, jodoh kali lo sama dia! Tembak aja tuh orang, dia kan cakep!” katanya dengan aksen menggoda.

“Gak ah, bisa dimutilasi sekampung gue kalo ngerebut cowok orang! Lagian dia juga udah mau tunangan kok sama pacarnya,” jawabku santai.

“Oh gitu. Ya udah deh. Udah bel tuh! Masuk kelas yuk,” Sayu mengajakku ke ruang kelas.
-ooOoo-

“...Sen no yoru wo koete anata ni tsutaetai

Tsutaenakya naranai koto ga aru

Aisaretai demo aisou to shinai

Sono kurikaeshi no naka wo samayotte

Boku ga mitsuketa kotae wa hitotsu kowakutatte kizutsuitatte

Suki na hito ni wa sukitte tsutaerunda

Kimochi wo kotoba ni suru no wa kowai yo demo

Suki na hito ni wa sukitte tsutaerunda…”

Setelah semua mata kuliah selesai kupelajari, aku pulang ke rumah dengan perasaan riang gembira. Kalian tahu kenapa? Karena aku bersama anggota band Water Watch yang lain akan manggung! Udah gitu manggungnya di SMP tempatku sama Tecchan belajar dulu.

“Aku pulang!” teriakku pada seisi rumah.

“Eh, anak Ibu udah pulang. Gimana tadi di kampus? Ada acara apa disana? Kalau ada acara bazaar atau pentas, ajak ibu sama ayah ya! Sekalian pengen tau kampus kamu itu kayak gimana,” pinta ibu dengan senangnya.

“Iya, Bu, nanti pasti Ruki ajak. Tapi Ruki nggak tau kapan ada acara begituan. Kalo Gelar Jepang sih pasti ada, tanggal 13-16 Juni tahun ini,” kataku sambil mengambil gelas.

“Ya sudah kalau begitu. Kabarin ibu ya kalau acaranya mendadak dimajuin tanggalnya!” lalu ibu pergi ke dapur.

“Pasti Ruki bilang ke Ibu. Ibu jangan lupa datang ya! Bazaar-nya juga murah-murah kok, Bu. Oh ya, Bu, dua minggu lagi saya dapat undangan untuk manggung di SMP 9, sekolah saya dulu. Saya sama anak-anak Water Watch mau datang ke sana. Nggak enak, Bu, kalau ditolak. Lumayan, dapat honor, walaupun nggak banyak. Boleh ya, Bu?” tanyaku penuh harapan.

“Boleh saja, disana sudah disediain keyboard-nya kan?”

“Sudah pasti disediain, Bu. Band mana lagi selain band Ruki yang pakai keyboard buat ngiringin lagunya? Walaupun disana banyak band yang akan tampil, tapi hanya band Ruki yang pakai keyboard,” kataku senang.

“Iya, Ibu percaya. Hati-hati ya, sayang. Jaga kesehatan.” Pesan Ibu.


-ooOoo-


“...Kono hiroi sekai de meguri au

Yorokobi wo kotoba ja ii arawasenai ne

Dakara boku-tachi wa hohoemi

Iro asayaka ni sugiru aki wo DOREMI de utatte

Fuyu wo se ni haru no komorebi wo machi

Atarashiku umare kawaru dareka wo mamoreru you ni to…

Setelah itu aku masuk ke kamar. Karena lelah dan berkeringat, aku langsung saja mandi. Untung saja kamar mandinya sudah ada di dalam kamarku. Karena aku paling malas kalau kamar mandinya di luar kamar.

Setelah masuk ke kamar mandi, buru-buru kulepas bajuku. Karena hari ini aku mau berendam di bath-tube, kubawa HP-ku ke dalam kamar mandi. Aku memilih lagu Sen no Yoru wo Koete. Lagu favorit aku sih!

“... Sen no yoru wo koete, anata ni tsutaetai.

Tsutaenakya naranai koto ga aru...”

Kira-kira udah dua kali lagu itu beputar, akhirnya dengan senang hati aku mengundurkan diri acara membersihkan badan itu. Aku keluar dari kamar mandi, lalu segera mengenakan baju dan bersiap untuk tidur. Tiba-tiba, HP-ku berbunyi tanda ada pesan masuk.

