Hiragana pada lirik lagu Watarasebashi (klik untuk memperbesar)
[Pada seri tutorial ini, kita akan belajar bahasa Jepang dari nol dengan menggunakan lagu Watarasebashi sebagai materinya. Karena pembahasan tiap episode dibangun dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, saya menyarankan agar kamu mengikutinya dari episode pertama.]
Di episode ini, kita akan berkenalan dengan hiragana yaitu salah satu jenis huruf yang dipakai di bahasa Jepang. Untuk mengawali, coba kita mulai dari bahasa kita sendiri yaitu bahasa Indonesia.
Di bahasa Indonesia, kita punya huruf kecil dan huruf besar. Walaupun pada dasarnya sama, masing-masing punya fungsinya sendiri-sendiri. Misalnya, huruf besar dipakai untuk mengawali kalimat. Huruf besar juga dipakai untuk singkatan misalnya pada MMIF. BISA JUGA UNTUK MEMBUAT KALIMAT YANG KELIHATANNYA SEPERTI BERTERIAK-TERIAK!!! AtaU SeKeDAr UnTuK MemBuAT oRaNG yaNg MeMBacA PuSinG.
Nah, dilihat dari sudut pandang tersebut, maka tidaklah begitu aneh bahwa bahasa Jepang punya 3 jenis huruf. Ada hiragana, katakana, dan kanji yang punya kasus penggunaannya masing-masing. Kita akan mulai dari yang paling dasar yaitu hiragana.
Hiragana
Di foto yang mengawali tulisan ini, huruf-huruf hiragana yang ada ditandai dengan warna biru. Kamu bisa lihat bahwa sebagian besar lagunya ditulis dengan hiragana. Artinya, kalau kamu mempelajari hiragana, kamu akan bisa membaca cukup banyak!
Suatu huruf hiragana pada dasarnya melambangkan silabel (suku kata) sehingga bisa langsung berbunyi tanpa perlu digabung dengan huruf lain. Contohnya, hiragana yang pertama kali muncul di lagu itu adalah で yang dibaca “de”. Perhatikan bahwa dengan huruf latin kita butuh 2 huruf untuk menyatakan suaranya!
Inilah perbedaan utama sistem seperti hiragana dengan sistem alfabet seperti pada bahasa Indonesia. Sebagai contoh lain, bayangkan suara “ka”, “ki”, “ku”, “ke”, dan “ko”. Dengan bahasa Indonesia, penulisan masing-masing memerlukan 2 huruf: satu untuk konsonannya yaitu “k”, dan satu lagi untuk suara vokal yang bersangkutan. Di bahasa Jepang, tiap silabel tersebut punya hurufnya sendiri yaitu か, き, く, け, dan こ.
Kalau di bahasa Indonesia kita membuat satu huruf untuk setiap silabel seperti pada hiragana, maka kita perlu huruf untuk suara “bu”, huruf lain untuk “ruk”, huruf lain untuk “blang”, dan seterusnya. Bisa dibayangkan betapa banyak huruf yang kita perlukan! Tapi Bahasa Jepang bisa menggunakan sistem seperti itu dengan baik karena jumlah suaranya sangat sedikit dibandingkan bahasa Indonesia.
Suara-suara pada hiragana
Huruf-huruf hiragana dasar sebetulnya sangat gampang cara kerjanya. Suara vokal di bahasa Jepang ada 5 yaitu “a”, “i”, “u”, “e”, dan “o” yang hiragananya masing-masing adalah あ, い, う, え, dan お. Perlu kamu ingat bahwa suara “e” pada bahasa Jepang seperti pada “enak”, tidak pernah seperti pada “elus”. Berikutnya adalah hiragana yang melambangkan suara konsonan + vokal misalnya さ (sa), ゆ (yu), dan み (mi). Struktur konsonan + vokal inilah yang memberikan nuansa khusus pada kata dan nama Jepang, seperti pada “kawasaki”, “fujimoto”, dan “suzuki”. Lalu terakhir ada hiragana spesial ん yang melambangkan satu-satunya suara mati “n”. “n” ini biasanya ditempelkan di belakang hiragana lain, misanya さ (sa) dengan ん (n) yang membentuk さん (san).
Romaji akan disertakan di tutorial ini, dan untungnya untuk sebagian besar kasus cara membacanya seakan-akan seperti membaca bahasa Indonesia. “ba” dibaca seperti pada “bata”-nya bahasa Indonesia, “ta” dibaca seperti pada “tani”-nya bahasa Indonesia, “ni” dibaca seperti pada “nipu”-nya bahasa Indonesia, dan seterusnya.
Tapi tentu saja ada perbedaan di kasus-kasus tertentu. Sebagai contoh, pada “watarasebashi” terdapat suara “r”. Getaran pada “r”-nya bahasa Jepang tidak sekuat “r”-nya bahasa Indonesia. Jadi dia berada di antara “r” dan “l”-nya bahasa Indonesia. Isu-isu lain yang berhubungan dengan cara membaca akan dibahas seperlunya saat kasusnya muncul.
Yang terakhir perlu diketahui untuk saat ini adalah keberadaan beberapa huruf hiragana kecil. Sebagai contoh, bandingkan ukuran や (ya) dengan ゃ (ya kecil). Hiragana kecil digunakan untuk menuliskan suara di luar struktur konsonan + vokal. Contohnya adalah suara “kya” yang ditulis sebagai き (ki) ditambah hiragana kecil ゃ (ya). Bandingkan きや (kiya) dengan きゃ (kya).
Penutup
Tujuan episode ini adalah memberi kamu sedikit gambaran tentang bagaimana hiragana bekerja. Yang perlu kamu ingat adalah:
- Tiap huruf hiragana melambangkan suatu silabel sehingga bisa langsung dibunyikan. Contohnya adalah も yang bunyinya “mo”.
- Huruf hiragana melambangkan suara vokal seperti い (i), konsonan+vokal seperti か (ka), atau huruf mati ん (n).
- Terdapat hiragana kecil untuk menuliskan suara-suara yang lebih kompleks. Contohnya adalah みょ (myo) yang menggunakan ょ (yo kecil). Bandingkan dengan みよ (miyo).
Penjelasan hiragana di sini tidaklah menyeluruh, jadi kalau kamu ingin menguasai hiragana mulai dari sekarang silahkan kunjungi referensi yang lebih lengkap. Kamu bisa melihat Tutorial Tae Kim (yang akan direncanakan untuk di buat setelah Tutorial Watarasebashi ini) dan bab di Wikibooks tentang pelafalan bahasa Jepang beserta penulisan hiragana.
Saran saya adalah mulai mempelajari hiragana dari sekarang sedikit demi sedikit. Jumlah simbolnya tidak terlalu banyak yaitu sekitar 50, dan kamu bisa mencicil sesuai dengan waktu yang kamu punya. Di sini memang disertakan romaji, namun tujuannya adalah supaya kamu bisa langsung belajar tata bahasanya sembari mempelajari hiragana. Adanya romaji jangan sampai membuat kamu malas belajar hiragana.
Di episode berikutnya, kita akan melihat jenis huruf yang membuat bahasa Jepang tertulis begitu indah: kanji!
0 komentar:
Posting Komentar