Rabu, 23 Maret 2011

Tutorial Watarasebashi #09 – Penggunaan masing-masing jenis huruf Jepang

Kerlap-kerlip pantulan cahaya matahari yang digambarkan dengan kata “kira kira”. Bagaimana menuliskannya?

[Pada seri tutorial ini, kita akan belajar bahasa Jepang dari nol dengan menggunakan lagu Watarasebashi sebagai materinya. Karena pembahasan tiap episode dibangun dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, saya menyarankan agar kamu mengikutinya dari episode pertama.]

Di Indonesia huruf besar dan kecil memiliki fungsinya masing-masing. Contohnya, huruf besar digunakan untuk mengawali kalimat, mengawali nama orang, dan untuk singkatan. Sekarang kita akan mempelajari penggunaan dari masing-masing huruf yang ada di bahasa Jepang.

Penggunaan kanji


Secara umum, kalau suatu kata memiliki kanji maka dia akan ditulis menggunakan kanjinya. Pada lagu Watarasebashi, contohnya adalah 私 (watashi, saya), 電話 (denwa, telepon), dan 見る (miru, melihat).

Walaupun begitu, ada juga kata-kata tertentu yang secara historis memiliki kanji tapi tidak digunakan di bahasa Jepang modern. Contohnya, “suru” (melakukan) sebetulnya memiliki penulisan kanji 為る tapi sekarang penulisan tersebut sama sekali tidak dipakai. Saat ini “suru” selalu ditulis sepenuhnya dengan hiragana yaitu する.

Beberapa kata berada di daerah abu-abu. Kadang-kadang ada yang menulisnya dengan kanji, kadang-kadang ada pula yang memilih menggunakan hiragana. Contohnya, di lagu Watarasebashi digunakan kanji untuk kata “dekiru” (bisa) yaitu 出来る, tapi yang menggunakan hiragana (できる) juga banyak. Di lain pihak, untuk kata “kirei” (cantik, indah) penulis Watarasebashi menggunakan hiragana (きれい), walaupun kanjinya (綺麗) juga sering dipakai. Pada akhirnya semuanya dikembalikan ke penulis.

Penggunaan hiragana


Kata-kata yang tidak memiliki kanji umumnya ditulis dengan hiragana dan bukan katakana. Contohnya adalah はい (hai) yang artinya “iya”. Ini termasuk partikel-partikel dan akhiran kalimat, misalnya partikel の (no) yang digunakan untuk menyatakan kepemilikan. Seperti telah kita pelajari sebelumnya, hiragana juga digunakan untuk okurigana.

Penggunaan katakana


Katakana terutama digunakan untuk kata-kata serapan. Contohnya, kata bahasa Inggris “computer” diserap menjadi コンピュータ (konpyuuta) yang ditulis dengan katakana. Sebagai contoh lain, アニメ (anime) yang ditulis dengan katakana adalah singkatan dari アニメーション (animeeshon) yang merupakan kata serapan dari “animation”.

Nama orang dan tempat luar negeri juga ditulis dengan katakana, walaupun aslinya adalah huruf latin. Contohnya, “Susilo Bambang Yudhoyono” di media Jepang ditulis dengan katakana スシロ・バンバン・ユドヨノ (sushiro banban yudoyono). Ini bisa dimaklumi kalau kita sendiri sadar bahwa nama orang Jepang di media Indonesia juga tidak ditulis dengan huruf Jepang sebagaimana aslinya.

Katakana juga sering digunakan untuk nama binatang dan tumbuhan yang sebetulnya memiliki kanji. Contohnya adalah ヒトデ (hitode, bintang laut) dan ラン (ran, anggrek) yang ditulis dengan katakana. Ini karena banyak nama makhluk yang kanjinya langka sehingga jarang orang yang bisa membacanya.