Oreta awai tsubasa, kimi wa sukoshi...“ Hm, ada sms? Dari siapa ya? Kok jam segini ada yang belom tidur sih?” gumamku dalam hati. Lalu dengan segera kubuka sms itu. Tidak ada nama pengirimnya, tapi tak apalah.

“Lg ngapain?” begitulah isi dari sms itu. Karena aku mengira dia adalah orang iseng atau orang yang salah kirim sms, langsung saja kubalas pesan darinya.

“Siapa nih?” aku pun membalasnya begitu. Tadinya aku mau langsung tidur, tapi karena orang itu membalas smsku, ya udah terpaksa aku ladenin dulu dia.

“W icchi tmen’a toshi. U ruki sodara toshi y? U g d apelin? Jln yuk...” dia pun membalas lagi. Ya ampun, dia Icchi anak baru itu? Gak mungkin, gak mungkin dia temennya Toshi!

“Jalan? Lo tau numb gue darimana?”

“W liat d hp’a toshi. Tp u jgn blg2 toshi kl w catet numb u,u mo g jln m w?” katanya.

“Ah, masa? Setau gue toshi Cuma puny numb gue yg satu lg deh..” jawabku.

“Tp ada kok numb u yg ini,bukti’a w bs smsan m u. Dah g usah d bahas,mending bahas qt aj.U mo g jln ma w skrg? U dah nya cwo lom?” dia bertanya padaku.

“Lo ja deh yg nyamper gue klw mau jalan, soal cwo, gue bru ptus sm cwo gue sebulan yg lalu..” kataku pede.

“G ah w jiper m bonyok u,klo mo janjian aj d luar,btw klo g ada cwo blh dunk w daftar ;p” katanya.

“Bonyok gue lg gak ada.. Mau ktmuan dmna nih?” tanyaku penasaran.

“Tar y agak mlm coz w nng nyokap w tdr dl,tar w smsin klo dah mo jln,dandan yg cntk n sexy y,qt ktm a d cijunk aj y...Kok g d jwb w leh daftar g? Y udh w d pngl nyokap dl y” dia membalas.

“Hah? Jauh bgt, gak ah.. gue tkt bonyok dah pulang..” jawabku. Tapi setelah itu dia membalasnya lama, lama sekali. Makanya aku mengirim pesan lagi padanya.

“Kok pintu pager’a gk ditutup? Ntar ada maling..” tanyaku. Tapi tetap saja dia tidak membalas. Karena aku penasaran, aku kirim satu lagi pesan padanya.

“Lo marah sm gue?” tanyaku sekali lagi. Karena lama menunggu, lebih baik aku ke rumahnya Toshi, rumahnya nggak jauh dari rumahku. Hanya jalan kaki sebentar saja sudah sampai.

Baru saja aku ingin ke rumahnya, tetapi kakaknya Toshi sudah ada di luar, katanya sih ingin ke rumahku.

“Lho, de? Mau ke mana?” tanya Hinako-nee chan.

“Eh? Em... Baru aja aku mau ke rumah, tapi nee-chan udah di luar.” Jawabku gugup.

“Iya, nee-chan mau ke rumah. Ada siapa di rumah? Kok ada motor vario? Motor siapa tuh?” tanya Karin-nee chan.

“Oh, itu. Motornya Pak Ikkaku. Dia disuruh ibu ngambil makanan buat anaknya,” kataku.

“Apaan tuh de kedip-kedip di kantong?”

“HP, pasti ada sms. Bentar ya!” aku berbalik badan dan membaca sms.

“Cie... Sms dari siapa tuh? Kok sembunyi-sembunyi gitu...” goda Hinako-nee chan.

“Dari cowoknya ya? Siapa de? Nee-chan bilangin ibu loh ade punya cowok!” kata Karin-nee chan juga ikut menggoda.

“A... Apaan sih?! B... Bukan kok, dari temen! Kita aja baru kenalan,” jawabku dengan muka memerah.

“Alah, cerita aja, de. Nee-chan nggak bilang siapa-siapa kok! Iya kan, Karin?”

“Iya, de. Nee-chan bakal jaga rahasia ade! Janji deh, kita gak akan bilang siapa-siapa,” kata Karin-nee chan sambil mengacungkan jempolnya.

“Iya, ade percaya. Ini sms dari temennya Toshi, dia ngaku ke ade namanya Icchi. Nee-chan kenal gak?” tanyaku penasaran.

“Ya ampun. Si Icchi? Ini kan rumahnya, de! Kok ade nggak tau sih?” Hinako-nee chan kaget.

“Ya, mana ade tau kalo itu rumah dia! Nee-chan kayak nggak tau ade aja yang jarang keluar rumah!” jawabku dengan ketusnya.

“Trus si Icchi sms apaan aja, de?” Karin-nee chan malah penasaran.

“Tau tuh, dia masa ngajak ade jalan! Ade kan nggak mau! Takut ibu sama ayah udah pulang, trus ade dicariin,” kataku.

“Ya udah, nggak usah. Dia nembak ade ya?” tanya Hinako-nee chan.

“Iya! Dia juga sempet nanya ke ade udah punya cowok apa belom. Ya, ade bilang aja belom. Trus dia mau daftar jadi cowok ade. Ade kan jadi malu,” jawabku dengan muka memerah.

“Terima aja, de. Dia orangnya alim, trus baik kok!” kata Karin-nee chan.

Tiba-tiba, di waktu yang tak disangka dan yang tak terduga, seseorang keluar dari balik pagar bercat hitam. Ternyata dia adalah Icchi! Ya ampun, aku malu sekali kalau bertemu dia.

“Cie, de, yayang ade keluar tuh. Mau kemana ya?” goda Karin-nee chan.

“Pasti dia malu tuh ada kita. Kalo nggak ada nee-chan pasti dia bakal nyapa ade. Dia kan paling malu sama nee-chan. Kalo dirumah lagi main sama Toshi juga gitu. Dia orangnya pemalu, de,” ujar Hinako-nee chan memberi tahu.

“Oh, gitu ya? Ya udah deh. Trus nee-chan ke rumah mau ngapain nih?” tanyaku.

“Bagi makanan dong de! Ibu masak apa aja? Kalo banyak nee-chan minta ya!” Karin-nee chan mulai ngawur.

“Oh, iya dong, pasti ade bagi. Tadi ibu masak bihun goreng, sambel pete, sama telur dadar,”

“Yuk, Rin, ke sana! Laper nih gue.” Kata Hinako-nee chan.

“Ntar dulu ah, si botak belom keluar! Males gue.” ujarnya.

Tak lama setelah itu, pak Ikkaku pun keluar dengan motor varionya juga dengan kantung plastik berisi sesuatu.

“Ki, om pulang dulu ya! Salam buat mami,” katanya.

“Iya! Nanti Ruki sampein ke ibu!” teriakku padanya di kejauhan.

“Nah, udah pergi deh. Masuk yuk!” akhirnya aku dan kedua saudara sepupuku masuk ke rumah.

“De, si Icchi suka sama ade, tau!” goda Hinako-nee chan.

“Alah, sok tau nih nee-chan! Buktinya mana? Ngibul ah,” aku berkata setengah nggak percaya.

“Buktinya, kalo ade ke rumah trus ada dia, dia suka nanya ke Toshi gini, ‘Shi, itu siapa? Sodara lo ya?’ gitu,”

“Trus, si Toshi jawab apaan?” tanyaku lagi.

“Ya, dia bilang kalo ade tuh sodaranya! Dia suka nanya mulu loh, de, ke Toshi!” Hinako-nee chan menjelaskan.

“Nee-chan, tadi di sekolah ade ada Pond’s Beauty Class! Trus ada promosinya juga, ade beli loh! Yang kecil sih, tapi gak apa-apa deh! Siapa tau aja kulit ade bisa jadi putih kayak yang ada di iklan! Hehehe...” kataku sambil tertawa kecil.

“Aku cuci muka dulu ya!” Aku masuk ke kamar mandi. Lalu dengan membawa Pond’s Facial Foam yang aku beli di sekolah, aku mulai mencuci wajahku dengan senangnya.

Oreta awai tsubasa, kimi wa sukoshi...” HP berbunyi, pasti ada pesan masuk.

“Ade, ada sms nih!” teriak Hinako-nee chan.

“Iya, iya! Jangan dibuka! Ade udah seleai kok cuci mukanya!” jawabku. Aku pun segera keluar dari kamar mandi, dan melihat pesan yang ada di HP-ku.