Terakhir, kata-kata yang umumnya ditulis dengan kanji atau hiragana bisa juga dituliskan dengan katakana. Seringkali yang diinginkan di sini adalah penekanan tambahan, mirip seperti penggunaan huruf besar pada bahasa Indonesia untuk menarik perhatian. Bandingkan “gratis” dengan “GRATIS”. Ini sama seperti ただ (hiragana) vs. タダ (katakana) yang keduanya dibaca “tada” (gratis).


Kata-kata yang mengimitasi suara atau keadaan


Di bahasa Jepang, ada kata-kata tertentu yang berusaha meniru suara (giongo). Contohnya adalah “wan wan” yang meniru suara anjing menggonggong (guk guk) dan “goro goro” yang meniru suara benda besar berguling jatuh. Terdapat juga kata-kata sejenis yang sebetulnya menggambarkan keadaan namun dibuat seolah-olah keadaan tersebut bersuara (gitaigo). Contohnya adalah “shiin” yang menggambarkan keheningan, “kira kira” yang menggambarkan kerlap-kerlip cahaya, dan “potsun” yang menggambarkan kesendirian. Kata-kata yang pada intinya adalah efek suara tersebut banyak sekali dipakai di bahasa Jepang.

Nah, kata-kata tersebut bisa ditulis dengan hiragana maupun katakana. Pada lagu Watarasebashi misalnya, “potsun” yang menggambarkan kesendirian ditulis dengan katakana ポツン. Namun ada juga yang menuliskannya dengan hiragana ぽつん. Sekali lagi di sini bahasa Jepang memberikan kebebasan pada penulisnya untuk berekspresi.


Penutup


Kita telah meninjau penggunaan ketiga jenis huruf pada bahasa Jepang. Semoga dengan ini kamu punya gambaran tentang kapan huruf-huruf tersebut digunakan. Inilah rangkumannya:


  1. Kata-kata yang memiliki kanji umumnya ditulis dengan kanji. Contohnya adalah 私 (watashi, saya).
  2. Beberapa kata sebetulnya memiliki kanji namun di bahasa Jepang modern tidak dipakai sama sekali, contohnya する (suru, melakukan). Beberapa kata sering ditulis baik dengan kanji maupun hiragana, contohnya 出来る/できる (dekiru, bisa).
  3. Kata-kata yang tidak punya kanji umumnya ditulis dengan hiragana dan bukan katakana. Contohnya adalah はい (hai, iya). Hiragana juga dipakai di okurigana seperti る (ru) pada kata 見る (miru, melihat).
  4. Katakana digunakan untuk kata serapan, nama dari luar negeri, nama makhluk, dan untuk penekanan. Contohnya adalah untuk nama ニューヨーク (nyuuyooku, New York).
  5. Kata-kata yang melukiskan suara (nyata maupun imajinatif) bisa ditulis dengan hiragana maupun katakana. Contohnya adalah きらきら/キラキラ (kira kira, efek suara yang menggambarkan kerlap-kerlip cahaya).
Berikutnya, kita akan membahas pembentukan kata “Watarasebashi”. Sampai jumpa!


Lampiran: daftar kata


Kata-kata yang tadi muncul didaftar di sini.

私 (watashi): saya
電話 (denwa): telepon
見る (miru): melihat
する (suru): melakukan
出来る (dekiru): bisa
綺麗 (kirei): cantik, indah
はい (hai): iya
コンピュータ (konpyuuta): komputer (computer)
アニメ (anime): film kartun
ヒトデ (hitode): bintang laut
ラン (ran): anggrek
ただ (tada): gratis
擬音語 (giongo): onomatope, kata-kata yang melukiskan suara
擬態語 (gitaigo): mimesis, efek suara yang melukiskan keadaan (yang sebetulnya tak bersuara)
わんわん (wan wan): suara anjing (guk guk)
ごろごろ (goro goro): suara benda besar berguling jatuh
シーン (shiin): efek suara keheningan
きらきら (kira kira): efek suara kerlap-kerlip cahaya
ポツン (potsun): efek suara seorang diri


0 komentar:

Posting Komentar

Rabu, 23 Maret 2011

Tutorial Watarasebashi #09 – Penggunaan masing-masing jenis huruf Jepang

Diposting oleh Fitria Amanda Putri di Rabu, Maret 23, 2011
Kerlap-kerlip pantulan cahaya matahari yang digambarkan dengan kata “kira kira”. Bagaimana menuliskannya?