“Sorry ini pulsa terakhir w,w gak ada pulsa lg.Pager w mang trkadang k buka,dah biasa.Kaya’a mlm ini kita gak bs ktm d...Coz nyokap,k2, n tante w msh lom tdr.W seneng td ktm u n w gak marah kok m u,tp w malu ada k2’a toshi.Ywd,u tdr g dah mlm.’met tdr y...” kataku sambil membaca pesan tersebut.

“Cie, ade... Si Icchi bener sms gitu? Tuh, bener kan kata aku, dia tuh orangnya pemalu!”

0 komentar:

Posting Komentar

Minggu, 13 Juni 2010

Cerpen : Sen no Yoru wo Koete part 2

Diposting oleh Fitria Amanda Putri di Minggu, Juni 13, 2010

Keesokan harinya, Sayu datang menghampiriku. Kali ini dia nggak membawa berita heboh lagi seperti waktu itu. Dia datang layaknya mahasiswa yang lain. Tenang dan santai. Lalu ia menyapaku dari kejauhan.

“Rukia!” teriaknya. Aku yang sedang sibuk membaca buku tentang cara cepat belajar keyboard, langsung menoleh ke arah belakang.

“Hei, sibuk amat sih baca bukunya! Buku apaan tuh?” tanyanya penuh keingin tahuan.

“Oh, ini. Cara cepat belajar keyboard untuk pemula. Emangnya kenapa?” aku balik bertanya.

“Hah? Lo main keyboard? Hahaha... ngaco! Tampang buta not balok kayak lo pake sok main musik! Gak percaya gue! Hahaha...” katanya sambil tertawa.

“Ah, bacot lo! Gini-gini gue udah pinter main piano dari umur 5 tahun! Selain piano gue juga bisa mianin biola!” jawabku ketus.

“Weis, gile lo. Kok lo gak pernah cerita ke gue kalo lo bisa main piano sama biola? Hmmm... ternyata sahabat gue jago main musik! Gak nyangka gue,” katanya memuji.

“Ah, bisa aja lo. Oh ya, dua minggu lagi gue mau manggung di pensi alumni SMP gue. Gue sama band gue mau pentas di sana. Lumayan lah dapet honor walaupun gak banyak,” aku berkata padanya soal pensi itu.

“Hah? Lo punya band? Ya ampun, kok gue yang udah lama sahabatan sama lo malah gak tau apa-apa soal lo yang punya band? Gue juga kaget waktu lo bilang kalo lo jago main piano sama biola!” kata Sayu kagum.

“Iya, gue punya band. Band gue dibentuk pas awal gue masuk universitas. Gue diajak sama Tecchan,” jawabku penuh arti.

“Tecchan? Si pendekar gitar di kampus kita? Yang anak sastra Jepang itu kan? Lo kenal sama dia?”

“Kenal lah, wong dia temen gue dari satu kampung! Kita sering banget main di sawah nyari belut. Terus dibakar deh belutnya sampe garing. Apalagi kalo pas lagi gak ada orang di rumah, kita sering banget kabur naik kebo tetangga sebelah. Magrib baru deh pulang.” Kataku dengan logat jawa medok.

“Gila ah lo! Gue serius dodol! Cerita lo kayak si bolang aja!” katanya dengan muka merah.

“Maap, maap. Gue kenal banget sama dia! Soalnya dia itu temen gue dari SD. Sampe sekarang pun gue bisa satu universitas sama dia. Hebat kan? SD bareng, SMP bareng, SMA bareng, sampe ke sini juga bareng.” ceritaku sampai selesai.

“Wah, jodoh kali lo sama dia! Tembak aja tuh orang, dia kan cakep!” katanya dengan aksen menggoda.

“Gak ah, bisa dimutilasi sekampung gue kalo ngerebut cowok orang! Lagian dia juga udah mau tunangan kok sama pacarnya,” jawabku santai.

“Oh gitu. Ya udah deh. Udah bel tuh! Masuk kelas yuk,” Sayu mengajakku ke ruang kelas.
-ooOoo-

“...Sen no yoru wo koete anata ni tsutaetai

Tsutaenakya naranai koto ga aru

Aisaretai demo aisou to shinai

Sono kurikaeshi no naka wo samayotte

Boku ga mitsuketa kotae wa hitotsu kowakutatte kizutsuitatte

Suki na hito ni wa sukitte tsutaerunda

Kimochi wo kotoba ni suru no wa kowai yo demo

Suki na hito ni wa sukitte tsutaerunda…”

Setelah semua mata kuliah selesai kupelajari, aku pulang ke rumah dengan perasaan riang gembira. Kalian tahu kenapa? Karena aku bersama anggota band Water Watch yang lain akan manggung! Udah gitu manggungnya di SMP tempatku sama Tecchan belajar dulu.

“Aku pulang!” teriakku pada seisi rumah.

“Eh, anak Ibu udah pulang. Gimana tadi di kampus? Ada acara apa disana? Kalau ada acara bazaar atau pentas, ajak ibu sama ayah ya! Sekalian pengen tau kampus kamu itu kayak gimana,” pinta ibu dengan senangnya.

“Iya, Bu, nanti pasti Ruki ajak. Tapi Ruki nggak tau kapan ada acara begituan. Kalo Gelar Jepang sih pasti ada, tanggal 13-16 Juni tahun ini,” kataku sambil mengambil gelas.

“Ya sudah kalau begitu. Kabarin ibu ya kalau acaranya mendadak dimajuin tanggalnya!” lalu ibu pergi ke dapur.

“Pasti Ruki bilang ke Ibu. Ibu jangan lupa datang ya! Bazaar-nya juga murah-murah kok, Bu. Oh ya, Bu, dua minggu lagi saya dapat undangan untuk manggung di SMP 9, sekolah saya dulu. Saya sama anak-anak Water Watch mau datang ke sana. Nggak enak, Bu, kalau ditolak. Lumayan, dapat honor, walaupun nggak banyak. Boleh ya, Bu?” tanyaku penuh harapan.

“Boleh saja, disana sudah disediain keyboard-nya kan?”

“Sudah pasti disediain, Bu. Band mana lagi selain band Ruki yang pakai keyboard buat ngiringin lagunya? Walaupun disana banyak band yang akan tampil, tapi hanya band Ruki yang pakai keyboard,” kataku senang.

“Iya, Ibu percaya. Hati-hati ya, sayang. Jaga kesehatan.” Pesan Ibu.


-ooOoo-


“...Kono hiroi sekai de meguri au

Yorokobi wo kotoba ja ii arawasenai ne

Dakara boku-tachi wa hohoemi

Iro asayaka ni sugiru aki wo DOREMI de utatte

Fuyu wo se ni haru no komorebi wo machi

Atarashiku umare kawaru dareka wo mamoreru you ni to…

Setelah itu aku masuk ke kamar. Karena lelah dan berkeringat, aku langsung saja mandi. Untung saja kamar mandinya sudah ada di dalam kamarku. Karena aku paling malas kalau kamar mandinya di luar kamar.

Setelah masuk ke kamar mandi, buru-buru kulepas bajuku. Karena hari ini aku mau berendam di bath-tube, kubawa HP-ku ke dalam kamar mandi. Aku memilih lagu Sen no Yoru wo Koete. Lagu favorit aku sih!

“... Sen no yoru wo koete, anata ni tsutaetai.

Tsutaenakya naranai koto ga aru...”

Kira-kira udah dua kali lagu itu beputar, akhirnya dengan senang hati aku mengundurkan diri acara membersihkan badan itu. Aku keluar dari kamar mandi, lalu segera mengenakan baju dan bersiap untuk tidur. Tiba-tiba, HP-ku berbunyi tanda ada pesan masuk.

Oreta awai tsubasa, kimi wa sukoshi...“ Hm, ada sms? Dari siapa ya? Kok jam segini ada yang belom tidur sih?” gumamku dalam hati. Lalu dengan segera kubuka sms itu. Tidak ada nama pengirimnya, tapi tak apalah.

“Lg ngapain?” begitulah isi dari sms itu. Karena aku mengira dia adalah orang iseng atau orang yang salah kirim sms, langsung saja kubalas pesan darinya.

“Siapa nih?” aku pun membalasnya begitu. Tadinya aku mau langsung tidur, tapi karena orang itu membalas smsku, ya udah terpaksa aku ladenin dulu dia.