[Pada seri tutorial ini, kita akan belajar bahasa Jepang dari nol dengan menggunakan lagu Watarasebashi sebagai materinya. Karena pembahasan tiap episode dibangun dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, saya menyarankan agar kamu mengikutinya dari episode pertama.]

Di Indonesia huruf besar dan kecil memiliki fungsinya masing-masing. Contohnya, huruf besar digunakan untuk mengawali kalimat, mengawali nama orang, dan untuk singkatan. Sekarang kita akan mempelajari penggunaan dari masing-masing huruf yang ada di bahasa Jepang.

Penggunaan kanji


Secara umum, kalau suatu kata memiliki kanji maka dia akan ditulis menggunakan kanjinya. Pada lagu Watarasebashi, contohnya adalah 私 (watashi, saya), 電話 (denwa, telepon), dan 見る (miru, melihat).

Walaupun begitu, ada juga kata-kata tertentu yang secara historis memiliki kanji tapi tidak digunakan di bahasa Jepang modern. Contohnya, “suru” (melakukan) sebetulnya memiliki penulisan kanji 為る tapi sekarang penulisan tersebut sama sekali tidak dipakai. Saat ini “suru” selalu ditulis sepenuhnya dengan hiragana yaitu する.

Beberapa kata berada di daerah abu-abu. Kadang-kadang ada yang menulisnya dengan kanji, kadang-kadang ada pula yang memilih menggunakan hiragana. Contohnya, di lagu Watarasebashi digunakan kanji untuk kata “dekiru” (bisa) yaitu 出来る, tapi yang menggunakan hiragana (できる) juga banyak. Di lain pihak, untuk kata “kirei” (cantik, indah) penulis Watarasebashi menggunakan hiragana (きれい), walaupun kanjinya (綺麗) juga sering dipakai. Pada akhirnya semuanya dikembalikan ke penulis.

Penggunaan hiragana


Kata-kata yang tidak memiliki kanji umumnya ditulis dengan hiragana dan bukan katakana. Contohnya adalah はい (hai) yang artinya “iya”. Ini termasuk partikel-partikel dan akhiran kalimat, misalnya partikel の (no) yang digunakan untuk menyatakan kepemilikan. Seperti telah kita pelajari sebelumnya, hiragana juga digunakan untuk okurigana.

Penggunaan katakana


Katakana terutama digunakan untuk kata-kata serapan. Contohnya, kata bahasa Inggris “computer” diserap menjadi コンピュータ (konpyuuta) yang ditulis dengan katakana. Sebagai contoh lain, アニメ (anime) yang ditulis dengan katakana adalah singkatan dari アニメーション (animeeshon) yang merupakan kata serapan dari “animation”.

Nama orang dan tempat luar negeri juga ditulis dengan katakana, walaupun aslinya adalah huruf latin. Contohnya, “Susilo Bambang Yudhoyono” di media Jepang ditulis dengan katakana スシロ・バンバン・ユドヨノ (sushiro banban yudoyono). Ini bisa dimaklumi kalau kita sendiri sadar bahwa nama orang Jepang di media Indonesia juga tidak ditulis dengan huruf Jepang sebagaimana aslinya.

Katakana juga sering digunakan untuk nama binatang dan tumbuhan yang sebetulnya memiliki kanji. Contohnya adalah ヒトデ (hitode, bintang laut) dan ラン (ran, anggrek) yang ditulis dengan katakana. Ini karena banyak nama makhluk yang kanjinya langka sehingga jarang orang yang bisa membacanya.