“W icchi tmen’a toshi. U ruki sodara toshi y? U g d apelin? Jln yuk...” dia pun membalas lagi. Ya ampun, dia Icchi anak baru itu? Gak mungkin, gak mungkin dia temennya Toshi!

“Jalan? Lo tau numb gue darimana?”

“W liat d hp’a toshi. Tp u jgn blg2 toshi kl w catet numb u,u mo g jln m w?” katanya.

“Ah, masa? Setau gue toshi Cuma puny numb gue yg satu lg deh..” jawabku.

“Tp ada kok numb u yg ini,bukti’a w bs smsan m u. Dah g usah d bahas,mending bahas qt aj.U mo g jln ma w skrg? U dah nya cwo lom?” dia bertanya padaku.

“Lo ja deh yg nyamper gue klw mau jalan, soal cwo, gue bru ptus sm cwo gue sebulan yg lalu..” kataku pede.

“G ah w jiper m bonyok u,klo mo janjian aj d luar,btw klo g ada cwo blh dunk w daftar ;p” katanya.

“Bonyok gue lg gak ada.. Mau ktmuan dmna nih?” tanyaku penasaran.

“Tar y agak mlm coz w nng nyokap w tdr dl,tar w smsin klo dah mo jln,dandan yg cntk n sexy y,qt ktm a d cijunk aj y...Kok g d jwb w leh daftar g? Y udh w d pngl nyokap dl y” dia membalas.

“Hah? Jauh bgt, gak ah.. gue tkt bonyok dah pulang..” jawabku. Tapi setelah itu dia membalasnya lama, lama sekali. Makanya aku mengirim pesan lagi padanya.

“Kok pintu pager’a gk ditutup? Ntar ada maling..” tanyaku. Tapi tetap saja dia tidak membalas. Karena aku penasaran, aku kirim satu lagi pesan padanya.

“Lo marah sm gue?” tanyaku sekali lagi. Karena lama menunggu, lebih baik aku ke rumahnya Toshi, rumahnya nggak jauh dari rumahku. Hanya jalan kaki sebentar saja sudah sampai.

Baru saja aku ingin ke rumahnya, tetapi kakaknya Toshi sudah ada di luar, katanya sih ingin ke rumahku.

“Lho, de? Mau ke mana?” tanya Hinako-nee chan.

“Eh? Em... Baru aja aku mau ke rumah, tapi nee-chan udah di luar.” Jawabku gugup.

“Iya, nee-chan mau ke rumah. Ada siapa di rumah? Kok ada motor vario? Motor siapa tuh?” tanya Karin-nee chan.

“Oh, itu. Motornya Pak Ikkaku. Dia disuruh ibu ngambil makanan buat anaknya,” kataku.

“Apaan tuh de kedip-kedip di kantong?”

“HP, pasti ada sms. Bentar ya!” aku berbalik badan dan membaca sms.

“Cie... Sms dari siapa tuh? Kok sembunyi-sembunyi gitu...” goda Hinako-nee chan.

“Dari cowoknya ya? Siapa de? Nee-chan bilangin ibu loh ade punya cowok!” kata Karin-nee chan juga ikut menggoda.

“A... Apaan sih?! B... Bukan kok, dari temen! Kita aja baru kenalan,” jawabku dengan muka memerah.

“Alah, cerita aja, de. Nee-chan nggak bilang siapa-siapa kok! Iya kan, Karin?”

“Iya, de. Nee-chan bakal jaga rahasia ade! Janji deh, kita gak akan bilang siapa-siapa,” kata Karin-nee chan sambil mengacungkan jempolnya.

“Iya, ade percaya. Ini sms dari temennya Toshi, dia ngaku ke ade namanya Icchi. Nee-chan kenal gak?” tanyaku penasaran.

“Ya ampun. Si Icchi? Ini kan rumahnya, de! Kok ade nggak tau sih?” Hinako-nee chan kaget.

“Ya, mana ade tau kalo itu rumah dia! Nee-chan kayak nggak tau ade aja yang jarang keluar rumah!” jawabku dengan ketusnya.

“Trus si Icchi sms apaan aja, de?” Karin-nee chan malah penasaran.

“Tau tuh, dia masa ngajak ade jalan! Ade kan nggak mau! Takut ibu sama ayah udah pulang, trus ade dicariin,” kataku.

“Ya udah, nggak usah. Dia nembak ade ya?” tanya Hinako-nee chan.

“Iya! Dia juga sempet nanya ke ade udah punya cowok apa belom. Ya, ade bilang aja belom. Trus dia mau daftar jadi cowok ade. Ade kan jadi malu,” jawabku dengan muka memerah.

“Terima aja, de. Dia orangnya alim, trus baik kok!” kata Karin-nee chan.

Tiba-tiba, di waktu yang tak disangka dan yang tak terduga, seseorang keluar dari balik pagar bercat hitam. Ternyata dia adalah Icchi! Ya ampun, aku malu sekali kalau bertemu dia.

“Cie, de, yayang ade keluar tuh. Mau kemana ya?” goda Karin-nee chan.

“Pasti dia malu tuh ada kita. Kalo nggak ada nee-chan pasti dia bakal nyapa ade. Dia kan paling malu sama nee-chan. Kalo dirumah lagi main sama Toshi juga gitu. Dia orangnya pemalu, de,” ujar Hinako-nee chan memberi tahu.

“Oh, gitu ya? Ya udah deh. Trus nee-chan ke rumah mau ngapain nih?” tanyaku.

“Bagi makanan dong de! Ibu masak apa aja? Kalo banyak nee-chan minta ya!” Karin-nee chan mulai ngawur.

“Oh, iya dong, pasti ade bagi. Tadi ibu masak bihun goreng, sambel pete, sama telur dadar,”

“Yuk, Rin, ke sana! Laper nih gue.” Kata Hinako-nee chan.

“Ntar dulu ah, si botak belom keluar! Males gue.” ujarnya.

Tak lama setelah itu, pak Ikkaku pun keluar dengan motor varionya juga dengan kantung plastik berisi sesuatu.

“Ki, om pulang dulu ya! Salam buat mami,” katanya.

“Iya! Nanti Ruki sampein ke ibu!” teriakku padanya di kejauhan.

“Nah, udah pergi deh. Masuk yuk!” akhirnya aku dan kedua saudara sepupuku masuk ke rumah.

“De, si Icchi suka sama ade, tau!” goda Hinako-nee chan.

“Alah, sok tau nih nee-chan! Buktinya mana? Ngibul ah,” aku berkata setengah nggak percaya.

“Buktinya, kalo ade ke rumah trus ada dia, dia suka nanya ke Toshi gini, ‘Shi, itu siapa? Sodara lo ya?’ gitu,”

“Trus, si Toshi jawab apaan?” tanyaku lagi.

“Ya, dia bilang kalo ade tuh sodaranya! Dia suka nanya mulu loh, de, ke Toshi!” Hinako-nee chan menjelaskan.

“Nee-chan, tadi di sekolah ade ada Pond’s Beauty Class! Trus ada promosinya juga, ade beli loh! Yang kecil sih, tapi gak apa-apa deh! Siapa tau aja kulit ade bisa jadi putih kayak yang ada di iklan! Hehehe...” kataku sambil tertawa kecil.

“Aku cuci muka dulu ya!” Aku masuk ke kamar mandi. Lalu dengan membawa Pond’s Facial Foam yang aku beli di sekolah, aku mulai mencuci wajahku dengan senangnya.

Oreta awai tsubasa, kimi wa sukoshi...” HP berbunyi, pasti ada pesan masuk.

“Ade, ada sms nih!” teriak Hinako-nee chan.

“Iya, iya! Jangan dibuka! Ade udah seleai kok cuci mukanya!” jawabku. Aku pun segera keluar dari kamar mandi, dan melihat pesan yang ada di HP-ku.

“Sorry ini pulsa terakhir w,w gak ada pulsa lg.Pager w mang trkadang k buka,dah biasa.Kaya’a mlm ini kita gak bs ktm d...Coz nyokap,k2, n tante w msh lom tdr.W seneng td ktm u n w gak marah kok m u,tp w malu ada k2’a toshi.Ywd,u tdr g dah mlm.’met tdr y...” kataku sambil membaca pesan tersebut.

“Cie, ade... Si Icchi bener sms gitu? Tuh, bener kan kata aku, dia tuh orangnya pemalu!”

0 komentar on "Cerpen : Sen no Yoru wo Koete part 2"

Posting Komentar