Terakhir, kata-kata yang umumnya ditulis dengan kanji atau hiragana bisa juga dituliskan dengan katakana. Seringkali yang diinginkan di sini adalah penekanan tambahan, mirip seperti penggunaan huruf besar pada bahasa Indonesia untuk menarik perhatian. Bandingkan “gratis” dengan “GRATIS”. Ini sama seperti ただ (hiragana) vs. タダ (katakana) yang keduanya dibaca “tada” (gratis).


Kata-kata yang mengimitasi suara atau keadaan


Di bahasa Jepang, ada kata-kata tertentu yang berusaha meniru suara (giongo). Contohnya adalah “wan wan” yang meniru suara anjing menggonggong (guk guk) dan “goro goro” yang meniru suara benda besar berguling jatuh. Terdapat juga kata-kata sejenis yang sebetulnya menggambarkan keadaan namun dibuat seolah-olah keadaan tersebut bersuara (gitaigo). Contohnya adalah “shiin” yang menggambarkan keheningan, “kira kira” yang menggambarkan kerlap-kerlip cahaya, dan “potsun” yang menggambarkan kesendirian. Kata-kata yang pada intinya adalah efek suara tersebut banyak sekali dipakai di bahasa Jepang.

Nah, kata-kata tersebut bisa ditulis dengan hiragana maupun katakana. Pada lagu Watarasebashi misalnya, “potsun” yang menggambarkan kesendirian ditulis dengan katakana ポツン. Namun ada juga yang menuliskannya dengan hiragana ぽつん. Sekali lagi di sini bahasa Jepang memberikan kebebasan pada penulisnya untuk berekspresi.


Penutup


Kita telah meninjau penggunaan ketiga jenis huruf pada bahasa Jepang. Semoga dengan ini kamu punya gambaran tentang kapan huruf-huruf tersebut digunakan. Inilah rangkumannya:


  1. Kata-kata yang memiliki kanji umumnya ditulis dengan kanji. Contohnya adalah 私 (watashi, saya).
  2. Beberapa kata sebetulnya memiliki kanji namun di bahasa Jepang modern tidak dipakai sama sekali, contohnya する (suru, melakukan). Beberapa kata sering ditulis baik dengan kanji maupun hiragana, contohnya 出来る/できる (dekiru, bisa).
  3. Kata-kata yang tidak punya kanji umumnya ditulis dengan hiragana dan bukan katakana. Contohnya adalah はい (hai, iya). Hiragana juga dipakai di okurigana seperti る (ru) pada kata 見る (miru, melihat).
  4. Katakana digunakan untuk kata serapan, nama dari luar negeri, nama makhluk, dan untuk penekanan. Contohnya adalah untuk nama ニューヨーク (nyuuyooku, New York).
  5. Kata-kata yang melukiskan suara (nyata maupun imajinatif) bisa ditulis dengan hiragana maupun katakana. Contohnya adalah きらきら/キラキラ (kira kira, efek suara yang menggambarkan kerlap-kerlip cahaya).
Berikutnya, kita akan membahas pembentukan kata “Watarasebashi”. Sampai jumpa!


Lampiran: daftar kata


Kata-kata yang tadi muncul didaftar di sini.

私 (watashi): saya
電話 (denwa): telepon
見る (miru): melihat
する (suru): melakukan
出来る (dekiru): bisa
綺麗 (kirei): cantik, indah
はい (hai): iya
コンピュータ (konpyuuta): komputer (computer)
アニメ (anime): film kartun
ヒトデ (hitode): bintang laut
ラン (ran): anggrek
ただ (tada): gratis
擬音語 (giongo): onomatope, kata-kata yang melukiskan suara
擬態語 (gitaigo): mimesis, efek suara yang melukiskan keadaan (yang sebetulnya tak bersuara)
わんわん (wan wan): suara anjing (guk guk)
ごろごろ (goro goro): suara benda besar berguling jatuh
シーン (shiin): efek suara keheningan
きらきら (kira kira): efek suara kerlap-kerlip cahaya
ポツン (potsun): efek suara seorang diri


0 komentar on "Tutorial Watarasebashi #09 – Penggunaan masing-masing jenis huruf Jepang"

Posting Komentar